Noya terdiam sendirian di bangku taman. Ia memperhatikan sekelilingnya. Beberapa siswa dan siswi lain terlihat tengah melakukan kegiatan masing-masing di sekitar situ.
Noya memegang kedua pipi seraya menopangkan siku ke atas pahanya. Ia membayangkan saat-saat ia bersama Evner di alam ghaib.
Hatinya seolah bergejolak untuk pergi lagi ke sana dan menanyakan pada Evner, bagaimana perasaannya.
Namun beban itu hanya akan semakin membebaninya dan akan sedikit ternetralisir dengan menghembuskan nafas secara perlahan dan sedikit menyibukkan diri.
Ia pun menoleh ke arah pepohonan taman di dekatnya. Biasanya, dari sana Evner muncul. Namun kali ini, tak ada.
Apa dia marah? Tanya Noya dalam hati.
"Noya!" Panggil seorang lelaki.
Noya menoleh. "Eh, Henry?"
Henry duduk di sebelah Noya. "Kamu ngapain diem sendirian di sini? Lagi ada masalah?"
Noya menggeleng. "Anu ... Henry ...."
"Iya?"
"Aku mau tanya sesuatu deh."
"Nanyain apa?"
"Itu ... Kalau cowok bilang ... Mengenai suatu hubungan ... Sedangkan dia sendiri gak pernah menyatakan perasaannya, kenapa ya?"
"Dia membicarakan hubungannya sama kamu atau sama orang lain?" Henry balik bertanya.
"Sama aku ...."
Henry mengerutkan dahi dan berpikir sejenak untuk menjawab pertanyaan Noya.
"Kayaknya ... Dia suka deh sama kamu," jawabnya kemudian.
Noya terkesiap. "Benarkah?"
Henry mengangguk. "Tapi ... Dia ragu buat nyatain perasaannya sama kamu ... Semacam ... Dia kayak takut ditolak gitu ...."
Noya terdiam mendengar penjelasan dari Henry.
Ia teringat ekspresi Evner yang tampak bingung dan gelisah.
"Hmm ... Jadi kamu ada sesuatu sama seseorang yaaa ...? Siapa hayooo ...?" Goda Henry.
Noya mengangkat bahu seraya tersenyum jaim. "Apaan sih? Enggak kok!"
Henry tertawa.
"Henry!" Seru Noya malu.
Namun pemuda itu terus tertawa dan mencandainya.
***
Sepulang sekolah, Noya, Lussy dan Layla berjalan menuju gerbang keluar.
"Ada yang mau nemenin aku ke bank, gak? Kartu ATM aku rusak nih ..." Tanya Noya pada Lussy dan Layla.
"Waduh ... Aku ada acara nih ..." Jawab Layla.
"Wah, sama aku juga. Aku sama Mama mau belanja. Hehehe ..." Imbuh Lussy seraya nyengir.
"Hmm yaudah deh ...."
"Eh, tapi aku bisa sih nemenin, cuma sampai perempatan Setiabudi aja. Gapapa kan?" Tanya Lussy.
"Gak apa-apa, Lus, biar aku sendiri aja, Makasih. Aku duluan ya? Dadaaah ..." Noya melambaikan tangan pada dua sahabatnya itu.
"Hati-hati, Noy!" Seru Layla sambil membalas lambaian.
Lussy juga membalas lambaian. "Hati-hati!"
Noya tersenyum seraya mengangguk. Ia pun melanjutkan perjalanan sendiri menuju bank.
***
Sekitar ratusan pemuda berseragam dengan berbagai lambang dan nama geng berkumpul dan menyaksikan seseorang yang berdiri di atas mobil rusak yang dijadikan podium.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBANG DARAH (MLG 3)
RomanceHarus ia akui bahwa ia tak mampu menolak satu pria itu. Pria berkulit putih pucat yang memiliki rambut berwarna hitam mengkilap, tubuh tinggi nan kekar, dengan sorot mata tajamnya yang menggetarkan hati. Dia adalah Evner Battara. Namun Noya tak men...