ADIK?

1.9K 313 65
                                    

.
.
.
Demon Palace

Perth dan Mark sedang duduk santai di sebuah sofa di kamar Perth. Mark datang kekamar Perth di pagi buta dan mengeluh kesepian. Perth yang melihat anaknya murung pun berinisiatif menemaninya. Namun dua jam berlalu hanya diisi keheningan. Mark sibuk melamun dengan Perth yang setia menatapnya selama dua jam.

"Mark... " Perth yang sudah tidak tahan mencoba memecah keheningan.

Mark mengangkat wajahnya pelan,  menatap Perth dengan tatapan kucing terbuang. Membuat Perth gemas namun berusaha menahan diri tidak menarik pipi itu hingga melar.

"Ada apa?  Ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Perth pelan.

Mark mengangguk pelan. Membuat Perth khawatir.

"Apa? Katakan pada Daddy"

Mark mengatup bibirnya. Terdiam sesaat seakan menimbang apakah perlu mengatakan isi pikirannya saat ini pada Daddy-nya. Namun akhirnya dia memutuskan untuk mengatakannya.

"Aku.... Ingin punya adik"

"UHHUKK UHHUK"

Perth tersedak air liurnya sendiri mendengar pernyataan Mark. Menatap Mark dengan tatapan 'Kau-serius-Nak?' miliknya.

"Ya.. Aku kesepian. Aku ingin punya adik yang bisa menemaniku bermain dan kuajak bercerita." jelas Mark pelan.

Perth terdiam. Mark yang melihat Daddy-nya terdiam pun menghela nafas pelan.

"Sudahlah Dad,  lupakan saja. Itu hanya keinginan sesaat. Aku masih bisa bermain dengan Ping. Daddy tak usah terlalu memikirkan ucapanku tadi" Mark tersenyum kecil. Namun dimata Perth itu sebuah senyum kekecewaan.

"Kalau begitu Mark pamit. Mau kembali ke kamar dan bermain dengan Ping" Setelah mengatakan itu,  Mark menghilang dengan cepat.

Perth menatap tempat Mark duduk sesaat lalu.

"Adik.... "
.
.
.
Saint Condominium

Mean terlelap setelah terisak cukup lama dan di beri obat yang dibawa oleh Type. Saint duduk disamping tempat tidurnya. Memperhatikan sepupunya yang terlelap dengan kerutan didahinya. Seakan dimimpi pun Mean masih sesak akan sesuatu yang Saint tidak tau apa itu.

Tangan Saint terulur,  memegang lengan Mean.

"Sudah tak sedingin tadi walaupun tetap terasa dingin." gumamnya pelan.

Saint menatap kedepan,  dimana terdapat Type yang berdiri disisi lain tempaf tidur Mean.

"Type..  Katakan padaku,  kau mengetahui sesuatu kan?"

Type menatap Saint bingung.

"Apa? Tentang apa?"

Saint terdiam. Kemudian kembali menatap Mean yang masih setia terlelap.

"Tentang seseorang bernama Plan... "

Type terdiam. Memikirkan jawaban apa yang pas untuk diberikan pada Saint yang ingatannya sedang dihapus.

"Mungkin salah satu temannya dimasa lalu" jawab Type mencoba meyakinkan.

"Begitukah?"

Saint menatap kearah jendela besar dikamar Mean.

"Tapi entah kenapa aku merasa.. Plan lebih dari sekedar 'teman masa lalu' bagi Mean"

.
.
.

Kamar Can

Can duduk di kursi belajarnya. Menatap kearah kedua pahanya. Kearah tanda perisai dengan huruf MP ditengahnya.

"Setiap malam dia selalu ada di mimpiku, menangis, memohon maaf, dan mengatakan kalau dia mencintaiku, dan aku ditakdirkan untuk bersamanya. Tapi kenapa aku tidak bisa mengingat dia siapa? Apa hubunganku dengannya? Dan   bagaimana bisa aku berhubungan dengan vampir?"

Can bermonolog sendiri. Mengingat kejadian yang dialaminya beberapa jam lalu. Merasa begitu sedih ketika Mean menolak tawarannya.

"Aku merasa begitu murah sekarang"

Can menunduk, airmata jatuh diatas paha telanjangnya karena celana yang dikenakannya terlalu pendek.

"Siapapun kamu, kamu harus tau satu hal....."

"...... aku merindukanmu"

.
.
.
.
.

Demon Palace

Sudah 30menit yang dilakukan Perth hanyalah mondar mandir di kamarnya. Perkataan Mark tentang "ingin punya adik" masih terngiang-ngiang di kepalanya. Mark terlihat sangat serius dengan keinginan nya itu walau akhirnya berkata baik-baik saja dengan wajah kecewa.

"Saint saja masih tidak ingat padaku. Lantas bagaimana aku dan Saint bisa 'membuat' adik untuk Mark?" Gumam Perth pelan.

Ya, hanya itulah yang ada dikepalanya sedari tadi. Dan sampai sekarang dia tak menemukan jalan keluarnya.

"Paman Tae, hanya dia yang bisa menolongku, tapi tidak mungkin dia akan setuju semudah itu" Perth mulai putus asa pada pikirannya sendiri.

Srett

Perth berhenti dari acara mondar mandirnya. Lalu tersenyum licik saat sebuah ide terlintas dibenaknya.

"Mark.... dia kan sangat lemah terhadap Mark. Aku akan menyuruh Mark untuk merengek padanya"

Perth pun tersenyum miring setelahnya.

"Mark, kau akan punya adik sebentar lagi....."

.
.
.
.
.

To Be Continued

Im back, lagi mempertimbangkan untuk tetap post di sini atau kembali ke IG.
Jadi, Mohon feedbacknya ya, krisar dan sebagainya, jangan cuma next, sedih bacanya 🤧🤧

Terima Kasih sudah mampir 🙏🏻🙏🏻

Regards,
🍒CherryLatte☕

Immortal Love (DISCONTINUE) Where stories live. Discover now