Tentang Abel

268 14 5
                                    

Tring tring tring
Alarm di kamar Abel sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, namun sepertinya Abel masih nyaman menikmati selimutnya hingga tidak memperdulikan bunyi alarm itu.

Ratih, mamah Abel yang melihat gadis kesayangannya masih tidur pun hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kebiasaan anaknya setiap pagi.

"Abel, bangun sayang udah siang kamu ngga sekolah?" Kata Ratih sambil mengusap lembut rambut Abel.

"Hmm, bentar lagi mah Abel masih ngantuk."

"Tapi ini udah jam 6 sayang, kalo telat gimana?"

"Apa!" Abel langsung bangun dari tempat tidurnya dan mondar-mandir mencari seragam SMA nya. Efek libur panjang membuat Abel jadi susah untuk bangun pagi.

"Mah seragam Abel mana? Abel lupa nyiapin" kata Abel panik

"itu udah mamah siapin sayang. Sekarang kamu mandi dan jangan lupa sarapan oke."

"Syukurlah. Makasih mah." Abel pun buru buru masuk kedalam kamar mandi.

Kurang lebih 20 menit di kamar mandi, Abel pun keluar dengan wajah yang segar dan sudah mengenakan seragam putih abu-abunya.

Abel memoles wajah nya dengan sedikit bedak bayi, dan membiarkan rambut nya tergerai.

"Huft, akhirnya selesai juga."
Abel pun turun ke lantai dua tepat nya menuju ke ruang makan, disana sudah ada mamah nya dan Raffa, kakak Abel.

"Pagi mah, bang." Sapa Abel

"Hm" jawab Raffa

"Pagi juga sayang, yuk sarapan dulu."

"Lo mandi apa tayamum sih, lama bener dah." omel Raffa.

"Aelah bang, cuma bentar juga. Biasa, ritual dulu." jawab Abel seenak jidat.

"Untung lo adek gue."

"Udah udah, ayo cepet sarapan sayang biar kalian ngga telat." lerai Ratih.

**

"Bang cepetan!!" teriak Abel dari depan rumah sambil mengetuk-ngetuk mobil yang biasa Abel dan Raffa gunakan untuk berangkat ke sekolah.

"Iya iya bentar, ngga sabaran banget sih lo"

"Lo lama sih." gerutu Abel

"iya iya maaf adek ku sayang." kata Raffa sambil mengacak-acak pucuk kepala Abel.

"Ayo lah cepetan."

"mah, Abel sama abang berangkat dulu ya, Assalamualaikum." Teriak Abel sebelum masuk ke mobil

"Waalaikumsalam, hati-hati sayang jangan ngebut-ngebut."

Mobil Raffa keluar dari pekarangan rumah mereka. Setelah kurang lebih 15 menit perjalanan, mereka sampai di sekolah Abel, SMA Bina Bangsa.
Abel keluar dari mobil diikuti oleh Raffa.

"Sekolah yang bener jangan kecewain mamah sama papah." kata Raffa sambil mengusap lembut rambut Abel.

"Iya abang, Abel ngga akan ngecewain kalian. Abang berangkat sekarang gih, kampus kan lumayan."

"Ngusir nih?" goda Raffa

"Ihh, bukan gitu maksudnya."

"iya iya abang berangkat ya." kata Raffa sambil mencubit pipi kanan Abel yang memang selalu terlihat menggemaskan di mata abangnya.
Meskipun sekarang Abel sudah SMA namun abang nya selalu menganggap Abel masih tetap seperti anak kecil yang harus ia lindungi, terutama setelah kematian papah mereka 7 tahun yang lalu.

"abang berangkat ya" dijawab anggukan dari Abel.
Raffa mencium pucuk kepala adiknya kemudian masuk kedalam mobil dan bergegas pergi.

Baru beberapa langkah Abel memasuki gerbang sekolah, bel masuk berdering nyaring. Abel pun mempercepat langkahnya sembari mencari kelas barunya, XI IPA 2.
Saat melewati kelas XI IPS 1, Abel bertemu dengan sahabat sejak kecilnya, Rendra.

"Oy, telat mulu sih kerjaan lo?" Ledek Rendra.

"Biarin, yang penting gue tetep masuk peringkat paralel. Daripada lo, berangkat pagi tapi taunya buat nyalin tugas temen." Balas Abel sambil menjulurkan lidahnya. Dan berjalan enteng melewati gerombolan teman teman Rendra yaitu Rian, ciko, andre, satria, dan Gavin.

"sikap sahabat lo ngga seimbang sama mukanya." kata Rian

"iya padahal pas pertama kali gue ketemu dia, gue pikir dia gadis polos, imut nan lugu. Ehh tau nya gitu." tambah Andre.

"hehe emang sh, tapi sebenernya dia baik kok, suka membantu, rajin menabung dan tidak sombong, cantik lagi, waktu SMP aja dia pernah ribut sama cowok paling brengsek di kelasnya karna dia sering bully salah satu temennya Abel di kelas, jadilah Abel di bawa ke ruang BK. Untung temen temen sekelas nya bantu Abel biar ngga dikasih hukuman berat sama buguru, karna udah nonjok si cowok brengsek itu."jawab Rendra yang memang sangat mengenal sosok Abel.

"hahh? Si Abel berani nonjok si brengsek itu? Wagelasehh." kata Ciko yang kaget mendengar cerita Rendra barusan.

"iya" jawab Rendra sambil menganggukan kepala.

"Sikap Abel emang udah urakan dari kecil dra?" tanya satria yang mulai tertarik dengan obrolan mengenai sikap Abel.

"waktu kecil dia ya kaya gadis biasanya, cengeng, manja, cuma emang semenjak bokapnya meninggal dia jadi agak berubah, lebih galak gitu. Tapi bagi gue dia tetep gadis cengeng yang selalu ada buat gue setiap kali gue ada masalah. Dia ngga pernah pilih pilih temen, itu sebabnya gue nyaman sahabatan sama dia selama 8 tahun."

"trus lo suka sama Abel?" tanya Satria

"ya engga lah, dia tuh udah gue anggep kaya adek gue sendiri, secantik apapun dia, dia tetep jelek di mata gue. Kan yang cantik di mata gue cuma Indah." jawaban Rendra berhasil mendapat jitakan dari ciko.

"Indahnya ngga mungkin mau sama lo ogeb."

Dan disambung lelucon lelucon ringan yang dilontarkan, rendra, rian, ciko, dan andre, satria hanya bisa tersenyum melihat tingkah teman temannya itu yang kadang memang kelewat gila, sedangkan Gavin yang paling normal disini tidak memperdulikan lelucon mereka. Pikirannya sekarang dipenuhi oleh satu nama, Abel.

Diantara yang lainnya, Gavin lah yang paling serius mendengarkan cerita Rendra mengenai Abel, sambil tetap melihat punggung mungil Abel yang makin lama makin hilang dari pandangannya.

Ya, begitulah Abel si gadis imut yang mempunyai kepribadian 180° berbeda dan tidak selaras dengan wajahnya.

***

Gimana? Udah jatuh cinta pada bab pertama sama cerita ini? Semoga kalian suka ya
Jangan lupa vote

GavinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang