Jhenyyyyy:
Div, malam ini nginep di rumah gue ya? Mama sm ayah lg jenguk nenek di rs soalny.Jhenyyyy:
Btw, bawa baju ganti yup. Bsok kita cfd an:))Sebuah pesan singkat yang dikirim Jheny beberapa menit lalu langsung membuatku bergegas. Mungpung sekarang malam minggu dan sedang tidak ada tugas, jadi tidak ada salahnya jika menginap di rumah Jheny.
Setelah memasukan baju dan beberapa keperluan CFD lainnya, aku segera meminta izin pada Ayah dan Bunda. Kebetulan mereka masih menonton tv di ruang tengah. Aku sangat bersyukur karena bang Tama tidak ada disana. Kalau dia ada, sudah bisa dipastikan pasti Bang Tama akan mengacaukan semuanya.
"Tumben rapi, sayang? Mau kemana?" tanya Bunda. Baru saja aku akan berbicara, sudah keduluan sama Bunda.
"Eh iya bun, hehe.." aku menghampiri kedua orangtua ku, "sekalian Diva mau pamit deh"
"Pamit kemana, Nak?" kali ini ayah yang bertanya
"Aku mau ke rumah Jheny. Nginep dirumahnya. Boleh kan, Yah?"
"Halah! Bohong, yah. Diva pasti mau malam mingguan tuh sama cowoknya" itu bukan suara ayah apalagi bunda. Tapi itu suara bang Tama yang berteriak dari dalam kamarnya.
"Abang apaan sih,"
"Diva beneran mau nginep di rumah Jheny. Ini buktinya ada kok" aku coba memberikan ponselku pada ayah.
"Ayah liat dulu yaa"
Ayah lalu membaca pesan yang tadi dikirim oleh Jheny.
Ayah mengembalikan ponselku, "Yaudah ayah kasih izin kamu nginep di rumah Jheny"
"Yeay. Makasih ayah" aku berhambur memeluk ayah. Bunda hanya tersenyum melihat kelakuan ku.
"Tapi kamu gak boleh berangkat sendiri" seru Ayah kemudian.
"Loh? Terus sama siapa" aku melepaskan pelukanku.
"Kamu dianterin sama abang kamu ya."
"Abang mana mau anterin aku, Yah. Apalagi ini malam minggu. Abang pasti mau main ke rumah kak Icha"
"Tenang aja. Biar ayah yang atur"
Ayah langsung memanggil bang Tama. Dan benar saja, saat bang Tama keluar dari kamarnya, dia sudah berpenampilan rapi. Tidak salah lagi, bang Tama pasti akan malmingan dengan kak Icha.
Bang Tama menghampiri ayah. Berniat menyalami tangan Ayah dan Bunda "Abang pamit dulu ya"
"Abang mau kemana? Rapi amat." seru bunda
"Biasa bun. Ke rumah bidadari hatiku"
Ueek. Sejak kapan bang Tama alay begini. Mendengarnya saja membuatku ingin muntah.
"Sebelum abang berangkat, anterin Diva ke rumah Jheny dulu ya"
Aku hanya tersenyum mendengar ucapan ayah. Bisa dipastikan bang Tama tidak akan menolak perintah ayah.
"Tapi abang udah janji sama Icha mau berangkat sekarang"
"Abang tinggal bilang sama Icha, mau nganter Diva dulu bentar. Icha pasti ngerti kok" Ayah berbicara santai namun terdengar menusuk.
"Tapi..."
"Abang mau terjadi apa-apa sama Diva? Lagian jarak antara rumah Jheny sama rumah Icha juga gak terlalu jauh kan?"
Yessss.. Ayah benar-benar yang terbaik, hehe. Bunda yang menyaksikam obrolan antara ayah dengan bang Tama hanya menggelengkan kepala sembari sesekali tersenyum.
"Yaudah deh. Abang mau anterin Diva dulu baru berangkat jemput Icha"
Yeyeye bang Tama akhirnya kalah juga. Aku bangkit dari duduk kemudian menggandeng lengan bang Tama.
"Ayo bang"
"Gak usah pegang-pegang ya. Nanti kemeja abang berantakan"
"Ish! Abang nyebelin!"
"Ayah, bunda, kita pamit yaa" aku langsung menarik lengan bang Tama.
🌻🌻🌻
Dua puluh menit diperjalanan, akhirnya aku dan bang Tama sampai di rumah Jheny. Dan aku melihat Jheny sudah ada di depan gerbang rumahnya.
"Bang, aku turun ya. Makasih udah nganterin"
"Iya iya. Udah cepet turun ah. Gue udah terlambat jemput Icha nih"
"Oh jadi ngusir nih ceritanya?"
"Bawel ah. Itu Jheny udah nungguin."
"Yaudah iya, aku turun. Abang hati-hati" aku melepas savebelt, lalu turun dari mobil milik bang Tama.
Bang Tama melajukan mobil hitam miliknya. Membelah jalanan yang cukup terang di malam minggu ini.
"Maaf lama ya, Jhen" aku menghampiri Jheny yang sedang memainkam ponselnya.
"Santai aja, Div. Gue baru keluar kok. Yaudah ayok masuk"
Tembok bernuansa hijau dengan ber-walpapper keropi langsung menyambut mataku ketika Jheny baru membuka pintu kamarnya.Beberapa jam berlalu kami habiskan dengan mengobrol, membahas hal-hal yang kecil hingga hal yang penting. Maklumlah, namanya juga wanita.
"Gue ambil minum dulu ya" ucap Jheny. Mungkin tenggorokannya kering karena ngoceh terus daritadi. Hehe.
Saat Jheny baru keluar dari kamar, ingatanku tentang Yudha waktu itu kembali teringat.
'Duh kira-kira aku cerita jangan ya ke Jheny pas aku lihat Yudha sama perempuan lain di deket rumah aku'
'Kalau aku cerita, kasihan Jheny. Pasti dia akan sakit hati. Tapi kalau gak cerita, kasihan juga"
'Ih bingung...'
"Div? Lo kenapa?"
"Eh?" Jheny kok sudah ada didepan ku, sih?
"Lo daritadi bengong aja. Padahal gue udah manggil-manggil"
Jheny menyimpan satu botol air mineral dan dua gelas kosong diatas meja belajarnya.
"Hehe"
"Yeh.. Malah ketawa. Kenapa sih lo?"
Mending aku cerita aja deh. Ini demi kebaikan Jheny.
"Jhen, aku mau cerita"
Jheny yang tadinya sedang membereskan beberapa buku yang bercecer di meja belajarnya langsung menghampiriku yang sedang duduk diatas ranjanh.
"Cerita aja Div"
"Sebenarnya....."
🐝🐝🐝
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadeeva
Teen Fiction√on going Tidak menyediakan sinopsis. Penasaran? Silahkan langsung baca ya :)) Dan jangan lupa masukan ke perpustakaan kalian agar tidak ketingggalan setiap update ceritanya :)) Selamat membaca :)) Publish: Kamis, 2 Mei 2019 Cover by: AriSeptian