Bab 3

41 8 9
                                    

I need your love before i fall~bts ❤


"PACARKU HILANG DIAMBIL ORANG, APAKAH WAJAHKU KURANG SANGAR SAYANG?, HOOO SUNGGUH DIRIMU KEJAM, SANGAT KEJAM, INGIN KU CAKAR WAJAH SOK MU, BIAR GAK TEBAR PESONA MULU, HOOO-"

"BERISIK BUCIN!",

Lea mengerucutkan bibir mendengar teriakan Luna, membuat Rani tertawa.

"Gue lagi berduka Lun, hati gue lagi patah nih, mana sakit banget pula, kayak ditusuk seribu pisau",

"Mati dong lo, Alhamdulillah deh",

"Diem lo cireng!", sungut Lea kesal, sementara Rani tertawa mengejek.

Luna tidak memedulikan perkelahian akbar antara Lea dan Rani, sebab kisah dalam novel yang sedang ia baca berhasil menyita fokusnya.

"Aw! sakit Lea!", pekik Luna, karena tiba tiba Lea menjambak rambutnya.

"Abisnya gue ajak ngomong tapi gak lo jabanin, sakit kuadrat nih hati",

"Lo ngomong atau kumur gigi?", Tanya Rani sarkas.

"Cuci piring nih!", kata Lea asal sambil ngeloyor pergi.

Menuju meja Alan dan Lana.

"DIEM LEA, ASTAGA!"
"LE, SUARA LO CEMPRENG! KUPING GUE SAKIT!",

"KOK KALIAN JAHAT SIH?!",

"Mampus capsloknya pada jebol", kata Rani sambil terkikik.

Tapi Aluna tak peduli.

"Yaelah gue ngomong sama patung", Rani ikut pergi menuju bangku belakang.

Ke meja para perumpi handal.

Luna masih fokus dengan novel yang baru dibelinya kemarin, Luna hanya memanfaatkan jam kosong untuk membaca, bukan ngerumpi kayak ibu ibu kost.

"WOI!",

"EH AYAM GORENG LIMARATUSAN, MURAH MURAH!", latah Luna, sementara Alan tertawa puas.

"Kaget bego!", Sungut Luna.
Alan hanya nyengir, lalu duduk disamping Luna.

"Baca apa lo?",
"buku",
"Buku apa?",
"Tagihan amal jariyah! tanya mulu lo, gak fokus nih lalisa!",

"Lah siapa Lalisa?",
"Itu kan gue", jawab Luna asal
Alan hanya ber-oh ria.

Diam. Alan sedang mengamati wajah Aluna yang serius menatap novelnya. Bibir merahmuda yang mangatup, sesekali ikut mengeja beberapa kalimat. Rambut hitamnya yang tidak terikat, dibiarkan tergerai, kadang mengganggu konsen membacanya, bulumata yang lentik mengerjap lucu setelah membaca satu Bab. Lantas ia akan tersenyum.

Alan terpesona kepada Aluna, seakan ia terbius oleh sihir yang Luna pancarkan.

Kok tetangga gue bisa secantik ini ya? batinnya.

"Ngapa lo liat gue kayak gitu, awas naksir, secara kan gue ini cantiknya gak ketulungan", tukas Luna PD.

Alan buru buru mengalihkan tatapan, jantungnya berdegup kencang sebab ketahuan mencuri curi pandang ke arah Luna.

"Lo cantik kok Lun",

"Makasih loh ya"

"cantik sekebon binatang", Alan tertawa terbahak.

"Sialan!", umpat Luna kesal.

Alan menguap lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Luna, namun buru buru ditepis oleh Luna sehingga kepala Alan terantuk ke meja.

"Sakit!",

"Syukurin",

"Ngantuk Lun, gue tidur di pundak Lo, ya?",

ALLUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang