2

6 2 0
                                    

Malam menjadi sunyi kini fifi masih terjebak di dalam kelas menunggu untuk keluar, menunggu sosok yang bersamanya tadi dia keluar memastikan keadaan di luar sudah kondusif namun ia tak kunjung datang..

"Apa dia berencana meninggalkanku?"

Fifi pun mengendap- endap ke sisi pintu mengintip ke arah luar gelap dan sunyi yang tergambar untuk gedung sekolah elit ini... fifi menelan salivanya mengedarkan pandangan ke penjuru lorong....

Tak...tak...tak...

Suara seseorang mendekat membuat fifi beringsut ke bawah jendela segera menutup pintu pelan- pelan agar tak menimbulkan suara.... nafas nya mendadak terhenti saat ia menoleh ke arah celah pintu... melihat mayat hidup berdiri tak jauh dari ruang yang fifi sembunyi...

Akhhhh...

Tak....takk...takk

Seakan ia mencari korban lain untuk di jadikan makananya.. fifi mundur berapa langkah menjauh dari pintu tangannya membekap mulutnya supaya tak berusaha detak jantungnya seakan berdebar kencang... fifi mundur ke belakang saat mayat hidup itu tepat di depan pintu seakan ingin masuk..

"Ibu tolong fifi!" Batinya. Ia berjongkok mencari tempat bersembunyi di antara meja yang berantakan...

Tak...tak...tak...

Fifi membekap mulutnya dengan kedua tangannya fifi menutup matanya ia berfikir ini akhir hidupnya akan bersama seperti teman- temannya menjadi zombie...

Sebuah tepukan mendarat di bahu fifi membuatnya kaget sempat teriak namun orang itu membekap mulutnya dengan tangannya..

"Kau akan membuat mereka kemari!" Ujar dinginnya menatap tajam ke arah fifi.

"Diam!" Bisiknya. Fifi pun mengangguk ia melepas bekapan tangan ke mulut fifi.

"Kita harus pergi dari sini! Di bawah sanaa kita akan mendapat bantuan!" Titahnya.

"Tapi-

"Kita tak punya banyak waktu.. kamu mau ikut apa tidak!" Pintanya seraya berdiri dan meninggalkan fifi lagi.
Fifi mengeleng kepalanya ia tak ingin sendirian di sini dia harus menemui ibunya pasti ibunya khawatir. Fifi berlari kecil menyamai langkah orang itu...

Fifi belum berkenalan dengannya tapi fifi rasa orang itu akan menyelamatkan dia dari tempat seram ini... fifi mengikutinya dan memegang bagian bawah baju orang itu....
Fifi tak sengaja menabrak pundak orang itu, berhenti mendadak dan menarik fifi ke arah tembok...

"Kenapa?"

"Di depan sana ada mereka... kita harus menghadapinya!" Mata fifi melebar' menghadapi mereka?'

"Ah sial!" Umpatnya.

"Kenapa lagi?" Tanya fifi cemas.

"Kita tak bisa melawan mereka... peluruku tak cukup! Mereka banyak.. kita harus ke roftop... pasti kita akan selamat" pintanya dia pun mendahuluiku dan berjalan di depanku... aku edarkan pendaganku ke belakang sepi dan gelap di setiap lorong yang aku lewati membuatku menelan saliva

Grrrr..

Suara geraman membuat bulu kudukku berdiri kini aku dan dia entah siapa menaiki tangga menuju lantai 3 aku memegang ujung bajunya mempererat peganganku.

Tak...tak
Ggrrrrrr..

Kini aku dan dia sudah berada di lantai 3 kita harus ke lorong menuju roftop. Pengap yang ku rasa membuat aku membuang sisi takutku bagaimana tidak takut coba... disini bau anyir menerobos indra penciumanku bahkan lorong- lorong yang gelap.

Kini kita harus waspada setiap pengerakan harus memastikan tidak ada mereka di lantai ini..

Duk!

COME BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang