"Woy woy ada Bu Yuli,otw sini!" Teriak Reza,sang ketua kelas
Seisi kelas pun langsung kembali ke tempat duduknya masing-masing,ada yang membuang plastik kemasan makanan ringan ke tempat sampah,dan memasukan handphone nya kedalam tas.
"Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh"
Seorang perempuan paruh baya masuk kedalam kelas,dengan buku dan dompet di tangannya.Baju batik berwarna ungu lengkap dengan kerudung ungu muda dan rok hitam panjang,serta high heels hitam membuat guru satu ini dikagumi murid perempuan karena penampilannya yang kekinian.Ya dialah Bu Yuli,guru PKWU.
"Wa'alaikumsalam Warohmatullahi Wabarokatuh" ucap kami serempak
"Ibu minta maaf ya anak-anak agak telat masuk ke kelas kalian,soalnya tadi ibu ada urusan sebentar.Ibu juga ini gak bisa lama-lama soalnya mau pergi"
Reza,si ketua kelas bersorak kegirangan karna Bu Yuli akan pergi,diikuti anak laki-laki lainnya bersiul,memukul meja,bahkan memukul teman sebangkunya.
"Eits tapi ibu ada tugas untuk minggu depan,kalian sama teman sebangku kalian beli kain bermotif batik,ukurannya setengah meter.Yaudah itu aja ibu pamit.Assalamu'alaikum"
Setelah mengucapkan salam beliau pergi dari kelas.Seketika kelasku ramai lagi,ada yang makan,gibah,dan memainkan handphone nya.
***
Kringg..kringg..bel pulang menggema di seluruh penjuru kelas.Aku memasukan buku beserta alat tulis kedalam tas.Fatma sudah menungguku di depan pintu,kami berdua akan pergi ke pasar membeli kain batik yang disuruh Bu Yuli tadi.
Aku dan Fatma berjalan menuju halte,tidak jauh dari sekolahku,jaraknya hanya beberapa meter saja.Obrolan singkat tak terasa,sekarang kami sudah berada di halte.Kamipun menengok kearah kanan berharap angkotnya cepat datang.
15 menit berlalu namun angkot yang ditunggu tak kunjung datang.Fatma mengoceh tiada henti,aku hanya mendengarkannya.Malas menanggapi,aku memilin ujung jilbabku sambil menatap sekitar.Mataku terhenti pada sesosok laki-laki yang jaraknya tak jauh dariku,dengan hoodie hitam putih dan tasnya berwarna biru navy,sedang berdiri dibawah pohon sambil memainkan handphone.
Diapun menengok ke arahku dengan alis terangkat dan senyuman jahat.Akupun langsung membuang muka,menengok ke arah kanan,dan angkot yang ditunggu akhirnya datang.Fatma naik duluan,disusul dengan aku.Kami duduk dekat jendela agar tidak gerah.Aku meremas rokku,pikiranku kalut.
'Duh tuh orang naik angkot ini gak ya?mudah-mudahan enggak Ya Allah' batinku merapalkan doa.
Namun Allah berkata lain,setelah seorang ibu naik kedalam angkot,diapun naik dan duduk dipojok,lawan arah denganku.Lagi dia menatapku sinis dan senyuman jahat khasnya,aku memutar bola mata jengah,memilih menatap keluar jendela.
"Kenapa za?" tanya Fatma keheranan
"Gak,males aja" ucapku pelanFatma mengerutkan alis,tambah heran.Tak lama diapun tersenyum dan menyikut lenganku.
"Ekhem,tau nih,ada ka Faris ya..." ucap Fatma berbisik di telingaku
"Bukan..tapi ada orang nyebelin" jawabku asal
"Siapa?" tanya Fatma lagiMataku mengarah ke pojok dimana orang itu berada,memberitahu Fatma bahwa orang nyebelinnya ada disana.
Fatma mengangguk dan terkekeh."Kenapa ngomongin saya ya?" suara berat dan tajam memecah keheningan.
Aku melotot ke arahnya.Sedangkan Fatma terkejut.
"Iya tau,saya keren,dasar fans" ucapnya percaya diri.
"Hah?emang kakak pantes diidolain?orang nyebelin kayak gitu juga.Dasar geer!" ucapku sarkatis
"Za,sabar za,dia kakak kelas loh" ucap Fatma memperingatkanku
"Tuh temen kamu aja tau sopan santun.Gimana sih,belajar tuh sama temen kamu"
"Kalo kakak kelasnya kayak situ mah,gak pantes digituin" ucapku tak mau kalah
"Liat aja nanti.Kamu pasti nyesel" ucapnya dingin.Aku tak menggubrisnya.Kami berdua sudah sampai di pasar,setelah membayar kepada pak supir kamipun turun menyisakan dia di dalam angkot sendirian.Angkot kembali jalan dan menjauh,namun Ka Faris masih menatapku tajam hingga angkot itu tidak terlihat dari hadapanku dan Fatma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teka teki Kakak kelas
SpiritualTentang perasaan seorang adik kelas kepada kakak kelasnya.Keanehan kakak kelasnya menjadi teka-teki tersendiri.Dan dia mulai menyusun teka teki tersebut sampai menjadi utuh.