Noya tersenyum. "Gak apa-apa ... Gak usah minta maaf ..." Ucapnya seraya mengatur nafasnya dan perasaan tegang yang berkecimpung dalam hatinya.
Kedua mata Evner memerah! Dan masih seperti itu!
Siapa sebenarnya kamu, Evner ...? Tanya Noya dalam hati.
"Kalau begitu ... Sampai jumpa nanti ..." Kata Evner sembari tersenyum canggung kemudian membalikkan badannya menuju jendela.
Noya masih mematung. Ia menyaksikan Evner melompat keluar jendela.
Beberapa saat, ia masih terdiam ... Dengan pipi memerah ....
***
Beberapa mobil Navara hitam melaju kencang di sepanjang jalan tol, menyalip kendaraan-kendaraan lainnya. Di dalam mobil, mereka telah bersiap, Klan Wikoraha yang dipimpin langsung oleh Adrian. Bersamanya, terlihat beberapa pria berkemeja hitam dengan rompi anti peluru beserta senjata AK. Di antara mereka, Kimyoo juga sudah sangat siap.
Ponselnya bergetar. Ia merogoh saku celananya dan melihat siapa yang menelpon.
Noya.
Kimyoo menghembuskan nafas kemudian menolak panggilan.
Di seberang sana, Noya terhenyak. Ia tak menyangka setelah sekian lama tak saling berhubungan, pria itu me-reject panggilan teleponnya.
Kimyoo mengeraskan hati dan pikirannya. Ia tak ingin memikirkan segala sesuatu yang akan membuatnya lemah. Ia hanya fokus pada tujuannya, menghancurkan Naga Sembilan!
Ia kemudian menengok rekan-rekannya yang lain. Ada yang merenung, ada yang mempersiapkan senjata, ada pula yang hanya diam seraya memejamkan mata.
Ia tahu, bukan hanya ia seorang, tapi mereka juga gelisah.
Tapi Naga Sembilan sudah menjadi momok mengerikan yang harus mereka hancurkan sesegera mungkin. Hidup atau mati.
***
Noya tengah membaca sebuah novel di taman. Seperti biasanya.
Tiba-tiba, ia mendengar suara tawa seorang anak perempuan.
Ia mengalihkan pandangannya ke arah seorang gadis yang tangah berlari riang mengejar kawanan kupu-kupu.
Noya tersenyum dan berjalan menghampiri gadis itu.
Gadis itu menengok lalu tersenyum pada Noya.
"Hai ...!" Sapa Noya.
"Hai juga," balas gadis itu ramah.
"Nama kamu siapa?" Tanya Noya.
"Fidelya. Panggil aja Delya ...."
"Delya? Nama yang cantik, sama seperti yang memilikinya," puji Noya.
"Makasih ..." Ucap Delya sambil nyengir. "Kakak juga cantik."
Noya tersenyum.
"Kalau nama Kakak?"
"Aku Noya. Panggil aja Noya."
"Oke, Kak Noya!"
"Kamu tinggal di mana?" Tanya Noya kemudian.
"Di Bandung," jawab Delya.
"Bandung? Aku juga di Bandung."
"Benarkah?"
Noya mengangguk.
Mereka pun saling berbincang dan bermain bersama menjajal sebuah ayunan.
Mereka bergantian menaiki ayunan dengan salah satu yang bertugas mengayunkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBANG DARAH (MLG 3)
RomanceHarus ia akui bahwa ia tak mampu menolak satu pria itu. Pria berkulit putih pucat yang memiliki rambut berwarna hitam mengkilap, tubuh tinggi nan kekar, dengan sorot mata tajamnya yang menggetarkan hati. Dia adalah Evner Battara. Namun Noya tak men...