7 - martabak (1)

44 8 13
                                    

"ego mencegah seseorang mengucapkan-aku membutuhkanmu"

Angkasa masih diam diatas motornya. Ia ingin melajukan motornya, namun Angkasa masih mengingat dengan jelas kejadian tadi siang

Iya, dia masih bingung kenapa dirinya bisa sampai sangat kecewa saat mendengar bahwa Raka sedang bersama Bintang.

Padahal Angkasa sudah sering melihat Raka dengan Bintang.
Dimanapun ada Bintang pasti ada Raka

Tapi kenapa saat itu ada hal yang berbeda dihatinya. Angkasa menerima itu, tidak mungkinkan Angkasa memiliki rasa dengan Bintang.

Ia juga masih mengingat kata kata Raka saat di koridor menuju ruang osis setelah angkasa memanggilnya dikelas

"Lain kali lu gak perlu dateng pake emosi gitu ke kelas. Gue juga tau batasan"

Iya satu kalimat penuh makna yang ia rasakan saat ini. Tapi apa maksud Raka melontarkan kalimat itu?

Apa Raka tau apa yang angkasa rasakan?

Bukan, Angkasa yakin ini bukan karena rasa suka atau cintanya, ini hanya karna saat itu ada sesuatu yang benar benar penting

Atau memang ini karena Bintang?

"Woy!"

Hampir saja angkasa mengumpat saat itu juga. siapa lagi kalo bukan teman laknatnya itu.

"Lo bisa gak. Gak usah ngagetin gue kek gitu Zak?"

Kali ini Angkasa coba membenarkan keadaan helmnya yang hampir terjatuh dari genggamannya.

"Eh iya sorry soryy bosku, lagian diem diem aje lo kesambet Rafathar mampus lo"

"Lah? Untung kalo gitu setidaknya nanti gue bisa keliling dunia" balas Angkasa mengejek

"Yeuu gue serius nih, lo ga ada masalah kan?" Zaki cuma takut nantinya sahabatnya ini jadi penghuni jembatan ciliwung karena stress memikirkan hal yang tak penting

"Enggak tenang aja, gue kan manusia yang cinta kedamaian" balasnya dengan sombong

"Apa hubungannya sama kedamaian Panjull?!"

"Otak lo dangkal" jawab Angkasa. Yang sebenarnya memang tidak nyambung

"Serah lu dah" ucap Zaki putus asa dengan kepedean akut temannya ini

Mereka menyalakan motornya masing-masing dan pergi meninggalkan sekolah

Ya, meski saja perasaan itu terkadang mengganggu Angkasa tapi ia berusaha untuk tidak memikirkannya.

***

"Bintang!" teriakan itu berhasil membuat cewek itu menoleh

Dari kejauhan seorang gadis dengan tas birunya itu berlari kearahnya

"Bi... Lo pokoknya harus bantu gue"pinta gadis itu dengan nafas memburunya

"Lo kenapa? Kok lari-lari gitu?" tanya bintang kebingungan melihat Putri yang sedari tadi sulit mengontrol nafasnya

"Udah pokoknya lo harus bantu gue sekarang" Putri coba menekankan kata terakhirnya pada bintang

"Yauda, terus gue harus apa sekarang?" Bintang pasrah menanggapi temannya satu ini

"Sekarang lo ikut gue. Ayo!" perintah Putri sambil menarik tangan Bintang. Dengan pemaksaan tentunya

Aneh memang rasanya Putri menghampiri Bintang dengan ekspresi yang serius

Bintang bukanlah anak perempuan kebanyakan dikelasnya. Ia tak suka bergosip bersama yang lain, membicarakan laki-laki, atau sekedar membicarakan tentang skincare bersama dikelas

Langit Tanpa Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang