"Lo serius Na?!"
Anggukan lesu Eunha berikan sebagai jawaban, sementara Rose si penanya menganga lebar saking terkejutnya.
"Gila! Parah, parah!" Rose menggebrak meja, ekspresi kesal terlukis diwajah perempuan hamil itu. "Tapi lo ngga diapa – apain kan?" wajah kesalnya berganti khawatir.
Eunha menggeleng, "untungnya Daniel dateng jadi gue bisa lolos deh."
"Sumpah ya Na, mantan lo ngga waras! Udah ninggalin eh muncul – muncul minta balikan, ngga tau diri banget."
"Emang."
"Kok lo dulu mau sih sama dia?"
Kedikan bahu acuh Eunha berikan sebagai respon dari pertanyaan Rose. "Karena ganteng mungkin."
"Ganteng kalo brengsek mah percuma."
Eunha menghela napas. Pertemuannya dengan sang mantan kemarin sukses membuat moodnya hancur, terlebih Daniel yang mengundang Jungkook ke acara pertunangan mereka besok.
"Lo mau tau apa yang lebih parah dari ketemunya gue sama Jungkook kemaren?"
Rose mengangguk semangat, "apaan emang?"
"Daniel ngundang Jungkook keacara pertunangan gue sama dia besok.
"What the ... ?! Yang bener lo?"
"Gue serius."
"Ngga bisa dibiarin. Gue harus ngomong sama Daniel, enak aja dia ngundang si brengsek ke acara besok. Ngga ikhlas gue dia dateng."
"Percuma Rose. Daniel tetep kuekeh ngundang Jungkook. Bahkan dia udah ngirim undangan ke Jungkook."
"Kok bisa sih?"
Lagi – lagi menggedikkan bahu acuh, "pas gue tanya dia cuma bilang, ngga boleh mutus silaturahmi meski sama mantan sekalipun."
"Tapi apa harus ngundang Jungkook juga? Emang Daniel ngga tau perlakuan Jungkook ke lo?"
"Dia tau, bahkan gue juga udah cerita perlakuan Jungkook ke gue kemaren,"
"Terus?"
Eunha menghela napas panjang, teringat pembicaraannya dengan Daniel seusai pertemuan dengan Jungkook kemarin.
"Kamu ngapain sih ngundang dia?"
"Emang salah kalo aku undang mantan kamu?"
"Salah."
"Salahnya dimana sayang?"
Eunha mendengus lantas berucap kesal, "aku tuh benci sama dia. Kamu tau kan gimana brengseknya dia dulu?"
"Berarti yang salah itu kamu."
"Kok jadi aku?"
"Iyalah, itu artinya kamu belum bisa memaafkan."
Kembali mendengus kesal, Eunha menatap Daniel disebelahnya tajam. "Perbuatan dia ngga bisa dimaafin gitu aja Niel. Kamu ngga ngerti perasaan aku."
"Aku ngerti sayang." Meraih tangan Eunha lantas diusapnya lembut, "aku ngerti gimana sakitnya perasaan kamu dulu. Tapi bukan berarti rasa sakit itu menjadikan kamu pendendam kan? Lagian ngga bagus memutus silaturahmi meski sama mantan sekalipun."
"Kalo mantannya brengsek gimana?"
Daniel terkekeh, merasa gemas dengan Eunha yang marah – marah. "Ya jangan balas dengan brengsek juga. Kejahatan itu balesnya sama kebaikan, biar malunya sampe ke ubun – ubun."