Evner memejamkan matanya, begitupula Noya.
Ting-tong! Suara bel berbunyi membuat Evner dan Noya terperanjat lalu saling menjauh.
Mereka bersitatap beberapa saat, kemudian saling berpaling dengan pipi memerah. Padahal sedikit lagi.
"Sepertinya kamu harus sembunyi, Evner!" Seru Noya dengan suara pelan.
Evner mengangguk kemudian segera pergi menuju ruang dapur.
Noya berdiri di depan pintu, mengatur nafas sejenak, kemudian membukakan pintu. Dan ia pun terkejut.
"Bang Kimyoo??"
Kimyoo tersenyum. Ia mengangkat sebuah kue ulang tahun di kedua tangannya. Sebuah lilin angka 17 sudah menyala.
"Ba ... Bagaimana ... Bagaimana Abang tahu umur saya?" Tanya Noya heran.
Kimyoo tersenyum. "Aku kan punya data diri kamu, Noya ...."
Noya tertegun. Jika untuk seseorang yang pertamakali mengucapkan dan memberinya hadiah ulang tahun di malam suntuk adalah Evner, maka orang yang pertamakali membawa kue ulang tahun di malam suntuk, Kimyoo-lah orangnya.
"Maaf ya kalau aku ganggu. Aku pulang lagi kok ...."
"Eng-engaaak Bang! Masuklah dulu!"
"Gak apa-apa .... Tolong ... Berdoalah ... Dan tiup lilinnya ...." Pinta Kimyoo.
Noya tersenyum. Ia memejamkan mata dan mulai berdoa.
Kimyoo tersenyum seraya menatap Noya.
Di balik lawang pintu dapur, Evner mengintip. Ia menatap kosong pada mereka berdua.
Begitu selesai berdoa, Noya meniup lilinnya.
Kimyoo menunjuk pisau plastik yang sudah tersedia di pinggir kue.
Noya memotong kue lalu menyodorkan kue yang sudah dipotong pada Kimyoo.
Kimyoo mengambilnya kemudian memakannya.
Setelah kuenya habis, Kimyoo gantian memotong kue untuk Noya.
Noya pun menerima dan memakannya sambil tersenyum.
"Aku pergi dulu ya?" Pamit Kimyoo sembari mengasongkan kue ulang tahun itu.
"Terima kasih banyak, Bang ... Saya jadi tidak enak ...." Ucap Noya sambil memangku kue ulang tahunnya.
Kimyoo tersenyum. "Gak apa-apa kok. Sama-sama ... Kalau begitu, aku pergi dulu ya?"
"I-iya ... Terima kasih ya Bang!"
"Sama-sama, Noya, daaah ...!" Kimyoo melambaikan tangannya.
Noya membalas lambaian seraya tersenyum.
Meskipun aku sudah menolaknya ... Tapi dia tetap melakukan hal ini ....
Kimyoo melangkah menyusuri pekarangan depan rumah Noya, kemudian kembali menoleh dan menunjuk pintu gerbang, mengisyaratkan bahwa Noya pasti lupa menguncinya.
Noya terperangah. "Ya ampun ... Ternyata aku lupa mengunci gerbang ... Terima kasih, Bang!"
Kimyoo tersenyum, mengangguk, kemudian mendekati mobilnya dan masuk.
Noya keluar dari rumah dan segera mengunci gerbang.
Setelah mengunci gerbang, Noya kembali memasuki rumah. Ia mencari Evner ke dapur. Namun pria itu tak ada. Menghilang begitu saja.
"Evner ...?" Panggil Noya pelan. Tak ada sahutan.
***
Noya terbaring seraya menatap langit-langit kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Tapi ia enggan beranjak dari tempat tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBANG DARAH (MLG 3)
RomanceHarus ia akui bahwa ia tak mampu menolak satu pria itu. Pria berkulit putih pucat yang memiliki rambut berwarna hitam mengkilap, tubuh tinggi nan kekar, dengan sorot mata tajamnya yang menggetarkan hati. Dia adalah Evner Battara. Namun Noya tak men...