15

77K 3.8K 360
                                    

Mereka telah sampai di Dubai International Airport. Setelah liburan semester di mulai, mereka berdua langsung memutuskan untuk pergi berbulan madu. Ini sebenarnya sudah di siapkan Devanno sejak mereka awal menikah, namun ia menunggu sampai Adelia libur agar tak mengganggu perkuliahan Adelia. Jadi ia mengurungkannya untuk langsung memberikan saat itu juga.

"Wah, Dubai bagus banget" ucap Adelia memandang sekitar. Padahal ia baru sampai bandara saja.

Devanno tersenyum senang. Hatinya terasa senang karena ia akhirnya bisa membahagiakan istrinya.

Kebetulan sekali mereka sampai saat malam hari. Keindahan kota yang di juluki kota pencakar langit itu semakin terlihat. Hiasan lampu di gedung-gedung tinggi berlomba menarik perhatian pengunjung sekitar.

"Kita ke hotel dulu ya" kata Devanno.

"Ih, jalan-jalan aja dulu" protes Adelia.

"Kamu ngga capek? Lagian ini koper gimana? Masa kita bawa-bawa?" tanya Devanno.

Adelia memanyunkan bibirnya kesal. "Nanti kelamaan, terus ngga ngeliat air mancur"

"Enggak sayang. Kita nginepnya di hotel deket sini kok" kata Devanno.

"Dimana?"

"Burj Al-Arab"

Adelia mendelik kaget. "Mas? Mas ngga salah?"

Bagaimana Adelia tidak bingung?

Burj Al-Arab adalah hotel yang sangat terkenal di dunia. Bentuknya yang unik dan letaknya yang terdapat diatas pulau buatan membuat daya tarik tersendiri bagi orang-orang. Tingginya 66 lantai. Membayar sekitar dua puluh sampai tiga puluh juta per malam, rela di lakukan turis karena pelayanannya yang sangat memuaskan. Selain itu juga, pemandangan di luar jendela hotel langsung tertuju pada Burj Khalifa dan juga Dubai Fountain.

"Kenapa? Enggak! Aku udah booking malahan" kata Devanno santai.

Adelia ternganga mendengar nada bicara Devanno yang sangat santai. Dia menggeleng tak percaya.

"Ayo. Nanti keburu pertunjukkannya mulai lho" kata Devanno lagi yang membuyarkan lamunan Adelia.

Devanno menggandeng Adelia menuju parkiran mobil.

"Ini mobil siapa?" tanya Adelia.

"Mobil aku lah, sayang. Mobil siapa lagi?"

Adelia terkejut. "Mas. Serius?"

"Astaga. Aku punya semua surat-suratnya. Mau aku tunjukkin?"

"Tunggu tunggu! Aku lagi serius mas"

"Aku juga serius. Emang aku keliatan lagi bohong?"

"Kok bisa? Maksud aku kan, mas baru jadi asisten dosen. Kok bisa...."

"Masuk aja dulu. Kita ngobrol di jalan" kata Devanno.

"Sekarang cerita. Kenapa mas bisa punya uang yang banyak? Mas jadi simpenan tante-tante Dubai ya?" canda Adelia.

"Heh! Mulutnya ya" kata Devanno mencubit mulut Adelia.

"Becanda" sahutnya cengengesan.

"Om ku punya saham di salah satu perusahaan yang ada disini. Sebelum aku lanjutin kuliah dan jadi asisten dosen kaya sekarang, aku sempet kerja disini. Sebentar doang. Cuma satu tahunan lah. Terus aku nabung, dan beli mobil ini" kata Devanno menjelaskan.

"Terus mobil ini mas taro mana kalo mas di Indonesia?"

"Di rumah om ku. Tadinya om aku juga ngajak nginep dirumahnya, tapi kan ngga enak. Masa bulan madu numpang di rumah orang"

 My Lecturer My Husband → K.M.GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang