Brylian Nighieta Dwiki Aldama. Anak rantau dari Mojokerto yang sekarang kelas dua belas IPA itu menjadi kapten klub sepak bola di sekolahnya, SMA Bangsa. Kulitnya yang putih, hidung mancung bak perosotan, alis hitam dan tatapan mata yang tajam semakin memperjelas definisi kalau dia tampan maksimal.
Prestasi yang ia miliki pun tak main-main. Berbagai turnamen dari mulai tingkat sekolah, kecamatan, kota, bahkan nasional pernah ia dapatkan bersama klub sekolahnya. Gelar top skor dan pemain terbaikpun selalu di dapatkan oleh laki-laki berusia tujuh belas tahun itu. Prestasi di kelas nya pun berjalan lurus dengan prestasi sepak bola yang ia dapat. Tiga tahun bersekolah, ia hanya membayar SPP selama satu semester. Sisanya ditanggung oleh beasiswa yang ia dapat dari peringkat kelas dan penghargaan karena telah mengharumkan sekolah dari bidang sepak bola. Dan uang yang dikirim oleh orangtuanya, Brylian manfaatkan untuk membayar uang kos serta untuk kebutuhan sehari-hari.
Hanya satu kekurangan Brylian, dia sering bergonta-ganti pasangan. Namun hebatnya, hal itu hanya diketahui oleh sahabat sekaligus rekan satu tim di klub sepakbola, Zico. Selain itu, biasanya Brylian mencari 'mangsa' dari luar sekolah. Dan karena itu lah Brylian dapat dengan mudah berganti pacar.
"Semenjak kelas dua belas, kenapa sih lo sering gonta ganti pacar gini?" tanya Zico saat baru mengetahui sahabatnya adalah seorang playboy.
"Seru aja"
"Tapi lo gak ngapa-ngapain mereka, kan?"
"Yaa kagaklah. Lo pikir gue ngapain?"
"Kali aja lo menerapkan peribahasa, habis manis sepah dibuang"
"Kagak njir.."
Dan disinilah mereka sekarang, sebuah lapangan yang biasa menjadi tempat latihan bermain bola. Jaraknya yang tak terlalu jauh membuat tim sepak bola SMA Bangsa--yang diberi nama SMABA-- itu selalu berlatih sehabis pulang sekolah.
"Latihannya cukup dulu. Besok latihannya libur karena saya akan ada keperluan keluarga. Tapi bagi kalian yang mau latihan sendiri disini, saya izinkan" ucap Fachri, pelatih sepakbola di SMA Bangsa, menyudahi kegiatan berlatih sore itu.
"Baik, pak"
Mereka membubarkan diri dari lapangan tersebut.
"Yan, sory yah. Hari ini gue gak bisa nganter lo balik. Soalnya gue udah diburu-buru sama nyokap buat nganter dia ke kondangan" ucap Zico pada Brylian, karena biasanya mereka sering pulang bareng menggunakan motor Zico.
"Eh, iya Co. Gak papa kok"
"Yaudah gue duluan ya" Zico pamit, dan segera melajukan motornya.
"Nando!" teriak Brylian pada lelaki yang sedang men-stater motor maticnya.
"Kenapa, Yan?" sahut Nando yang ikut berteriak karena jarak mereka cukup jauh.
Brylian berlari ke arah Nando agar tidak perlu berteriak lagi. "Gue ikut balik sama lo, ya?" ucapnya ketika sampai dihadapan Nando
"Ehm, bukannya gue gak mau. Tapi gue udah ngajak Amanar, Yan. Sory ya.."
"Kirain sendiri. Yaudah gpp, Ndo"
"Sorry banget, Yan.. Lain kali kalau gue balik sendiri, gue ajak elo ya"
"Santai ae, Ndo"
Sudah jadi hal biasa bagi Brylian jika harus pulang latihan dengan berjalan kaki. Maklumlah, derita anak rantau dan tidak ada sanak sodara yang ia punya di ibukota ini. Naik angkutan umum? Ah, lebih baik uangnya dimanfaatkan untuk beli kebutuhan sekolah saja. Begitu pikir Brylian. Lagipula jarak dari lapangan ini ke rumah kos nya pun tidak jauh, sekitar duapuluh menit jika berjalan kaki.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nadeeva
Teen Fiction√on going Tidak menyediakan sinopsis. Penasaran? Silahkan langsung baca ya :)) Dan jangan lupa masukan ke perpustakaan kalian agar tidak ketingggalan setiap update ceritanya :)) Selamat membaca :)) Publish: Kamis, 2 Mei 2019 Cover by: AriSeptian