kehilangan

29 4 0
                                    

Seperti yang dirasakan orang banyak terkadang perjalanan pulang lebih cepat daripada perjalanan menuju tempat yang diinginkan. Bahkan sekitar 1 jam kita sudah sampai di rumah Imam segera mungkin memarkirkan mobil. Kita bersama-sama berjalan karena gang rumah gue yang tak muat dimasuki mobil.

Melihat beberapa orang memakai baju hitam-hitam berjalan beriringan sambil berbicara,ada juga yang menangis sambil menatap kearah kita dengan iba.

Saat sadar bahwa mereka telah berpulang dari arah gang rumah, dan terpampang bagaimana bendera yang tidak diinginkan semua manusia terlihat jelas di gerbang rumah. Tak tahan dengan kehancuran hati,secara reflek berlari sejadi-jadinya.

Didepan gerbang bahkan ada mobil Tante,saat semua orang yang disana melihat keberadaan gue mereka berdiri. "Kamu yang sabar ya emak mu sudah tidak ada" Kalimat tertajam untuk pertama kalinya yang buat gue menggeleng tak percaya serasa dijatuhkan kedalam jurang.

Melangkah lemas dengan badan yang bergemetar hebat, suara isakan Tante buat hati gue makin hancur. Betapa hancurnya lagi melihat badan Emak yang terbujur kaku ditutupi kain kafan.

"EMAK HIKS Emak" Tangis gue pecah meronta-ronta memeluk Emak yang sudah lagi tak menyahuti.

"ENGGAK MUNGKIN! Ini pasti cuman mimpi!"

Beberapa temen gue mengusap bahu gue "Sabar Liv" Suara Imam yang kini berusaha membangunkan gue.

"bilang gue ini cuman mimpi kan Mam! Gue lagi tidur dikelaskan"tangan dia gue angkat untuk menabok lengan gue "pukul gue mam,bantu gue meyakinkan ini enggak mungkin mam hiks,please help me Huwaaaaaaa"

"Lo harus bisa Nerima kenyataan Liv" Suara Dhani yang buat gue menangis makin jadi.

"Semua orang seharusnya enggak ada disini! Emak masih ada di dunia Dhan hiks huwaa"

"Ini semua salah gue hiks, iya ini salah gue seharusnya gue enggak sekolah hari ini jagain emak karena dia lagi sakit. Seharusnya gue langsung pulang bukan di luaran gitu" Gue menyalahkan diri gue yang benar-benar tak tahu diri.

"Berhenti nyalahin diri Lo! Ini juga salah gue sama Ozay" Kata Ida.

"Hiks emak. Maafin Oliv didetik terakhir Oliv gadisamping emak. Bangun Mak bangun Huwaaaaaaa" sekuat tenaga gue kembali terjatuh berusaha membangunkan emak. Ingin sebuah keajaiban datang menghampiri saat ini juga. Bagaimana bisa kehilangan seseorang yang sangat disayangi yang sangat disanjungi yang sudah merawat gue sejak bayi yang bahkan menggantikan sosok.ibu di dunia ini  . Tidak,sekali lagi gue katakan gue belum siap kehilangan Emak.

"EMAK GA BOLEH PERGI MAK! BIAR OLIV AJA HUWAAA"

"Nak,sudah nak jangan menangis kasihan jenazah Emak mu. Biarkan emakmu tenang. Semua juga sedih disini bahkan ada yang lebih sedih dari kamu, Tante kamu terus menangis dan juga Abah mu dia sudah jatuh  pingsan sekarang berada dikamar sendirian"

Gue bangun menatap Tante "Abah dikamar?" Tante mengangguk.

Kalimat panjang Tante benar, ada yang lebih terpuruk dari gue yaitu abah. Karena Abah yang selalu berdua bersama Emak berpulahan tahun. Gue menuju kamar, terdengar suara pecahan beling dari Kamar Abah.

"Abah stop"sisa pecahan botol itu ingin dituncepkan di nadi tangannya."Oliv mohon jangan Abah,jangan lakuin itu bah"

Bundanya  imam yang dari awal mengekor cukup kaget dan segera memohon "tolong Jangan lakukan itu pak,kasihan cucumu ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain kamu"

Abah meletakan pecahan botol itu lalu menangis "untuk apa Abah ada di dunia kalo emak sudah meninggal Nak" kata Abah dengan suara gemetar "sudah puluhan tahun Abah hidup bersamanya".

"Hidup dan mati itu kehendak Allah bah. Sudah saatnya Emak dipanggil oleh Allah karena Allah sayang sama emak. Abah masih punya Oliv,Oliv juga enggak mau kehilangan abah." ucap gue berusaha tegar supaya Abah tak melakukan hal bahaya.

Tante gue datang dengan suaminya kelopak matanya pun sudah membengkak "Emak memang sudah tau tentang ia akan meninggal, ia memesan tanah kuburan disamping kuburan kedua orang tuanya dibandung pak" ujar Tante.

"Jadi istriku meminta untuk dikuburkan dibandung?" Tanya Abah dibalas anggukan oleh anaknya.

"Yasudah jika itu permintaan terakhirnya marilah segera kita berangkat dan menguburkan jenazahnya" Abah bangun dari tempat tidur dengan hati yang berusaha menerima.

Mengingat percakapan waktu itu dengan Emak.ternyata rumah yang dipesan emak adalah rumah yang dijadikan peristirahatan rumah terakhirnya.

Berusaha ikhlas walau belum mampu,gue enggak boleh nangis lagi Abah lebih sedih kehilangan orang yang dicintainya. Tuhan, jika itu yang terbaik untuk Emak ,Oliv berusaha semampu mungkin untuk tegar dan sabar.

****

Pukul 05.00 WIB. Kita sudah sampai di kota Bandung, betapa banyak orang-orang yang kenal dengan Emak sudah menunggunya dipemakaman dengan seragam yang serba hitam.

Tempat peristirahatannya bahkan sudah tersedia. Hati gue hancur lebih dari kehilangan orang tua kandung gue. Air mata gue sudah menggenang dipelopak. Segera mungkin untuk menyingkirkan supaya Abah tak melihat.

Setelah jenazah emak dimasukan ke liang lahat,abahlah yang mengumandangkan Adzan dengan suara gemetar. Disamping gue Imam berusaha untuk menggenggam tangan gue erat supaya gue kuat dan tidak menumpahkan air matanya.

Setelah doa dilantunkan.Tanah itu  bahkan tak terasa sudah tertutup rapi,bertancapkan batu nisan.

Semua orang yang disana sudah bubar yang tersisa hanyalah gue, Tante,Abah serta keluarga nya imam. Teman-teman yang lain tidak ikut karena dilarang oleh Tante. Sebab Tante tidak ingin merepotkan mereka apalagi mereka belum pulang kerumah nya masing-masing dan Masi sekolah juga nanti hari Seninnya. Kalo keluarganya imam memang mereka sekeluarga dengan sukarelawan ingin membantu .

"Pak pulang yu" ajak Tante.

Abah mengangguk lemah setelah itu mencium batu nisannya.

"Selamat tinggal emak" batin gue mengucap perpisahan.

OLMAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang