Hibur Ozay

20 5 0
                                    

Baru aja keluar ruangan , pas buka pintu udah banyak segerombalan anak cewe ngantri depan ruang guru yang dipimpin oleh Yati, pantas saja saat didalam tadi Sangat tidak tenang para guru termasuk gue mendengar krasak krusuk ternyata ini penyebabnya.

"Liv mana liv ka Rayyan?" Pertanyaan yang dilontarkan Cewek kelas gue terutama Yati langsung buat gue mendelik malas.

Gue berjalan menghiraukan mereka yang pada akhirnya menyerah pasrah, membubarkan dirinya masing-masing. Isi kelas Kenapa Si rela-relaan nunggu gue keluar, demi ketemu Rayyan dan Geram nya lagi pada enggak sadar tempat itu ruang guru bukan studio musik malah pada ngerumpi didepan pintunya. Untungnya aja tadi didalam Guru masih bisa sabar sedang banyak kerjaan pula coba saja kalo tidak bisa-bisa gue sebagai ketua kena amarah lagi dan ikut-ikutan dihukum dilapangan karena ulah mereka.

"Liv ngapain aja tadi di dalam?"

Masih berani nanya lo bambang

Yati lari-larian kecil menyamai langkah gue, beruntung gue punya kaki lebih panjang darinya "Yah lo masi marah ya?"

Pake nanya lagi

"Kan gue udah minta maaf Liv, ayolah maafin gue"

Gue berhenti menghadap ke Yati "Kalo lo merasa sahabat gue enggak usah curigain gue terus"

"Iyah iyah gue tau salah makanya minta maaf" Kata Yati dengan tulus bikin menimbang-nimbang.

"Janji lo?"

"Iya" Yati menjunjukan kelingkinya dan gue persatuin dengan kelingking ditambah ibu jari.

"Tadi kenapa dipanggil pak anang?"

"Kangen katanya"

"Mana ada guru ngajak ketemuan cuman bilang kangen"

Kebetulan banget pak Anang sama Ka Rayyan yang bawa tumpukan buku erlangga itu ingin menuju kearah gue "tanya aja pak Anang"

Pak anang yang merasa namanya di sebut langsung senyum "iya ada apa Oliv"

"Bapak manggil si Oliv cuman mau nyampein Rindu?" Tanya Yati dengan polosnya.

Pak Anang ketawa lalu mengangguk "belajar jadi dilan bapak!" Jawabnya.

Gue nahan tawa.

Yati menggeleng tak percaya. Kemudian terasadar disebelah pak anang ada cowo idamannya, dia menatap ka Rayyan yang ikut berhenti, air bening di Muka yati becucuram gitu aja.

"Oliv nanti  jangan lupa chat kaka ya" Ucap ka Rayyan sebelum pergi bersama Pak Anang.

"punya nomor ka Rayyan lo?"

"Dapat darimana?"

"Ko bisa si lo dapet no ka Rayyan?"

"Punya nih"gue unjukin selembaran kertas yang tertuliskan nomor.

"Setahu gue kalo bukan anak kelasnya enggak akan ada yang bisa dapetin no ka Rayyan"

"Jangan bilang lo mau nikung gue!" Tuduh Yati melupakan apa yang baru saja dijanjikan untuk gue.

"Nih" Kata gue ngasi kertas itu "gue minta buat lo!"

Yati loncat-loncat girang terus-terusan muji dan bilang makasi ke gue. Kalo boleh jujur itu nomor ka Rayyan yang ngasih buat gue menanyakan urusan ke dia lebih lanjut. Untuk sekarang lebih penting kebahagian teman dibanding urusan lain.

Gue baru inget Ada hal yang lebih penting dari ini!

"Ozay dimana Yat?"

"Sini!sini" Yati narik gue kelapangan. Sambil nunjuk kearah atas terlihat sangat remang-remang karena gue enggak pakai kacamata

OLMAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang