07.

11K 809 5
                                    

Jauh di belakang seorang gadis tinggi berambut blonde itu tengah berdiri, kedua irisnya tak lepas memandang gadis manis bermata kucing yang tengah melakukan terapi merenggangkan kembali otot-ototnya yang telah kaku akibat koma selama setahun.

Perlahan bibir itu mengukir senyum, senyum yang menyakitkan.

"LISA ! Kemarilah nak", teriak mama memanggil Lisa untuk bergabung bersamanya & Jennie. Lisa tersenyum lalu menghampiri keduanya.

Jennie tersenyum manis menatap Lisa. Berkat mama yang memberikan pemahaman kepada Jennie kalau Lisa adalah saudari tirinya, akhirnya perlahan Jennie mulai menerima Lisa meski kadang masih canggung.

Meski semuanya terulang dari awal seperti pertama kali ia bertemu dengan Jennie, diperkenalkan kepada Jennie, hal itu sudah lebih dari cukup bagi Lisa, setidaknya masih ada harapan gadis bermata kucing itu bersamanya.

"Besok Jennie sudah bisa kembali ke rumah, pulang sekolah besok kemari bantu mama ya", Lisa turut senang akhirnya sebulan sejak Jennie siuman gadis itu kini boleh pulang.

"Baik mama",

***

"Benarkah?! Jennie sudah boleh pulang?! Aku sangat senang!", ujar Nayeon bersemangat. Jisoo & Irene pun tak kalah senang.

Jennie juga telah diberi pemahaman oleh ibunya kalau ia memiliki tiga sahabat dekat, dan berkat kerja keras tiga sahabatnya itu yang selalu melakukan pendekatan pada Jennie akhirnya Jennie melepas diri & senang berkumpul bersama sahabat yang ia lupakan itu.

Rasanya seperti memiliki teman baru, padahal sebenarnya teman lama...

***

Karena pekerjaan mama yang cukup padat, alhasil Jennie hanya diantar pulang oleh Lisa & Mr. Kang supir pribadi rumah mereka. Namun bagi Jennie tak masalah.

"Welcome home Jennie", ujar Lisa bersemangat, Jennie sangat bahagia kepulangannya disambut oleh seluruh pekerja dirumah tersebut, bahkan ketiga sahabatnya pun hadir disana.

"Wahh terima kasih banyak!", Mr. Choi menatap Lisa, Lisa kembali menatap kedua iris pria paruh baya itu.

***

"Bagaimana keadaanmu?", ujar Mr. Choi datang membawakan secangkir coklat panas untuk Lisa yang tengah duduk di sofa ruang tengah yang dahulu selalu menjadi tempat Jennie.

"Seperti yang kau lihat aku mulai membaik paman", ujar Lisa meneguk secangkir coklat tersebut, Mr. Choi tersenyum.

"Syukurlah Jennie baik-baik saja", Lisa tersenyum namun dibalik senyum itu ada luka yang tertanam.

Lisa hanya duduk memandang langit malam tempat salju berjatuhan menyelimuti kota Seoul.

"Kenapa tidak bergabung saat makan malam Lisa?", gadis blonde itu menoleh dan mendapati Jisoo tengah duduk di sofa sampingnya. Lisa tersenyum kecil.

"Nanti saja, Jennie sudah makan?", Jisoo mengangguk, Jisoo menatap Lisa prihatin, ia paham apa yang Lisa rasakan.

Meskipun benar Jennie mulai menerima Lisa kembali namun Jennie melupakan ada 'sesuatu' dibalik hubungan saudari mereka.

"Menangislah, semua orang akan menangis bila mereka sedih Lisa", Lisa menatap Jisoo dengan kedua mata yang dibendung air mata.

"Air mataku sudah habis", Lisa menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa tersebut, sorot matanya sendu memandang kosong langit malam melalui jendela, bulir salju yang menjadi objek pandangannya.

"Kursi itu... adalah tempat kesukaan Jennie", Lisa menggeleng kecil tidak membenarkan ucapan Jisoo.

"Kursi ini adalah keburukan", Jisoo menatap Lisa dengan tatap bertanya, gadis blonde itu menatap kedua iris Jisoo, air mata yang dibendungnya pecah.

The Sisters (?) [JenLisa/Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang