SAVE MARK

1.2K 250 24
                                    

.
.
.
.

"Aku...  Mark" sahut Mark setelah beberapa saat terdiam. Menyambut uluran tangan Gun.

Gun tersenyum senang.

"Kau-"

"Dia anak paman Saint,  sepupumu" ujar Trump memotong kalimat anaknya.

Gun yang mendengar itu berbalik menatap ayahnya. Mulutnya terkatup rapat. Menatap ayahnya dengan tatapan seolah dia sangat lelah.

"Apa? Kenapa menatap Ayah begitu?" ujar Trump yang tak nyaman dengan tatapan yang di berikan anaknya.

Gun menghela nafas pelan.
"Ayah masih belum menyerah? Untuk mendapatkan paman Saint? Apa aku dan ibu belum cukup untuk Ayah? Harusnya aku menyusul Ibu saja sekarang" ujar Gun pelan. Amat pelan. Namun terselip rasa kecewa di setiap kata yang diucapkannya.

Trump menatap Gun tegas. "Paman Saint akan jadi sosok ibu yang baik untukmu. Percaya pada ayah" ujar Trump berusaha meyakinkan anaknya untuk mendukung rencananya ini. Gun hanya terdiam. Benar-benar tak tertarik dengan apa yang dikatakan ayahnya. Sedangkan Mark sedari tadi hanya bisa diam mendengarkan perdebatan ayah dan anak itu.

"Terserah ayah saja,  aku tidak mau ikut campur. Tapi aku minta ayah lepaskan Mark. Jangan libatkan dia dalam obsesi ayah. Jika ayah ingin mendapatkan paman Saint, pakai cara yang sehat,  buktikan kalau ayah pantas. Tidak dengan memakai cara seperti ini." ujar Gun menasihati ayahnya.

Mark terpana. Berdebar hanya dengan mendengar kata-kata yang keluar dari bibir tipis Gun. Bak melihat gajah yang menelurkan emas. Sedangkan Trump menatap kesal pada Gun. Mendekat ke arah Gun dan mencengkram pundak kecil Gun.

"Kenapa? Kenapa kau tak pernah mendukungku?  Tak pernah mendukung ayahmu? KENAPA!?" ujar Trump dengan nada suara yang meninggi.

Gun tersenyum getir.

"Aku pikir,  itu hanya perasaanku saja. Ternyata memang selama ini Ayah tidak pernah mencintai Ibu. Dan mungkin saja Ayah terpaksa merawatku. Ayah menganggap aku penghalang sama seperti Ibu, kan? Tidak masalah. Lakukan apa yang ingin Ayah lakukan. Anggap saja aku tidak ada. Melihat Ayah seperti ini,  aku merasa ingin menyusul Ibu sekarang juga,  dan berharap jika dilahirkan kembali,  aku tidak mempunyai ikatan apapun dengan Ayah."

Gun memegang tangan Trump yang berada di pundaknya. Menghempas tangan Trump kemudian berlalu dari ruangan itu. Membuat Trump menatap punggung anaknya dengan kesal sedangkan Mark mengepalkan tangannya. Menatap kearah Trump dengan penuh amarah.

"Kau tidak akan mendapatkan apa yang kau mau, Paman. Astaga bahkan lidahku terasa gatal saat menyebutmu Paman" ujar Mark tersenyum mengejek pada Trump.

Trump membalas dengan tawa kecil.

"Tenang saja, Mark. Kali ini aku tidak akan kalah."
.
.
.
.

Demon Palace

Perth sedang berkeliling perpustakaan istana. Menatap jejerana buku tebal yang mampu membuat Perth pusing hanya dengan melihatnya saja.

"Kenapa Ayah suka sekali mengoleksi benda-benda membosankan ini? Bahkan dunia manusia telah memiliki sesuatu yang lebih praktis yang dinamakan smartphone." gumam Perth sambil berdecak. Tak habis pikir dengan hobby Ayahnya yang satu ini.

TRAK

Pintu besar perpustakaan terbuka, menampakkan sosok Tay yang perlahan masuk dengan pakaian resmi Raja Demon. Perth membaikkan badannya ke arah pintu. Menatap ayahnya yang juga sedang menatapnya dalam diam.
Perth mengerutkan alisnya melihat wajah tegang ayahnya.

"Ayah? Ada apa? Terjadi sesuatu?" tanya Perth. Tay menghela nafas pelan.

"Kau... Tidak bisa melakukannya?" bukannya menjawab, Tay malah balik bertanya.

Immortal Love (DISCONTINUE) Where stories live. Discover now