numinous-1

3.2K 213 4
                                    

Jaemin menatap butiran salju terakhir yang gugur di penghujung musim dingin dari balik jendela kamarnya, tirai tersingkap memperlihatkan pemandangan putih yang begitu menawan di luar sana, di pangkuannya sebuah buku bersampul kulit terbuka, ada beberapa goresan di sana. Mata indahnya menerawang jauh ke masa di mana ia masih bisa berlari di bawah guyuran keping salju—bersama seorang lelaki yang kini entah di mana.

Bibirnya mengulas senyum kecil. Ada setitik rindu yang terbesit di dalam sana, namun segera ia tepis. Itu perasaan yang tidak mungkin muncul lagi setelah dia dengan kesadaran penuh mengiyakan lamaran pemuda bermarga Lee dua bulan silam.

Pintu kamar berderit, kepalanya menoleh dan menerbitkan senyum simpul saat sang tunangan melangkah masuk sembari melepas jaket yang membalut tubuh tegapnya.

Sebuah ciuman di pelipis membuatnya terbuai, aroma musk dan cedar menguar tatkala tubuh Mark mendekat.

"Memikirkan apa, hm?" sebuah pertanyaan rutin yang biasa dia jawab dengan gelengan.

Mark berjongkok di depan kursi rodanya, menatap mata cantik itu dengan pancaran cinta yang begitu menenangkan.

"Kau tahu kan, kau selalu bisa menceritakan apapun padaku," katanya.

Jaemin terkekeh, tangannya terulur mengelus alis Mark yang sedikit unik, "Aku tidak apa-apa, hyung. Jangan khawatir. Bagaimana di rumah sakit?"

Mark menghembuskan napas pasrah, Jaemin bukannya orang yang mudah terbuka, ingatkan dia untuk menanyakan hal itu nanti saat Jaemin sedang berada di suasana hati yang baik.

"Everything okay," jawabnya.

"Lapar? Aku sudah memasak tadi."

Ujung bibir Mark terangkat, "Ayo ke dapur!"

Tangannya dengan gesit memutar kursi roda, membuat Jaemin tertawa kecil, pemuda ini selalu tahu cara membuatnya bahagia meski dengan sederhana.

Alis Mark menukik tatkala selembar foto jatuh dari buku yang sedari tadi didekap tunangannya, dia mendorong foto itu ke bawah ranjang, membuat catatan mental agar melihatnya saat Jaemin sudah tertidur nanti.

"Aku masak kari, kau suka kan?"

Mark tersenyum, tangannya mengambil nasi yang sudah tersaji di atas meja.

"Aku suka apapun yang kau buat, Jaemin-ah,"

Kedua belah pipi Jaemin memerah, "Kalau kubuatkan batu goreng dengan saus kecap tetap akan kau makan, Hyung?" tanyanya.

Mark tertawa keras, "Kau tidak akan tega melakukan itu, Sayang."

Jaemin mengangguk, "Kau benar."

Mark makan dalam diam, di depannya Jaemin masih mendekap buku hitamnya dengan erat. Ini bukan kali pertama Mark melihat buku itu, tapi dia menghargai privasi Jaemin. Dia sadar, masih ada jarak antara dia dan tunangannya itu, dan Mark bertekad untuk mengikisnya sesegera mungkin, sebelum keduanya resmi mengucap sumpah di depan altar.

***

numinousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang