Bertemu Lagi

90 23 2
                                    

Brian


            Udah lama nggak lihat Nadin. Kangen.

Sebenernya awal mula Nadin ngilang tuh seminggu setelah gue jalan-jalan sama dia ke Tretes. Nggak lama, gara-gara gue sibuk ngurusin Coffee Shop gue yang lagi perombakan management, tiba-tiba pas gue nyariin Nadin, dia udah nggak ada aja. Pas gue nanya anak-anak kantor nya Bang Jeff, pada nggak tau. Katanya sih cuti, tapi masa udah sampai tiga bulan, gue nggak ngelihat batang hidung nya.

Gue udah nyariin ke kost'an dia, tapi ternyata Nadin pindah kost'an sejak hari dimana dia nggak muncul lagi di kantor Bang Jeff.

Gue sedih. Entahlah, padahal udah lama gue nggak tertarik sama cewek. Begitu suka, eh dianya cuek abis, mana sekarang ngilang.

Gue pun sempat ikut kencang buta yang diaturkan Gabriel. Tapi yaelah, nggak ada yang bikin gue nyaman. Cantik-cantik sih, bahkan sempet bikin gue lupa sama Nadin. Tapi dipertemuan kedua atau ketiga, gue udah bosen.

Ngomong-ngomong ada hal yang bikin gue galau juga. Kemarin dirumah The Sixth gempar. Padahal setelah sekian lama nggak ngumpul dan akhirnya ngumpul, eh malah Wonpil pingsan gara-gara dia dikirimin boneka Voodoo lagi setelah sekian lama.

Semua nya panik. Dan sekarang boneka Voodoo itu udah diasingkan sama Satria. Gak tau kemana. Yah yang jelas udah nggak dirumah ini. Gue cuman gak habis pikir aja, kayaknya sih itu fans yang sama dengan fans yang nyantet Pili beberapa tahun yang lalu. Boneka Voodoo kampret, bikin orang syok nyaris jantungan aja.

Mangkanya hari ini gue sama Bang Jeff, lagi jalan-jalan buat nenangin pikiran. Mumpung gue sama dia ada waktu. Dan rasanya kayak udah lama banget gitu, gue sama dia nggak hangout bareng.

Gue lagi di PTC, minum KOI sama Bang Jeff sambil lihat-lihat kaos nya Zara yang lagi ada promo. Pas gue jalan ke bagian parfum-parfum cowoknya, disitulah gue lihat Nadin.

Tapi gue nggak yakin sih. Mukanya sih mirip, gaya baju nya juga. Tapi kok......

"Nadin?" Panggil gue nggak yakin.

Eh ternyata noleh. Beneran Nadin! Nggak tau kenapa sepertinya bibir gue terangkat keatas, senyum senang. Rasanya saking senangnya, jantung gue berdetak keras.

"Eh Brian!" Dia senyum. Eh wow, udah lama nggak lihat senyumnya. Lebih tepatnya, Nadin hampir gak pernah senyum sih.

"Apa kabar? Lo kemana aja?" Gue mendekat dan berdiri disampingnya, merasa bahwa Nadin lebih tinggi empat centi dari sebelumnya. Masih dengan hoodie kebesaran dan celana pendek, juga sneakers dengan rambut dicepol.

"Baik kok. Hehe." Katanya. "Lo kabar baik?"

Gue nggeleng. "Engga baik. Soalnya udah lama nggak ketemu lo." Kata gue jujur.

Nadin ketawa. Hal lain yang jarang gue lihat dari dirinya beberapa bulan lalu. "Bisa ae lu"

Gue nepuk kepalanya dan ngacak-ngacak rambutnya pelan. "Lo hantu ya. Sebentar-sebentar muncul, sebentar-sebentar hilang"

"Lo nyariin gue?" Tanya nya.

"Gue ngechat WA lo, tapi centang satu sampai sekarang. Gue nungguin lo dikantor, tapi lo nggak pernah muncul lagi. Waktu gue cari ke kost'an lo, kata ibu kost lo udah pindah kost."

Mata Nadin membulat, menatap gue nggak percaya seolah gue baru saja bicara bahasa alien. "Lo segitunya nyari gue?"

Gue mengangguk sedih. "Sumpah ya, lo jahat banget. Lo bikin cowok ganteng macem gue galau."

Nadin meninju lengan gue main-main. "Iya deh iya yang ganteng."

"Jadi kenapa? Lo kemana?"

"Hape gue rusak, jadi gue ganti hape. Masalahnya nomer gue udah hangus, jadi WA gue gak bisa balik. Terus gue lagi magang, mangkanya pindah kost dan cuti kerja buat sementara. Setidaknya sampai tiga bulan lagi gue nggak kerja dulu di kantor Pak Jeff." Kata Nadin. "Awalnya sih gue malah mau keluar soalnya gak bisa bagi waktu. Tapi Pak Byron nyegah gue dan nawatin buat cuti aja. Yaudah deh."

Entah dorongan dari mana, rasanya lega mendengar penjelasan Nadin barusan. Seolah-olah semua prasangka gue selama ini tentang menghilangnya dia, hangus begitu saja. Tergantikan perasaan lega dan senang yang membuncah.

Gue mencubit pipinya. "Jangan ngilang lagi dong." Kata gue, bener-bener tulus sampai Nadin menatap gue dan mengerjap beberapa kali. "Jangan buat gue galau lagi."

Lalu Nadin mengangguk, membuat gue merasa lebih bahagia lagi. "Iya. Gue nggak bakal lari lagi." Katanya pelan.

THE SIXTH; this is our journeyWhere stories live. Discover now