Waktu menunjukkan pukul 9 malam.
Dengan kantung mata yang mulai menghitam, seorang wanita berpakaian serba hitam masuk ke sebuah kedai kopi bernuansa eropa."Hai Caramel!" [read:Karamel]
"Seperti biasa ya Kev!"
Barista dengan senyum manis bernama Kevin itu segera membuatkan pesanan Caramel. Tangannya yang sudah lihai meracik kopi itu pun tidak ragu lagi untuk memberikan kopi terbaik untuk pelanggan setianya.
"Ada cerita apa lagi hari ini, Cara?"
Caramel menyeruput Cafe Lattee tanpa gula yang dibuatkan Kevin. Rasanya selalu pahit, pas di lidah Caramel karena ia penyuka kopi pahit.
Caramel menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Kevin.
"Yang benar? Terus kenapa mata lo sehitam itu?"
"Gue cuman kurang tidur Kev, banyak tugas."
Kevin tertawa kecil.
"Enak ya jadi mahasiswi." Goda Kevin.
"Terserah ya Kev, gue lagi cape. Ga bisa dibecandain!" Ketus Caramel.
Kevin lagi-lagi tertawa.
"Yasudah, gue balik ke mesin kopi gue ya?"
"Ya sana, jauh-jauh!" usir Caramel.
Caramel kembali meminum cafe lattee-nya hingga tersisa setengah gelas.
Kepalanya benar-benar terasa berat, tubuhnya lelah. Namun ia benci istirahat. Caramel hanya ingin duduk sambil minum kopi, Caramel hanya ingin semuanya baik-baik saja.
Caramel mengambil handphone-nya ketika mendapat sebuah notifikasi pesan masuk. Seketika wajahnya berubah muram. Semakin membuat kepalanya berat.
"Cara, kenapa mukanya makin ditekuk gitu?" Kevin membuyarkan pikiran Caramel.
"Gapapa Kev."
"Cara, lo ga jago bohongin gue."
"Gue disuruh pulang ke rumah nyokap gue."
Kevin terlihat manggut-manggut.
"Lo pasti males ketemu bokap tiri lo kan?"
Caramel mengangguk.
"Cara, udah hampir 5 tahun. Masa lo masih belum bisa nerima?"
Caramel membetulkan rambutnya.
"Entahlah Kev. Gue juga ga tau."
Kevin mengusap bahu Caramel. Kevin tau betul bahwa Caramel membutuhkan kekuatan lebih. Hidup Caramel benar-benar rumit, begitu yang ada di pikiran Kevin.
"Ini udah jam 9.45, lo yakin masih mau disini? Ga takut dimarahin nyokap lo kalo telat pulang ke rumahnya?"
Caramel melihat arlojinya.
Benar saja, tapi Caramel masih ingin menikmati duduk bersantai di kedai kopi kesukaannya ini."Gue masih mau 2 gelas cafe lattee lagi, Kev.."
Kevin membelalakkan kedua matanya.
"Cara, lo jangan lupa ya lambung dan ginjal lo bermasalah, lo ga boleh berlebihan minum kopi! Pokoknya ga boleh!"
Caramel tertawa. Ia tau sekali bagaimana galaknya Kevin jika Caramel meminta kopi lebih dari satu gelas.
Malam itu, tidak terasa hampir satu setengah jam lebih Caramel berada di kedai kopi milik Kevin. Caramel memutuskan pulang saat waktu menunjukkan hampir jam sebelas malam. Tentu saja Kevin tidak membiarkan Caramel pulang sendiri, Kevin mengantarkan Caramel pulang, memastikan Caramel selamat hingga pintu rumah Caramel sudah dikunci.
Dari dalam mobil, Kevin melihat rumah besar milik ibunya Caramel.
"Cara, bahagia terus ya.."
~
Prologue End.
YOU ARE READING
Cafe Latte
Romance"Tidak apa, aku tau hatimu memilihnya. Aku memang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dia. Aku hanya orang yang menemanimu dari nol, yang tau segala susah senangmu. Sedangkan dia adalah orang yang kamu pilih saat kamu sudah berada di puncak, ya...