Bab 6

30 5 2
                                    

"Lun"

"Hm?"

"Lun?"

"Hmmm?"

"LUN!"

"APASIH SETAN?!"

"Luntung kasarung mencari sarung polos di pasar mangga dua hooo...hoooo..."

Malam ini Mood Lana sangat baik, sangking baiknya, Ia menumpahkan segala kebahagiaan dengan menjahili Luna yang membuat gadis cantik tersebut menggeram kesal. Pengen nyakar muka Lana pake garpu mie ayamnya kang joko.

Luna menahan hatinya untuk tidak menghujat diwaktu yang masih pagi. Maka Ia membiarkan Lana berbicara sesuka mulutnya.

"Lun, gue ada tebak tebakan nih, mau dengar nggak?"

Luna mengangguk, masih sibuk dengan ponselnya. Menonton Idol favoritnya.

"Orang manjat kelapa keliatan apanya?"

Luna menoleh ke Lana, berpikir sejenak. "Kelihatan kolornya?"

"Ih jorok lo Lun!". Timpal Lana.

"Bodoh ah, kagak tau gue!"

Lana tersenyum sumringah, menatap jenaka Luna. Yang ditatap memilih lempeng, sambil membatin.

Pasti garing kayak upilnya Alan.

"Orang manjat kelapa kelihatan apanyan? Ya kelihatan gobloknya lah, yang dipanjat kan seharusnya pohonnya bukan buah, anjir Lun gitu aja nggak tau!". Lana tertawa terpingkal pingkal hingga terjatuh dari kursinya.

Luna membenarkan kata hatinya.

Tuh kan garing, Lana itu nggak bisa ngelawak!

"Serah Lo deh Na, gue lagi streaming nih, jangan ganggu!" Omel Luna yang kembali fokus pada ponselnya.

"Gak seru Lo!" Lana mendengus lantas bangkit, mencari teman untuk bermain tebak tebakan. Matany menangkap bayangan Alan yang tengah menulis sesuatu. Lana tersenyum lebar.

"Lan!"

"Hm?"

"Gue ada tebak tebakan nih, jawab ya!"

Alan tak menjawab, masih fokus pada buku catatannya.

"Ikan, Ikan apa yang bisa nyanyi?"

"Ikan patin"

"Yah kok Lo ta sih!" Protes Lana tidak terima ketika Alan bisa menjawab tebak tebakkannya dengan mudah.

"Tebak tebakan itu dari twitter kan? Udah tau gue"

"Gak asik Lo!" Lana hampir beranjak dari duduk jika Alan mendadak memanggila namanya.

"Lan, Hewan apa yang kalau ngelawak kagak bisa bikin orang orang ngakak?"

Lana tampak berpikir keras. "Hm, gagak?"

"Jawabannya adalah Elo! Hahahahaahaha"

Lana merengut kesal, melepas sepatunya kemudian mengarahkan ke kepala Alan.

Bugh

"LANA! SAKIT GWOBLOK!"

"MAMPUS!"

Alan tak mau kalah, sepatu milik Lana yang habis untuk menimpuknya, kembali dilemparkan ke arah Lana. Lana yang sudah tau penyerangan balik ini lantas mengelak, membiarkan sepatunya terbang ke kepala seseorang.

Bugh

"Aw! Sakit!"

Luna mengaduh sakit sambil memegangi kepalanya. Matanya menatap liar, mencari pelaku yang sudah mengganggu kesibukannya. Ia menemukan sebuah sepatu yang tergeletak tak berdaya. Luna tau siapa pemiliknya, lantas menatap tajam ke arah dua siswa yang gelisah tak karuan.

"Alan Lun yang nimpuk kepala Lo, beneran" Lana nyengir selebar lebarnya, berharap pembelaannya dapat diterima oleh seorang Aluna.

Alan meneguk ludah kasar. Tegang karena tatapan membunuh dari Luna.

"Lun, gue disini juga sebagai korban, lihat nih, kepala gue benjol di timpuk sepatu sama si kampret Lana, gue bales lempar eh malah nyangsang ke elo. Hehe, maaf ya Una.."

Una?

Raut Luna mendadak berubah sendu, kemudian menangis. Membuat Alan Lana panik.

"Kepala Lo sakit Lun? Maaf ya, gue nggak sengaja" beo Alan panik, berusaha menenangkan tangisan Luna yang semakin hebat.

"Iya Lun, bunuh aja tuh si Alan, emang gila dia, jangan maafin ya, maafin aku aja"

"Diam lo kadal!"

Lana memeletkan lidah. Nggak peduli.

Luna tetap saja menangis, hingga sekitar 30 menit, tangisannya sedikit mereda. Namun Ia tetap diam.

Alan dan Lana ikut tidak berbicara, menunggu Luna mengawali pembicaraan. Mereka takut.

Luna membersihkan ingus dengan tisu, kemudian melemparkannya kearah Alan. Alan meringis geli namun tidak berkata apa apa. Kemudian membersihkan ingusnya dan dibuang ke arah Lana. Lana hampir berteriak jika saja tidak ditahan oleh Alan.

"Sabar Na, biarkan kanjeng putri tenang dulu"

"Kanjeng putri dari goa mana!? Gila Lo!". sungut Lana kesal.

"Alan, Lana.."

"Iha Luna?"

"Makasih ya, udah jadi sahabat terbaik gue, makasih udah ada dihidup gue. Gue nggak tau apa jadinya jika gue tidak mengenal kalian. Mungkin hidup gue kayak sayur tanpa garam"

"Lan, Lo manggil Una mengingatkan gue pada masa kecil kita. Lo Aan, Lana Bana, Gue Una. Betapa lucunya nama masa kecil kita. Gue gabakal lupa saat Lana nangis pas ditinggal mama papanya kerja, gue dan Alan yang nenangin. Trus saat Alan yang dimarahi Oom Sastro, gue dan Lana yang menhibur. Saat gue yang sakit, kalian yang jenguk dan ikut menjaga. Nggak nyangka kita udah gede, udah remaja aja"

"Udah nggak bisa mandi bareng lagi, atau ridur bareng kayak kita masih Taman kanak kanak dulu. Tapi gue masih sayang kalian, meski kalian kayak monyet kalau kambuh. Tapi gue tetap sayang. Kalian keluarga gue" Tutur Luna panjang.

Alan memeluk Luna erat, tiba tiba saja air matanya jatuh. Ia sangat terharu dengan ucapan Luna. Ternyata sahabatnya sudah tumbuh dengan pikiran yang bijaksana.

"Gue juga sayang-"

"Gue sayang kalian berdua" Lana menubrukkan diri, ikut memeluk Alan dan Luna. Matanya sudah sembab oleh air mata.

"-Kalian berdua"

Malam itu, di ruang tamu Luna. Mereka kembali mengingat kisah kisah masa kecil. Tanpa ada yang tau, masing masing dari hati mereka berjanji, akan terus menjaga hubungan ini. Sampai kapanpun.

Hai sayang. Yousenja kembali setelah pergi lama tanpa ada rasa tanggung jawab :'( maaf ya💜💜

Follow ig saya : yousenja_
Jangan lupa rekomendasikan cerita ini keteman teman mu ya :)
Have a nive day kawan kawan💜

Kecup manja
Yousenja💜

ALLUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang