Beggining

7 2 0
                                    

Letta melangkah keluar dari rumahnya, memasuki mobil Carol yang sudah menunggunya selama kurang lebih 3 menit dengan seragam sekolahnya yang dilapisi hoodie warna kuning dengan tulisan banana di bagian tengah dan tas ransel yang sewarna dengan hoodienya.

"Sorry lama ya" ucap Letta setelah memasuki mobil Carol. "Lu lama lama beneran jadi bebek Scarletta. Tiap hari aja kuning mulu" komentar Carol setelah memperhatikan temannya dari atas sampai bawah.

"Bandana kuning, hoodie kuning, ransel kuning, jangan bilang buku catetan lo sampulin serba kuning kayak dulu?!" Ujar Carol sehingga lawan bicaranya mengangguk singkat. "Astaga Lettaaaa" ujar Carol lalu langsung menyalakan mesin mobil tak ingin matanya hanya mampu melihat satu warna.

Setelah perjalanan selama 15 menit, Carol dan Letta sampai di sebuah gedung bertuliskan SMA Emerland diatasnya. Letta yang sudah melepas hoodienya dan menentengnya dengan  tangannya langsung turun dari mobil dan setengah berlari memasuki gedung tersebut. Sekarang masih pagi, masih belum banyak yang datang.

"Itu paper bag isinya apaan?" Tanya Carol melirik isinya tapi dihalangi Letta. "Oh-h ini isinya baju olahraga. Iya olahraga" ucap Letta gugup yang membuat Carol curiga dan merebut paper bag dan melihat jaket warna hitam. "Jaket? Ini bukan punya lo kan, Ta? Lo gapernah pake jaket. Slalu pake hoodie" selidik Carol dengan mata memicing ke arah sahabatnya itu.

"Punya gue k-kok" ucap Letta gugup.

"You can't lie to me, darl"

"Itu punya Glenn kemaren waktu party gue gasengaja numpahin jus ke jaketnya. Jadi yah karna gue punya hati yang besar gue nawarin nyuciin deh" ucap Letta panjang lebar tidak mau temannya salah paham. Yang diajak mengobrol hanya ber oh ria dan mengundang hembusan nafas lega bagi Letta.

"Bye, Rol!" Ucap Letta sambil menaikkan tangan kanannya dengan postur -bye-bye- lalu melanjutkan langkahnya masuk kedalam kelasnya, kelas X-C. Di dalam kelas hanya ada beberapa orang. Ada yang sedang bercandaria bersama temannya, ada si berkacamata yang membaca buku yang sangat tebal.

Seperti biasa Letta menempati tempat duduk paling belakang di pojok dan meletakkan tas di kursi sebelahnya mencegah orang orang untuk duduk di kursi tersebut. Ia lalu menyumpali kedua telinganya dengan earphone kuningnya.

RIIING! RIIING!

Bel masuk sudah berbunyi dan Letta masih duduk sendirian. Hari beruntung bagi Letta. Ia melepaskan earphone nya dan memasukkan hp ny kedalam saku di roknya. Pak Budi, guru fisika yang terkenal kejam memasuki kelas Letta yang membuat semua orang di kelas termasuk Letta.

"Anak-anak, kalian pasti sudah tau kan kalo saya akan menjadi wali kelas kalian?" Tanya pak Budi dan dijawab serempak oleh muridnya "yaaaa" dengan nada yang dipaksakan. "Baik. Ada banyak peraturan di kelas bapak. Yang pertama--"

Tok tok

Suara ketukan pintu membuat pak Budi dan seluruh murid di kelasnya menoleh ke arah pintu yang menampakkan wajah seorang anak laki laki yang dikenali Letta. Ya. Glenn. 

Letta sudah tau ia sekelas dengan Glenn tapi tidak terlalu tertarik dengan hal tersebut.

"Wah gila kita beneran sekelas sama Glenn?"

"Duh ganteng banget."

"Fix sasaran baru."

Semua anak perempuan di kelasnya berbisik bisik memuji Glenn. Sudah pasti kecuali Letta. Perempuan satu ini sama sekali tidak tertarik dan memilih untuk merebahkan kepalanya diatas tangannya di atas meja.

LETTA POV

Berisik banget sih ini kelas apa konser coba. "Minggirin tas lo" ucap seseorang yang kayaknya ditujuin buat gue karna suaranya kedengeran deket. Baru juga buka mata udah liat ni anak lagi. "Cari tempat lain" jawab gue. Dingin.

Kurang ajarnya ni anak malah narik tas gue dan ditaruh di atas meja gue dan seenak jidat duduk di singgasana tas gue. Saking risihnya, gue liatin ni anak dari atas sampe bawah dan dia gaada respon sama sekali. Dasar manusia aneh. "Gaada tempat lain" katanya dan setelah gue liat ke sekeliling kelas, emang gaada tempat lain sih.

Gapapa. Besok gue tinggal pindah sama anak cewek yang menggilai ni orang. Untung lo ganteng di mata mereka, Glenn. "Saya lanjutkan peraturan saya. Pertama, tempat duduk. Tempat duduk sudah kalian pilih sendiri jadi kalian tidak boleh pindah kemana mana lagi"

Dunia benci banget ya sama gue. Baru gue bilang mau pindah eh udah gadibolehin aja. Kampret emang.

AUTHOR POV

Letta tiba tiba teringat akan kejadian kemarin di celebration party. Ia menarik paper bag kuning di bawah kakinya dan memberinya kepada Glenn. "Nih. Udah gue cuciin" ucapnya lalu diambil oleh Glenn tanpa ucapan apapun.
-time passed-

KRING! KRING!

Bel istirahat pertama berbunyi yang membuat kelas Letta gempar dengan semua orang yang berebutan keluar dari kelas. Ada yang mau ke kantin. Ada juga yang mau ke perpustakaan. Letta memilih menunggu sanpai tidak ramai dan ingin mengunjungi kelas temannya, Carol. "Minggir" pinta Letta kepada Glenn karna ia yang duduk di bagian luar dan menghalangi Letta yang mau keluar.
Yang diajak berbicara hanya diam saja sambil memandangi layar hp nya dengan earphone tertempel di kedua telinganya.

"Minggir" ucap Letta kedua kalinya berusaha memendam emosinya tapi hasilnya nol. Glenn melanjutkan kegiatannya sambil mengangguk anggukkan kepalanya mengikuti irama lagu dari earphone nya.

Karna kesal Letta melepas paksa satu earphone di telinga Glenn yang berhasil membuat laki itu melihat ke arahnya.

"Minggir" ucap Letta sekali lagi berharap dilaksanakan.

"Lo mau ke kantin? Ikut" ucap Glenn lalu berdiri membiarkan Letta berjalan didepannya. Letta tidak peduli dengan keberadaan cowok itu. Ia hanya berpikir untuk makan dan menemui temannya, Carol.

"Rol, gue disini" ucap Letta melihat Carol di depan kelasnya seperti mencari sesuatu. Carol pun berjalan mendekatinya tapi dibuat bingung oleh makhluk di belakang Letta.

"Kalian udah temenan?" Tanya Carol pada Letta yang membuatnya melihat ke belakangnya dan mendapati Glenn yang masih di belakangnya.

"Fans" ucap Letta dengan suara yang sengaja dikeraskan.

"Gue denger tau" balas Glenn.

BOUT' FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang