Ini alurnya aku percepat yaaa, kalo ngga ntar ngestuck disitu – situ aja, aku soalnya pengen banget namatin ini cerita huhuhu udah lama ngga tamat - tamat. Yang bingung aku jelasin dikit nih, di cerita sebelumnya si Eunha kecelakaan. Terus dia koma, pas sadar dari koma dia kaget kalo Daniel yang selama ini dia anggep sebagai tunangannya ternyata cuma ada di mimpi dia doang. Jadi, apakah itu akhirnya Eunha bakal lupain Daniel dan back to Jungkook? Ataukah ada something yang tersembunyi?
Check this story aja guys, kalo masih bingung juga tanya aja di komen ntar aku jelasin hehehe. Semoga ngga puyeng ya bacanya.
Pssst; aku lagi kena writer's block jadi kalau ceritanya ngga ada feel maaf yaa huhu :'(((
-000-
Enam bulan sudah terlewati. Kehidupannya total berubah. Meskipun hati menolak, namun ia mencoba untuk menerima takdir kehidupan yang harus di jalaninya.
"Sayang, kamu udah siap?"
Atensinya teralih, menatap presensi seorang yang akhir – akhir ini menjadi bagian dari hidupnya.
"Kita berangkat sekarang ya? Mama udah nunggu di butik."
Senyum tipis ia berikan sebagai jawaban persetujuan. Jemarinya kini bertaut dengan milik seseorang itu. Senyum tipisnya berubah menjadi senyum miris manakala genggamannya dengan seseorang itu menjadi fokus atensinya. Genggaman itu terasa hangat, namun kehangatan itu tidak menjalar sampai ke hati. Dirinya merindukan genggaman lain, genggaman seseorang yang menjadi bagian dari mimpi indahnya.
"Kamu baik – baik aja?"
"Ah? Iya."
Fokusnya ia alihkan pada pemandangan di luar, menikmatai jalanan kota yang tidak begitu ramai. Hingga genggaman hangat itu kembali dirasakan, membuatnya mau tidak mau menoleh, menatap presensi seseorang yang fokus menyetir di sampingnya.
"Kalau kamu ada masalah, kamu bisa cerita ke aku."
Kembali senyum tipisnya terukir sebagai bentuk jawaban. "Aku baik – baik aja, Jungkook."
Namun mulut dan hati tidak sejalan. Mulut mengatakan baik, namun hati menyimpan luka dalam. Keinginan untuk lari dan memberontak sering muncul, tapi hal itu tak jua dirinya lakukan. Ketidak mampuannya untuk menolaklah yang menjadi alasan. Sudah ia bilang bukan, kehidupannya berubah. Ia bukan lagi dirinya dulu, begitupun dengan orang – orang di sekelilingnya. Mereka masih sama, namun pemikiran mereka dengan dirinya berbeda. Ia sudah lelah, lelah menolak keadaan yang tidak sesuai keinginan, lelah berdebat dengan semua yang menentang dirinya. Hingga kepasrahan yang akhirnya menjadi pilihan.
Destinasi yang menjadi tujuan dirinya dan Jungkook akhirnya sampai. Ia mendapati mamanya dan mama Jungkook sudah ada di dalam.
"Maaf kami telat." Jungkook tersenyum menyapa kedua wanita paruh baya itu, sedang dirinya hanya diam, mengamati sekeliling dengan perasaan hampa.
"Ngga papa, yaudah sekarang kalian langsung coba gaun sama tuxedonya."
Jungkook masuk keruangan untuk mencoba tuxedonya, sedangkan dirinya pasrah mengkuti seorang pekerja butik untuk mencoba gaun.
Senyum manis terukir di bibir manakala gaun itu terlihat cantik melekat di tubuhnya.
"Anda cantik sekali."
"Terima kasih."
"Saya akan buka tirainya sekarang, anda sudah siap?"
Sekali lagi ia tatap dirinya di cermin. Menarik napas dalam, menghembuskan perlahan lalu dicobanya mengukir sebuah senyum. Hingga anggukan pelan ia berikan.