Dua tahun yang lalu, Jeffreyan pernah menawarkan pernikahan impian yang begitu mewah kepada Lirisha. Pernikahan yang mungkin menjadi pernikahan impian setiap perempuan. Sebuah pernikahan yang di dalamnya terdapat keluarga bahagia antara dirinya dan juga Lirisha beserta anak-anak mereka kelak, bahkan bukan hanya pernikahan impian, Jeffreyan juga membelikan rumah mewah kepada Lirisha untuk hidup mereka setelah pernikahan impian tersebut. Namun setahun setelah penawaran pernikahan yang tadinya Jeffreyan inginkan tiba-tiba menjadi abu-abu untuk Jeffreyan inginkan.
Setahun yang lalu Jeffreyan mulai berubah, Jeffreyan melupakan penawaran pernikahan itu dan lebih sering mengabaikan Lirisha daripada menemui perempuan itu seperti hari-hari biasanya. Semua perubahan Jeffreyan tentu ada penyebabnya, tentu saja. Penyebab utama perubahan Jeffreyan adalah karena kedatangan Anggita. Perempuan manis yang secara tidak sadar Jeffreyan tiduri saat perempuan itu masih menjadi sekretarisnya. Saat itu Jeffreyan mabuk setelah pertemuan dengan pemegang saham di perusahaan ayahnya, dan juga saat itu Jeffreyan bingung apa yang harus pria itu lakukan karena ketidaksengajaan itu. Dan benar, mulai dari sana Jeffreyan berubah total, pria itu menjadi manusia mengerikan yang mulai kecanduan dengan seks. Dan dari sana Jeffreyan mulai berkeinginan mencoba semua gadis bahkan tak jarang memaksa para gadis yang di belinya di rumah bordil untuk memuaskan nafsunya.
Pagi itu hawanya dingin, dari semalam hujan juga terus melanda kota itu. Awan mendung yang terus menyelimuti langit, nyatanya juga menyelimuti hati Jeffreyan setelah mengetahui tentang Lirisha dari Anggi. Jeffreyan marah, benar-benar marah setelah mengetahui perempuan kesayangannya juga melakukan hal gila seperti dirinya, walau mungkin tidak segila dirinya.
"Ini masih terlalu pagi buat kamu ketemu sama Lirisha, Jeff."
Gerak Jeffreyan yang tengah memakai kemejanya terhenti. Pria itu menoleh menatap tajam kearah Anggi yang masih berdiri tak jauh darinya sembari melipat kedua tangannya di atas perut.
"Jangan campuri urusanku."
Anggi hanya tersenyum masam. "Maksudku, ini terlalu pagi untuk mengganggu pasangan yang semalam mungkin bermain dengan brutal karena cuaca yang mendukung."
Dan seharusnya Anggi tau, memancing kemarahan Jeffreyan bukan ide yang bagus. Apalagi itu menyangkut tentang Lirisha.
"Tutup mulutmu atau aku akan merobeknya!" Dan benar saja, cengkraman kuat dari tangan kekar Jeffreyan mencengkram kuat dua pipinya bersamaan dengan mata kelam yang menatap Anggi begitu tajamnya.
"Aku pergi."
Akhirnya pria itu pergi begitu saja setelah menghempas kasar cengkeramnya dari kedua pipi perempuan itu tanpa meminta maaf.
Dan untuk kesekian kalinya, Anggi mencoba untuk menolak sadar bahwa dirinya sampai kapanpun tidak akan pernah menggantikan posisi Lirisha di hati Jeffreyan.
***
"Ah! Salad lagi. Aku mau steak."
Lirisha mendongak, tersenyum cukup manis menatap betapa menggemaskannya Jeandra saat laki-laki itu merengek meminta makanan favoritnya.
Dengan bibir yang dipoutkan serta wajah nelangsa yang di tunjukkan Jeandra, mampu membuat maid yang tengah melayani sarapan tersebut kebingungan dan menatap kearah Lirisha seolah bertanya pada perempuan itu akan kemauan laki-laki itu.
Lirisha tersenyum kecil, lalu menatap maid yang berdiri di samping Jeandra yang tengah kebingungan tersebut. "Sure, steak untuk Jean." Kata Lirisha, lalu mengangguk perlahan menatap maid tersebut sebagai perijinan.
Dan setelah itupun, Jeandra tersenyum lebar. Sedangkan Lirisha kembali disibukkan pada email-email yang masuk di iPad miliknya.
"Terimakasih mommy."