Pencarian

15 5 0
                                    

Meski gue sekarang berada ditempat yang sunyi ditemani dengan kertas bertuliskan arab namun pikiran gue  enggak lepas dari kejadian dikelas.

Percaya atau tidak, ucapan Imam bahwa gue adalah bahan suruhan kelas itu memang benar.

Awalanya gue enggak ada minat, untuk menjadi ketua kelas.semua itu sebab diusulkan oleh tiga serangkai karena gue bisa menyukseskan kelas pada saat pensi perkelas waktu acara HUT pramuka dan ditunjuk langsung oleh Pak Anang. Gue enggak bisa nerima gitu aja bagaimanapun semua harus sesuai kesepakatan bersama.

Sebagian besar hasil voting memilih gue apalagi para cewe yang  awal gue kira mereka baik karena menyumbangkan suaranya untuk gue dan terpilih lah gue sebagai ketua kelas dengan suara terbanyak.

Saat dimana ketua lebih berwenang untuk menyuruh anggotanya, yang terjadi di gue kebalikannya. mereka dengan seenak-nya menyuruh gue. Hampir setiap hari gue bersihin kelas karena ulah mereka yang nyampah. Itu enggak masalah dan enggak terlalu menjadi beban untuk gue meskipun makin lama mereka melunjak.

Yang jadi masalah sekarang itu, ucapan pak her, pada saat gue minta maaf diruang guru dia memaafkan walau mengatakan kenyataan bahwa gue udah enggak pantas menjabat sebagai ketua kelas kalo gue enggak bisa mengatur isi kelas.

Bukan hanya itu.

Gue merasa bukan teman yang baik, disaat Ida udah enggak  masuk selama seminggu gue malah biarinin dia gitu aja. Cuman sibuk menanyakannya di grup kelas tanpa cari tahu keadaan dia dimana, kenapa dan bagaimana ke anak yang lain, menjenguk langsung kerumahnya. Makhluk seperti gue tak pantas disebut seorang teman.

"Liv!"

Panggilan dari Dhani diambang pintu buat gue sadar segera menoleh.

Karena Dhani ditegor oleh penjaga perpusatakaan akhirnya Dhani masuk menghampiri gue dengan napas yang memburu.

Dhani ambil napas dan menghembuskannya."Tadi ayahnya Ida nelpon Pak Anang  katanya udah dua hari Ida enggak pulang kerumah!"

Lagi dan lagi masalah datang perlahan.

Disusul dengan Yati,Adit,Afidh,Wendy dan Imam yang masuk  ke perpustakan.

Adit duduk disamping gue mengeluarkan handphonenya "nyokapnya Ozay nih dari kemarin nelfonin gue,nanyain tentang Ozay!" Adit melihatkan 50 panggilan dari mamahnya Ozay, bikin bahu gue  turun.

"Mereka kemana?" Tanya gue bingung.

Semua menggeleng kompak.

"Lo yakin enggak tahu mereka dimana?" Tanya gue lagi satu persatu ke mereka.

"Waktu malam sabtu si Ozay dateng kerumah gue" Afidh angkat bicara,sedikit ragu "Matanya sembab gitu, baju berantakan enggak karuan tapi dia cuman minjem jaket doang. Giliran gue tanya lo kenapa?mao kemana? malah langsung cabut, pas gue ikutin sampai gerbang di  dalam mobilnya kaya ada orang, baru mau di samperin udah tancep gas duluan".

"Udah pasti ada masalah tuh Ozay" kata Imam.

Gue berdecak "ya kalo enggak ada masalah enggak akan kabur bambang" sulut gue memukulnya dengan pensil, imam membalas meledek.

"Ozay kabur dua hari barengan sama kaburnya Ida apa mereka kabur bersama?" Dhani memertimbangkan.

"Bisa jadi tuh" jawab Wendy, ia melipat baju mengusap hidungnya sebentar "hari jumat Ida curhat udah enggak kuat sama sekali sama orang tuanya yang benar-benar lebih mentingin Kerja dari waktu dia kecil sampai sekarang enggak ada perubahan, gitu curhatannya" Wendylah tau Ida karena Wendy dari sd sampai seekarang sekelas sama Ida.

OLMAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang