Bang sat

25 4 0
                                    

"BUNDAAAAAAAA" Diva berteriak histeris dari dalam kamarnya. Suaranya yang nyaring itu sukses membuat bunda yang sedang menyiapkan makanan untuk sarapan berlari ke arah kamar Diva.

"Kenapa sayang?" tanya bunda panik

"Bundaaa... Ikat rambut aku yang warna item gak ada" rengek anak gadisnya yang mulai beranjak dewasa

'Ya Allah, dikira kenapa' batin bunda

"Kamu udah cari belum?" bunda menghampiri Diva yang sedang berjongkok disamping ranjangnya.

"Udah bun. Ini juga masih Diva cari. Tapi belum ketemu" ucap Diva sambil sesekali mengarahkan senter di ponselnya ke bawah ranjang.

"Udah cari di meja rias?"

"Udah. Tapi gak ada, bun"

Bunda akhirnya membantu Diva untuk mencari ikat rambut itu di meja rias. Hanya butuh lima detik, bunda langsung menemukan benda yang sedang dicari anaknya.

Bunda menggelengkan kepala nya. "Ini apa, Diva sayang?" ucapnya sembari memperlihatkan ikat rambut hitam tersebut.

"Eh, kok ada? Bunda nemuin dimana?" Diva lalu mengambilnya.

"Ada di deket tempat brush make up kamu" ujar bunda sembari berlalu dari kamar Diva.

"Bunda tunggu di meja makan. Sarapan dulu" sambung bunda sebelum benar-benar pergi dari kamar anaknya.

Lima menit berlalu, Diva akhirnya bergabung di meja makan untuk menyantap nasi goreng sebagai menu sarapan pagi ini, bersama kedua orangtua serta kakaknya.

"Abang tumben ikut sarapan?"  Ucap Diva lalu duduk disebelah abangnya

"Ada kelas pagi kayaknya abang kamu itu" Ayah yang menyahut.

Diva hanya mengangguk paham kemudian mulai menyuapkan nasi gorengnya kedalam mulut.

"Yah, Diva semalam gak sopan sama abang" begitulah, sifat Tama akan berubah drastis bila didepan kedua orangtua nya. Panggilan lo-gue tidak akan pernah terucap dari bibir Tama jika sedang bersama dua orang yang paling ia sayangi itu. Ayah dan bundanya.

"Gak sopan gimana, bang?"

"Masa Diva bilang abang bangsat sih" adu nya

"Dih apaan sih abang. Pake ngadu ke ayah segala" protes Diva

"Jadi bener Diva bilang gitu?" tanya ayah

"Iya emang Diva bilang gitu, Yah. Tapi maksud Diva kan Bang Satria. Si abangnya aja yang baperan" ledek gadis yang rambutnya di kuncir itu.

"Kan biasanya kamu manggil abang 'bang Tama'. Gak pernah tuh kamu manggil abang gitu sebelumnya"

"Nama abang Satria Tama, kan? Aku mau manggil bang Tama kek, bang Satria kek, sah-sah aja kan? Yang penting aku gak manggil abang itu bang Toyib apalagi abang tukang bakso. Hehe" ledek Diva yang membuat ruang makan itu dipenuhi gelak tawa.

"Bener kata Diva tuh, bang. Hehe" bunda menimpali sambil sesekali tertawa.

"Abang mau berangkat ke kampus aja. Males disini mah disudutkan mulu"

Baru tiga langkah Tama meninggalkan meja makan itu, langkahnya dihentikan oleh Diva. "Abang, tunggu!"

"Anterin Diva dulu. Mumpung abang berangkat pagi." sambungnya

"Naik motor tapi. Gak apa-apa?"

"Iya gak apa-apa. Ayah, bunda, Diva berangkat sekolah dulu. Assalamualaikum" Pamit Diva  sembari menyalami kedua orangtuanya. Tama pun melakukan hal yang sama seperti Diva.

NadeevaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang