-Prologue-

96 15 9
                                    

Plak Bagh Bugh Bugh Dhug!!

Seorang gadis tengah menghajar seorang lelaki yang seumuran dengannya secara brutal. Lelaki itu hanya pasrah ketika menerima pukulan demi pukulan yang diberikan sang gadis. Tidak ada niatan sama sekali untuk menghentikannya.

"PUAS LO??! PUAS, HAH?!!" bentak sang gadis dengan logat Inggris yang kental didepan wajah lelaki tersebut. Mata hijaunya yang tersirat rasa terluka, kecewa, benci dan amarah itu menyorot tajam pada mata sendu sang lelaki. Tidak kuat untuk terus melihatnya, gadis tersebut menghempaskan tubuh sang lelaki dengan kasar.

"Udah puas kamu nyakitin aku?! Apa sih yang ga aku kasih ke kamu? Apa sih yang ga aku turutin dari semua permintaan kamu? APA!!! Kasih tau aku!! Selama ini aku berusaha untuk terus sabar ngadepin sifat kamu, berharap kamu bisa sadar akan kelakuan kamu yang sudah kelewat batas, dan sekarang, aku udah gak bisa mentolerir kelakuan kamu lagi," ujar gadis itu dengan sangat marah.

"Hahaha....Dengan tingkah laku kamu yang kayak gini, aku berpikir... kamu nganggep aku itu kayak gadis lemah yang gak bisa berbuat apa-apa, dan akan terus menuruti keinginan kamu, bukan begitu, mr. Niel? Huh.. tapi kamu salah besar kali ini, mr. Niel. Bahkan aku tidak akan segan-segan untuk membunuh seseorang yang menghalangiku," ujar gadis itu panjang lebar dengan nada yang seram dan meremehkan.

Tentu kalimat-kalimat tersebut terdengar jelas oleh sepasang telinga sang lelaki. Ia memandang tak percaya mata gadis yang ada dihadapannya ini.

"Ber-berhenti..Sha-sha! I-ini..b-bukan k-kau!!" cegat sang lelaki sambil merintih.

"Hah?? Bukan aku?! Hello mr. Niel.. hm~ kau membuatku sakit hati lagi loh.." ucapan gadis itu benar-benar menyeramkan bagi lelaki yang sudah babak belur tersebut. "You don't know me? Lantas dari kemarin sampai beberapa jam yang lalu, yang menjadi kekasihmu itu siapa mr. Niel? Ck ck ck. Apa kau mulai pikun, mr. Niel?" Tawa gadis itu menggema keseluruh lorong koridor yang sepi ini. "Apa aku harus memperkenalkan diri secara resmi, mr. Niel? Agar kau mengetahui sedikit hal tentangku. Mengingat... awal perjumpaan kita, anda sudah mengenal saya terlebih dahulu dan itu sangat curang bagiku. Apa kau tertarik?" tanya gadis tersebut dengan nada menggoda sambil mencekram erat rahang Niel.

"Ja-jangan lakukan apa y-yang ak-akan memb-buath..mu me-nyeshal.. Shasha!" ujar Niel sambil mengontrol rasa takutnya. Nafasnya tersenggal-senggal.

"Hah? Menyesal? Apa tidak salah? Aku dengan menyesal?? Hahaha.. lucu sekali anda ini, mr. Niel.." Gadis itu kembali tertawa. "ANDA LAH YANG SEHARUSNYA MENYESALI PERBUATAN DISINI!!!"bentaknya sambil menyentak rahang lelaki itu, dadanya kini kembang kempis menahan amarahnya. Wajahnya merah padam dengan mata menyorot nyalang. "Dan saya, tidak akan pernah menyesali hal apapun, kepada siapapun dan dimanapun termasuk anda. Ingatlah itu mr. Niel."

"A-ak-aku.. aku e-enggak.." ucapan Niel itu menggantung karena sudah tidak bisa melanjutkannya. Nafasnya tersenggal-senggal karena bertahan dari hajaran sang gadis.

"Udah cukup, ya, aku bertahan. Udah cukup! Kamu udah lebih dari cukup membuat aku terluka. Kali ini kamu sudah sangat keterlaluan, aku gak bisa berdiam diri lagi seolah-olah tak terjadi apa-apa. Sudah tidak ada kata 'kita' lagi diantara aku dan kamu. Aku pergi." Gadis itu beranjak pergi meninggalkan Niel yang sudah melemah. Baru berjarak satu meter langkahnya, gadis itu berhenti. Lelaki itupun sudah kehilangan setengah kesadarannya.

Tanpa berbalik arah untuk menatap Niel. Gadis itu kembali berucap, "Satu hal lagi. Jangan harap Anda bisa lepas begitu saja! Anda akan membayar semua luka yang Anda buat!". Habis sudah riwayat lelaki itu.

Niel hanya diam melihat kepergian sang gadis yang tidak lain adalah mantan kekasihnya. Ia tahu semua akibat yang membuat sang gadis kini begitu marah dan terlihat putus asa. Semuanya karena dia yang telah terus menerus melukai hati sang gadis. Perkataan sang gadis cukup membuatnya terasa tertampar bertubi-tubi.

"Maaf.." ujar Nathan begitu lirih. Ia tidak bisa bergerak bebas karena luka-luka yang kini bertahta ditubuhnya. Seluruh badannya terasa remuk.

"Shasha?" panggil Nathan yang mulai melemah. "S-Sha.. maaf.. Ga seharusnya kamu jadi begini karena aku... maaf...Shasha..!" lirih Nathan dengan sesekali meringis sakit.

"A-ku benar-benar men-cintaim-mu, Shasha! Ak-aku mohon j-jangan pe-pergi lag-ih!!" lirih Niel menahan sakit di sekujur tubuhnya.

"Night!" tutup gadis itu sambil terus berjalan dengan sedikit terhentak-hentak dan cepat. Ia tak menghirau kan ucapan demi ucapan yang keluar dari mulut buaya darat tersebut. Jujur, ia kecewa, sangat kecewa dengan keadaan ini. Ia sangat lelah dan sakit, namun ia merasa lebih sakit mendengar lirihan orang yang ia cintai itu. Gadis itu sangat marah, marah dengan takdir Tuhan yang tengah bermain-main dengan hidupnya.

Tak lama, kini tubuhnya ambruk terduduk di pinggir trotoar.

'Tak bisa kah kau berikan kebahagiaan yang murni untukku?' bantinnya sambil menatap nyalang langit malam yang ditaburi penuh bintang. Namun, beberapa detik kemudian, tatapannya meredup, dan beralih menjadi menatap kearah depan dengan tatapan kosong.

Ia memikirkan apa kata batinnya barusan. Kemudian mulutnya terbuka dan mulai tertawa kencang yang terdengar miris di telinga. Cairan bening mulai keluar dari mata, dan membasahi pipinya. Hujanlah yang menjadi samaran dari air mata tersebut. Dengan tak berprasaan, hujan kini membasahi tubunya, membuatnya semakin kalang kabut, terisak.

"HAHAHAHAHA......AAAAARRRGGGHHSS!!!!!!!!" teriak gadis tersebut sambil menjambak rambutnya dengan kedua tangan, lalu memukul-mukul dadanya seolah melakukan itu bisa membuat sesak di dadanya hilang. "GUE CAPEK!!!" teriaknya ntah pada siapa. Tatapannya masih kosong kedepan.

Pertama kalinya ia menangis setelah kepergian ibunda tercintanya.

Frozen HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang