Take A Rest

2.8K 323 12
                                    

Ini adalah hari terakhir konser mereka dari serangkaian konser yang mereka miliki sepanjang bulan februari di Jepang.

Seperti kemarin, hari ini semua anggota sedang berada di lokasi untuk latihan sebentar sebelum mendapatkan riasan dua jam lagi.

Jaehyun―pemuda tampan bermarga Jung itu mengedarkan pandangannya ke sekitar. Matanya dengan cepat mencari seseorang yang sejak mereka tiba disini tidak terlihat dalam pandangannya.

“Mencari siapa?”

Jaehyun menoleh mendengar Yuta yang bertanya. Ia tersenyum dan menjawab, “Doyoung hyung.” Katanya pelan. “Hyung melihatnya? Aku ingin berbicara dengannya.”

Si pemuda Jepang tampak diam dan berpikir, mencoba mengingat dimana ia melihat Doyoung. Tapi, pada akhirnya ia menggelengkan kepala dan menatap Jaehyun sedikit menyesal. “Aku tertidur saat tiba disini dan aku tidak melihat Doyoung setelah kita turun dari mobil. Maaf.”

Yang lebih muda mengulas senyum kembali. “Tidak apa-apa, hyung… aku akan mencarinya lagi.” Ucapnya ringan. “Lagipula, dia tidak akan tiba-tiba berada di Seoul.”

Yuta tergelak mendengar guyonan Jaehyun. Setelahnya, pemuda Jepang itu kembali pada sesi latihannya dengan menghampiri Taeyong dan Johnny, meninggalkan Jaehyun yang kembali mencari Doyoung.

Di ruang rias, Jaehyun bertanya kepada salah seorang noona staff, dan ia mengatakan bahwa ia melihat Doyoung sedang beristirahat di ruangan sebelah―tempat dimana para anggota selalu mendapatkan pijat dan medis setelah konser.

Dengan raut khawatir, Jaehyun segera membawa langkahnya ke tempat yang di maksud oleh noona staff.

.

.

.

Di ruangan itu, Jaehyun melihat Doyoung yang sedang mendapatkan iv drips. Tubuh kurus Doyoung duduk lemas diatas sebuah sofa, kedua matanya tertutup, sementara tangan kirinya terjulur dan tertusuk jarum infus.

“Hyung…”

Kedua mata kelinci Doyoung terbuka, ia tersenyum begitu melihat Jaehyun yang berjalan menghampirinya. “Jaehyun, kenapa disini?” Tanyanya dengan suara yang begitu kecil.

Jaehyun tidak menjawab, ia mengambil posisi di samping Doyoung dan memperhatikan wajah yang bermarga Kim. Bisa ia lihat dengan jelas gurat lelah di wajah seorang Kim Doyoung. “Kenapa tidak mengatakannya padaku kalau kau sedang tidak enak badan?”

Doyoung terkikik pelan seraya menutup kembali matanya, tidak berniat untuk menjawab.

Jaehyun mendesahkan nafas perlahan dan memilih untuk menatap seorang dokter yang sejak tadi ada disana mengawasi Doyoung. “Doyoung hyung tidak apa-apa, kan?”

Dokter itu tersenyum dan mengangguk ringan. “Tenang saja, Doyoung-ssi tidak apa-apa.” Jawabnya. “Ia hanya kelelahan. Setelah cairan infus ini habis dan beristirahat sebentar, tenaganya akan kembali pulih dan ia bisa berada di konser kalian.”

Yang bermarga Jung itu mengangguk paham. Ia kembali menatap Doyoung yang terlihat lelah, meraih tangan kanannya untuk ia genggam dengan lembut. “Kau tidak berkata apa-apa padaku, dan kau juga terlihat baik-baik saja. Kenapa?”

“Untuk apa? Aku juga tidak ingin membuat kalian khawatir padaku.” Doyoung menjawab dengan mata tertutup.

“Tapi setidaknya kau bisa mengatakan lebih awal padaku kalau kau sakit, hyung! Tidak dengan menyembunyikannya seperti ini.”

Entah kenapa, Jaehyun merasa sedikit emosi dengan sikap Doyoung saat ini. Dia pikir, Jaehyun itu bukan siapa-siapa? Hah! Dia selalu seperti itu!

“Kalau kau hanya akan marah padaku, lebih baik kau keluar saja, Jae.”

“Hyung!”

“Aku lelah, kepalaku sakit, aku tidak memiliki tenaga untuk membantahmu. Keluar saja―”

Doyoung menghentikan kalimatnya begitu merasakan Jaehyun lebih erat menggenggam tangannya. Matanya terbuka, menatap sayu pada Jaehyun yang masih dalam posisinya.

“Aku akan tetap disini untuk menemanimu.” Kata yang lebih muda dengan tegas.

Dokter disana beranjak berdiri. “Kalau begitu, aku permisi keluar dulu. Jaehyun-ssi, pastikan kau memberitahuku jika cairan infusnya sudah habis.”

Jaehyun mengangguk dan berterimakasih.

Tatapannya kembali jatuh pada Doyoung yang wajahnya sudah pucat. Tangan lainnya bergerak untuk mengusap kepala Doyoung yang berambut hitam kelam, mengusapnya lembut.

“Kau selalu terlihat baik, tidak pernah sekalipun mengeluh dan tetap bersemangat. Sampai kau sakit, aku tidak tahu apa-apa. Maafkan aku, Doyoung hyung…” Jaehyun sedikit merunduk, memberikan satu ciuman halus di kening yang lebih tua. “…cepat sembuh, dear.”

Doyoung tersenyum kecil dan bergumam, “Terimakasih…”

.

.

.

Jaehyun tetap disana sampai Doyoung benar-benar tertidur. Satu tangannya menggenggam tangan kanan Doyoung, tangan yang lainnya mengusap rambut halus Doyoung, sementara matanya tidak lepas memandang wajah pucat Doyoung.

Cairan infus yang mengalir ke tubuh pemuda Kim itu masih tersisa banyak, membuat Jaehyun mendesah lega karena itu berarti Doyoung memiliki banyak waktu untuk beristirahat.

Sampai ketika pintu terbuka, Jaehyun baru mengalihkan atensinya. Disana ada Jeno, lengkap dengan raut khawatirnya.

“Jeno, kau disini? Kapan tiba?”

Karena setahu Jaehyun, anggota Dream masih di Seoul tadi pagi. Dan mereka tidak berjanji untuk datang ke konser terakhir 127 di Jepang hari ini.

“Aku baru tiba dan langsung kemari.”

“Sendirian?”

“Dengan Injun dan Chenle. Jaemin dan Jisung memiliki jadwal lain.” Jawabnya, duduk di samping Jaehyun. “Aku di beritahu noona staff kalau Doyoung hyung sedang tidak sehat. Apakah, Doyoung hyung baik-baik saja?”

Jaehyun tersenyum melihat bagaimana khawatirnya Jeno terhadap Doyoung saat ini. Anak itu… seseorang yang di manjakan oleh Doyoung, yang dengan terang-terangan di cintai oleh Doyoung, sekhawatir itu dengan kakak kelincinya.

“Tenang saja, hyung kesayanganmu ini baik-baik saja. Hanya kelelahan…” Jaehyun menjawab pertanyaan Jeno, berusaha membuat adiknya untuk tidak khawatir. “Dokter bilang, ia akan membaik setelah infusnya habis dan tidur sebentar. Saat ia bangun, kau akan mendengar celotehannya yang tanpa lelah lagi.”

Jeno mendesah panjang. Ia merasa begitu lega setelah mendengar ucapan Jaehyun.

Tubuhnya ia hempaskan ke belakang, mengistirahatkan punggungnya di sandaran sofa. “Syukurlah,” Gumamnya lirih.

Jaehyun kembali tersenyum. “Sudah makan?”

Yang paling muda menggelengkan kepala.

“Istirahat dulu disini, makanan akan tiba sebelum kami mendapatkan riasan. Kau pasti lelah.”

“Aku takut ketiduran, hehe.” Jeno cengengesan. “Aku akan tetap terbangun dan menjaga Doyoung hyung juga disini. Boleh, kan?”

Jaehyun… mana bisa menolak? Ia mengangguk mengijinkan.

“Oke, tapi jangan salahkan aku jika Doyoung hyung terbangun dan tahu kau belum makan.”

Jeno merengut. “Ya, ya, ya. Aku akan pergi untuk makan sebentar lagi. Tapi ijinkan aku disini sebentar… aku rindu sekali dengan hyung idola dan hyung favoritku.”

Doyoung rasa, mimpinya indah sekali.

.

.

.

.

Fin.

Ini fic yang waktu itu aku tulis sebagai hadiah untuk @/sasaivera-nim :)))

Sweet Like FluffyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang