Luka

52 3 0
                                    

Bukannya berjalan ke arah kantin, Abel justru berbelok ke arah taman belakang sekolah.

"Ehh bel, lo mau kemana? Kantin sebelah sini." Teriak Rasty

"Taman." Jawab Abel

"Ck, kebiasaan."

"Udah, biarin dia sendiri dulu. Dia pasti cape ngadepin sikap Sindy yang sekarang." kata Nindia sembari mengingat peristiwa saat mereka masih kelas 1 smp 4 tahun yang lalu.

"Hm..." Rasty dan Indah mengangguk. Perubahan yang terjadi pada Sindy bukan hanya berpengaruh pada Abel namun juga pada persahabatan mereka 'berlima'. Persahabatan yang sudah terjalin sejak mereka duduk dibangku sekolah dasar, harus runtuh karna peristiwa 'itu'. Permusuhan yang sebenarnya timbul hanya karna kesalah pahaman.

**
Abel duduk dibangku panjang yang ada di taman sekolah. Ia sudah tidak punya mood untuk pergi ke kantin ataupun melanjutkan pelajaran di kelas.

Ia ingin mengistirahatkan dirinya sejenak, menyingkirkan segala beban hidupnya, berusaha untuk sedikit melupakan masalahnya. Meskipun sebenarnya, Abel tidak pernah bisa.

Tuhan, sampai kapan akan terus seperti ini? Ku mohon, kembalikan persahabatan kami. -Batin Abel berteriak.

Bulir bening pun mulai mengalir di pipi Abel. Cukup sudah, ia tidak ingin terus berpura-pura kuat menerima perubahan sikap Sindy padanya. Namun seburuk apapun perlakuan Sindy, Abel tidak pernah membecinya sama sekali.

"Bahkan seburuk apapun sikap lo ke gue, gue ngga akan pernah bisa benci sama lo, lo akan tetep jadi sahabat gue Sin. Maaf karna gue abang lo meninggal." ucap Abel lirih diiringi cairan bening yang mulai deras membasahi pipinya.

**
Setelah puas menumpahkan seluruh air matanya, Abel mulai mengelap wajahnya dengan telapak tangan. Abel tidak ingin terlihat sedih di depan orang-orang. Karna begitulah dia, selalu pintar membuat orang lain berpikir seolah dia baik-baik saja.

Baru saja Abel berdiri dari duduknya, ia dikejutkan dengan kehadiran seorang cowo yang berdiri disampingnya sembari menatapnya dengan wajah yang sama yang selalu ia tunjukan pada orang lain. Datar.

"Se...sejak kapan lo disini?" tanya Abel gugup karena kaget dengan kehadiran Gavin disampingnya.

Gavin tidak menjawab.

"Nih." Gavin menyerahkan sebotol air mineral pada Abel, Abel bingung.

"hahh? Apa?"

"Nangis juga butuh tenaga." Jawaban Gavin spontan membuat Abel dua kali lipat lebih terkejut.

Shit! Berarti dia liat dong kalo gue nangis. -batin Abel

Abel sebisa mungkin mengalihkan pandangannya ke arah lain asal bukan ke wajah Gavin.

Gavin merasakan gerakan tubuh Abel yang mulai gelisah. Abel meremas-remas ujung rok nya dengan kepala yang terus menunduk.

"Lo boleh cerita kalo lo mau." kata Gavin. Abel mengangguk lemah, ia sadar mungkin ini saatnya ia berbagi tentang ceritanya pada orang lain. Dan ia percaya Gavin adalah orang yang tepat untuk mendengar ceritanya.

Abel kembali duduk di kursi panjang yang ia duduki tadi. Diikuti Gavin yang duduk di sampingnya.

"Jadi." Gavin menjeda ucapannya.

"Sindy sahabat lo?" lanjutnya, Abel mengangguk.

Ia pun mulai menceritakannya pada Gavin.

"Sebenarnya dulu gue, Nindi, Indah, Rasty, Rendra sama Sindy sahabatan dari SD. Tapi waktu kita kelas 1 SMP, abangnya Sindy, bang Andi. meninggal karna nolongin gue dari kecelakaan mobil. Sindy ada di tempat itu saat kecelakaan itu terjadi. Yang Sindy liat, gue sengaja dorong abangnya buat nyelamatin diri gue sendiri, padahal sebenernya bang Andi sendiri yang dorong gue demi nyelametin gue. Sindy ngga terima atas meninggal nya bang Andi. Sindy marah sama gue, dia ngganggep ini semua salah gue. Padahal kalo gue boleh milih, gue rela bertukar tempat sama bang Andi, yang penting sahabat gue bahagia. Gue ngga kuat liat keadaan Sindy saat itu, dia sedih banget kehilangan abang kesayangannya. Gue nyesel, gue nyesel kenapa gue ngga bisa cegah bang Andi buat nolongin gue. Gue cape, gue cape ngadepin sikap dinginnya Sindy sekarang. Gue pengen kita bisa balik lagi kaya dulu, gue ngga sanggup kalo harus terus musuhan sama sahabat gue sendiri." Kata Abel dengan pundak yang bergetar dan suara paraunya.

GavinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang