06.

11.4K 832 18
                                    


Malam ini sangat dingin, bulir-bulir berkilauan itu mulai berjatuhan dari gelapnya langit malam. Gadis berambut blonde itu sedang duduk disana, memandang keluar jendela besar di depannya menyaksikan sebagian kota yang berada pada jangkauannya diselimuti putihnya salju.

Lisa sontak menoleh begitu mendengar perapian yang menyala,

"Mr. Choi..?", pria paruh baya itu duduk di sofa samping Lisa. Siap mendengarkan nona muda nya untuk bercerita.

Lisa memandang lurus ke depan, perlahan tangannya meletakkan secangkir coklat itu diatas meja.

"Apakah semuanya akan baik-baik saja?", suara gadis itu bergetar hebat. Mr. Choi menunduk dia paham betul bagaimana perasaan Lisa.

"Jangan pernah berhenti berdoa, sejam lagi kita akan berangkat kesana sesuai permintaanmu nona", Lisa mengepalkan tangannya, bulir air yang terbendung di matanya sedang ditahan agar tak pecah.

"Aku akan persiapkan mobil, bersiaplah nona", setelah Mr. Choi pergi, Lisa masih termenung di tempatnya duduk.

Otaknya benar2 tidak bisa berpikir lagi, ia tidak bisa memikirkan apapun. Air matanya pecah, mengalir membasahi pipinya, sesegukan, isakan itu ia berusaha menahan dengan menggigit bibirnya.

"Maafkan aku...tidak melindungi--mu dengan be--nar...", ia menunduk dia benar-benar lemah sekarang.

FLASHBACK

"Kita janjian di tempat biasa?", ujar Lisa dengan sosok gadis yang ia cintai diseberang sana melalui telpon.

"Aku menunggumu!", ujar gadis bermata kucing itu semangat.

Malam ini, Lisa bertekad untuk meminta Jennie menjadi kekasihnya, ia tidak peduli dengan status mereka sebagai saudari tiri, Jennie adalah kebahagiaannya, dia tidak akan membiarkan bahagia itu diambil oleh orang lain.

Lisa memilih buket bunga terbaik untuk Jennie.

Dengan semangat sesekali Lisa mencium aroma yang dihasilkan buket bunga di tangannya, dengan senyum manis yang tak pernah luntur.

Lisa memilih kursi yang tepat disamping jendela cafe, agar dari luar ia bisa melihat Jennie datang. Tepat di seberang lalu lintas, Lisa tersenyum penuh arti melihat Jennie melambaikan tangan, senyum gadis bermata kucing itu selalu berhasil mengenyuhkan hati Lisa.

Gadis bermata kucing yang sangat ia cintai.

Ketika Jennie menyebrangi jalan, kedua iris mereka tidak pernah putus. Keduanya memberi senyum terbaik mereka.

BEEEPPPPP BEEEEPPPPP

BRAKKKKKKKKKK!!!!

"Tidak!! Ada orang terluka disini!!!",

"ADA YANG TERLUKA DISINI HUBUNGI AMBULANCE !!!"

Tubuh Lisa menegang, kedua matanya menyaksikan sendiri apa yang terjadi disana. Lisa gelagapan, segera ia berlari keluar dari cafe, berlari sekencang yang ia bisa meski kedua lututnya bergetar hebat, ia menembus siapapun yang menghalangi jalannya.

Lisa memegang kepalanya, ia terlalu syok dengan apa yang ia lihat saat ini dan beberapa detik lalu.

Darah segar mengalir di dinginnya aspal malam ini.

Tubuh gadis bermata kucing itu melemah, pendarahan hebat di kepala membuatnya tak sadarkan diri. Lisa memeluk tubuh itu erat, sangat erat. Air matanya bahkan tidak sanggup untuk keluar.

Perlahan kepala Lisa mendongak ketika ia merasakan bulir salju mulai berjatuhan, ini adalah salju pertama di tahun ini.

Salju menjadi sendu, bagi Lisa salju melambangkan keceriaannya, namun kini tersisa menjadi sebuah Luka membekas.

The Sisters (?) [JenLisa/Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang