Ekhem! Test massa dulu coba. Masih ada yang baca, nungguin, atau kepo sama kelanjutan book unfaedah ini ngga? (mudah - mudahan masih)
Ku update buat mengakhiri kisah kronik antara Daniel, Eunha dan Jungkook. So, check this out!
***
Wajah panik masih senantiasa menghiasi Jungkook yang sejak tadi tak kunjung beranjak dari depan ruang ICU. Di dalam sang istri sedang berjuang untuk mempertaruhkan hidup juga hidup anak mereka. Berkali - kali bibirnya mengucap doa, memohon pada sang kuasa agar kedua orang berarti dalam hidupnya itu di selamatkan. Meskipun rasa takut akan kemungkinan terburuk acap kali menghantui pikirannya tiap detik.
Usapan halus di bahu mengalihkan atensi Jungkook dari pintu ICU yang sejak dua jam lalu menyita perhatiannya. Mamanya menatap Jungkook sendu, namun tetap mencoba memberikan senyum tegar di wajah.
"Eunha dan anak kalian pasti baik - baik aja."
Air mata lolos mengaliri pipi Jungkook, lelaki itu memeluk sang mama erat. "Jungkook takut Ma, Jungkook takut mereka ninggalin Jungkook."
"Kamu jangan mikir buruk, berdoa aja untuk keselamatan istri dan anak kamu."
Disebelahnya mama Eunha terus berdoa sambil menangis. Mama Eunha juga mengalami ketakutan yang sama dengan Jungkook. Wanita itu takut jika sang anak dan cucunya pergi meninggalkannya.
"Ya Tuhan, selamatkan anak dan cucuku. Aku mohon, jika engkau ingin mengambil mereka gantikan saja dengan diriku. Aku rela jika harus menghadapmu. Biarkan anak dan cucuku selamat, mereka berhak menjalani hidup bahagia. Aku mohon ... Selamatkan anak dan cucuku ... "
Pintu ruang ICU akhirnya terbuka. Ketiganya langsung menghampiri dokter yang keluar ruangan dengan wajah lelah.
"G - gimana istri dan anak saya Dok? Mereka selamat kan?"
Wajah cemah dan tegang menghinggapi Jungkook, tak luput sang mama dan mama mertuanya. Sementara dokter yang menangani Eunha menghela napas panjang. Gurat lelah bercampur dengan pasrah membuat Jungkook semakin diliputi rasa takut.
"Dokter ... "
"Istri dan anak bapak selamat"
Rasa lega bercampur syukur langsung menghampiri Jungkook dan kedua mamanya. Semua pemikiran buruk yang tadi sempat menghantui seketika buyar. Ternyata Tuhan masih berbaik hati mengabulkan doa mereka.
"Mengenai keadaan istri bapak, saya menyarankan agar jangan terlalu banyak pikiran. Air ketuban yang keluar tadi cukup banyak, hal itu bisa berimbas pada janin yang berefek pada stressnya janin dalam kandungan."
Wajah Jungkook yang semula lega kembali tegang, "apa itu berbahaya untuk istri dan anak saya Dok?"
"Tentu pak, hal itu dapat menyebabkan komplikasi dan gangguan kesehatan pada janin. Apalagi usia kehamilan istri bapak termasuk usia rentan. Jadi saya harap bapak bisa menjaga kesehatan istri dan calon bayinya."
Jungkook mengangguk, "baik dokter. Terima kasih."
Sekali lagi, rasa syukur itu terucap dari bibir Jungkook. Meskipun masih ada sedikit kekhawatiran, setidaknya Eunha dan calon anak mereka baik - baik saja.
'Terima kasih udah mau bertahan Na. Setelah ini aku harap kamu masih mau maafin dan nerima aku lagi ... '
***
Setelah dipindahkan ke ruang rawat biasa keadaan Eunha berangsur membaik. Namun meskipun fisiknya sudah kembali sehat, namun hatinya masih tergoser luka dan kecewa. Eunha bersikap biasa, namun jika berhadapan dengan Jungkook ia akan berubah menjadi seseorang yang dingin dan menganggap laki - laki itu tidak ada. Kekecewaan yang teramat besar membuatnya memilih untuk mengabaikan, rasa sakitnya membuat ia tidak sanggup jika harus menghadapi laki - laki yang masih berstatus sebagai suaminya itu.