Matahari terbenam namun tidak dengan perasaanku meskipun hanya dia yang ada dalam benakmu, dan hanya kata 'sahabat' bagimu untuk melambangkan diriku.
—K—
——————————————————
Biopsikologi menjadi mata kuliah terakhir untuk Caramel hari itu. Waktu menunjukkan pukul 11 pagi menjelang siang ketika mata kuliahnya sudah berakhir. Keluar dari gerbang Universitas Udayana, Caramel langsung memesan taksi untuk membawanya ke kedai kopi yang selalu menjadi tempatnya melepas lelah.
Terdengar lonceng berbunyi di atas kepala ketika Caramel membuka pintu kedai. Aroma kopi langsung menyeruak masuk ke indera penciuman Caramel. Ia langsung menuju meja bar dan duduk disana.
Dilihatnya Kevin sedang sibuk dengan grindernya."Hai Cara, waah keliatannya lagi seneng nih."
Sebenarnya, mood Caramel sedang tidak baik hari ini.
"Iya, hari ini boleh kopi."
Caramel menatap Kevin dengan mata berbinar.
"Gue ga mau cafe lattee, gue mau lo bikinin sesuatu yang lain. Yang spesial!" Tantang Caramel.
Kevin mengangguk-anggukkan kepalanya sembari tersenyum.
"Wait!" Ucap Kevin.
Caramel memperhatikan Kevin yang mulai sibuk menyiapkan apa yang akan dibuatnya untuk Caramel. Ia melihat Kevin mengambil cangkir yang lebih kecil dari biasanya.
Masa iya dia mau bikinin espresso?
Caramel melihat Kevin menuangkan Ristretto shot, tentu saja tidak sampai memenuhi cangkir kecil tersebut. Setelah itu, cangkir itu dipenuhi oleh Steamed milk. Jadilah sebuah art yang dihasilkan dari steamed milk tersebut.
Kevin menyuguhkannya di meja, tepat di depan Caramel.

Caramel mengerutkan keningnya.
"Kenapa Piccolo Latte?""Coba lo hirup aromanya."
Caramel menghirup aroma Piccolo Latte yang disuguhkan Kevin. Aroma kopi yang lebih pekat langsung terasa dibanding Cafe Latte. Tanpa menunggu aba-aba, Caramel langsung meminumnya. Rasa pekat pahit kopinya memenuhi lidah hingga tenggorokannya.
"Ini pake Bali Kintamani ya, Kev?"
"Pinter."
Caramel menikmati Piccolo Late tersebut sembari menatap Kevin.
"Thanks ya." ucap Caramel sambil tersenyum.
Ya Tuhan, bersyukur Caramel bukan orang yang suka pamer senyum. Sekali senyum kok pengen bawa pulang ya..
Kevin mengangguk kemudian mengalihkan tatapannya.
"Hmm.. Jadi.. Gimana kuliah lo hari ini?" Tanya Kevin.
YOU ARE READING
Cafe Latte
Romansa"Tidak apa, aku tau hatimu memilihnya. Aku memang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dia. Aku hanya orang yang menemanimu dari nol, yang tau segala susah senangmu. Sedangkan dia adalah orang yang kamu pilih saat kamu sudah berada di puncak, ya...