Sudah berapa lama book ini ku anggurin?
-000-
"Hal – "
"Niel ... "
Daniel yang lagi tidur – tiduran di kasur langsung bangun begitu mendengar suara Eunha di telepon.
"Na, lo kenapa?" tanyanya panik.
"Niel, lo bisa jemput gue?"
"Na ... "
"Please Niel, bawa gue pergi dari rumah."
"Oke gue ke sana sekarang."
Menyabar jaket dan kunci motornya Daniel langsung bergegas menuju rumah Eunha. Cowok itu terkejut ketika sampai dan melihat Eunha sedang tertuduk sambil memeluk lutut di depan rumah.
"Na." di hampirinya Eunha dan membawa tubuh mungil itu ke pelukannya.
Eunha yang merasakan pelukan Daniel langsung menangis sambil membalas pelukan cowok itu erat.
Meski bingung namun Daniel tidak melepaskan pelukannya, cowok itu juga mulai mengusap punggung Eunha supaya cewek dalam pelukannya itu tenang.
"Gue ngga tahan lagi Niel, gue mau pergi aja dari rumah."
"Hssst, tenang Na tenang."
"Niel bawa gue pergi Niel."
Menurut akhirnya Daniel membawa Eunha pergi. Mereka kini duduk di depan sebuah mini market dengan dua cup kopi sebagai pelengkap.
"Diminum dulu Na, biar badan lo anget."
Menurut, cewek itu meraih gelas kopinya lalu meminum perlahan. Matanya masih bengkak dan tatapannya kosong, membuat Daniel iba melihatnya.
"Na, lo sebenernya kenapa?" tanya cowok itu pelan.
Eunha menunduk, bahu cewek itu kembali bergetar membuat Daniel kembali memeluknya.
"Lo ngga perlu cerita sekarang kalo lo belum siap. Sekarang lo tenangin diri lo dulu aja ya."
"Niel."
Daniel yang sedang menepuk – nepuk punggung Eunha menunduk, menatap cewek dalam pelukannya itu yang kini mendongak menatap wajahnya.
"Kenapa?"
"Lo ngga akan ninggalin gue kaya mereka kan?"
Daniel terkejut mendengar pertanyaan Eunha. Seketika rasa ingin tahu mulai menyambanginya, namun melihat keadaan Eunha membuat Daniel lebih memilih memendam segala rasa ingin tahunya. Tersenyum lembut lantas mengangguk sebagai jawaban.
"Gue ngga bakal ninggalin lo." Dan selanjutnya cowok itu kembali memeluk Eunha dengan hangat.
-000-
Sudah satu jam lebih keduanya masih bertahan duduk di depan mini market. Tidak ada yang bicara, Eunha sibuk melamun dengan tatapan kosong sedangkan Daniel sibuk mengamati wajah sendu cewek di sampingnya. Malam semakin larut, membuat udara kian mendingin. Melihat Eunha yang hanya memakai kaus lengan pendek membuat Daniel melepaskan jaketnya dan menyerahkan pada Eunha.
"Pakai ini Na, nanti masuk angin."
Eunha menoleh namun enggan menerima jaket yang Daniel berikan. "Ngga usah Niel, lo aja yang pake gue ngga papa kok." ucapnya parau.
Merasa gemas dengan penolakan Eunha, Daniel langusung memakaikan jaketnya di badan mungil Eunha.
"Suara lo udah parau gitu, bibir lo pucet, badan lo menggigil dan lo masih bilang ngga papa? Lo bisa sakit Na."