2 - lapangan

93 16 7
                                    

"Aku suka tatapanmu, tatapanmu yang melihatku sebagai seorang teman"

Semenjak kejadian itu, keadaan pun menjadi canggung antara Bintang, Raka dan Angkasa. Raka selalu menjaga Bintang dari Angkasa dan Angkasa pun menjadi sedikit menjaga jarak dengan Raka dan Bintang.

"Bintang ke lapangan yuk, Pak Ali udah nungguin tuh dibawah. Pokoknya gue gak mau ya kena marah sama Pak Ali lagi kayak watu itu cuma gara-gara lo beli minum doang" omel Raka. Raka memang tipe anak yang bandel tapi paling tidak mau terkena hukuman, jika Raka mendapat hukuman maka dia akan berusaha kabur. Karena Bintang juga tipe-tipe anak yang hanya menurut dan paling tidak suka berbasa-basi lantas hanya mengikuti Raka dari belakang.

"Gue ke toilet dulu deh Ka, lu duluan aja" Raka pun hanya menunjukkan wajah sok cool andalanya.

"Lagian siapa juga yang mau nungguin lu, ge-er banget lu" ujar Raka. Perkataan Raka tadi pun lantas mendapatkan pukulan dari Bintang, membuat Raka dan Bintang pun tertawa ringan.

"Ya udah gue duluan ya" sebelum Raka pergi dia masih sempat-sempatnya mengacak-acak rambut Bintang. Mengacak-acak rambut Bintang merupakan sebuah kebiasaan bagi Raka sejak awal mereka bertemu.

"Raka sialan, Ya udah sana pergi"

Raka hanya tersenyum tipis melihat tingkah Bintang yang sejak dulu tidak pernah berubah. Bintang pun melihat Raka pergi menjauh dalam keramaian lorong sekolah.

Bintang selalu berpikir setiap melihat Raka pergi menjauh darinya.

"Sampai kapan gue bisa sama Raka terus?"

Karena bagi Bintang, Raka adalah segalanya. Kalau bukan Raka yang melindunginya waktu itu, sudah pasti Bintang tidak akan disini sekarang.

***

Setelah selesai dari toilet Bintang pun berlari menuju lapangan, dia tidak mau terkena ocehan dari Pak Ali.

"Maaf Pak saya terlambat ta-" belum sempat Bintang menyelesaikan kalimatnya, Bintang sudah dimarahi duluan oleh Pak Ali.

"Bintang Kirana Putri, sekarang kamu lari keliling lapangan sepuluh kali"

"Sama Angkasa"

Mulut Bintang pun sedikit terbuka karena ucapan Pak Ali barusan. Bukan karena hukuman yang diberikan Pak Ali kepada Bintang, tapi dengan siapa dia harus mendapat hukuman itu.

"Angkasa pak?"

Bintang masih belum percaya kalau dia harus dihukum bersama Angkasa.

"Angkasa Arditiya pak?"

"Iyalah kan yang namanya Angkasa cuma dia doang!" bentak Pak Ali karena pertanyaan Bintang barusan

"Cepetan Bintang sana kamu lari udah ditunggu sama Angkasa"

Dengan rasa terpaksa Bintang menghampiri Angkasa

"Lu dihukum juga sama Pak Ali?" pertanyaan tadi keluar dari mulut Angkasa

"Kalau gua gak dihukum, gua gak bakal lari"

Langit Tanpa Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang