"Hah? Apa?" kaget Disel karna asik melamun.
"Lo tuh hobi banget ya ngelamun? Kesambet baru tau rasa lu" kata Arga.
"Ishh, apaan tadi ngomong apa?" tanya Disel.
"Temenin gue dulu ya?gue laper banget. Gue tadinya keluar mau cari makan, eh malah ketemu lo di pinggir jalan, jadi lu harus tanggung jawab nemenin gue makan ya" Kata Arga.
"Apaan nemenin makan. Gak! Gak mau, lu kan tadi bilangnya mau anterin gue balik kerumah" jawab Disel.
"Tapi gue laper, pokoknya gak mau tau lu harus nemenin gue makan" kata Arga tanpa penolakan.
"Ko lu maksa".
" kalo gak maksa lu gak akan mau".
"Yauda iya gue temenin, anggep aja sebagai tanda terima kasih udah mau anterin gue balik" kata Disel.
Akhirnya mereka berhenti di pinggir jalan, Arga memarkirkan motornya dan berjalan mendahului Disel untuk memesan makanan.
"Mang, nasi goreng spesialnya 2 ya, yang 1 pedes, yang 1 ga pedes" ucap Arga.
"Eh, gue gak usah, gue bisa makan dirumah" sela Disel.
"Udah lu diem aja, gue tau dari siang lu pasti belum makan kan?" kata Arga.
Disel hanya menurut sambil memperhatikan Mamang nasi goreng menyiapkan pesanannya, ia pun tak ingin munafik, karna memang cacing di dalam perutnya sudah menjerit demo meminta makanan, apa lagi di tambah bau nasi goreng spesial semakin membuat perutnya bunyiiii minta di isi.
"Sel, lu tadi ngapain ngelamun di pinggir jalan?" tanya Arga yg ternyata sedang memperhatikan Disel.
"Nunggu angkot, tadi angkot yang gue naikin mogok jadi gue di turunin" jawab Disel.
"Pinjem kertas dong sama pulpen, lu masih bawa tas kan?" pinta Arga.
"Hah? Buat apaan?"
"Udah mana sini cepet" kata Arga sambil menarik tas Disel.
"Iyaa iyaa sabar, nih" kata Disel sambil memberikan buku catatan dan pulpennya.
"Mana sini nomor hp lu mau gue catet" kata Arga.
"Buat apaan woi? Wah lu mau modus ya ke gue? Diem diem lu ngajakin gue kesini mau modusin gue lu?" kesal Disel.
"Heh! Pede banget lu! Gue minta buat kalo ada butuh sewaktu-waktu, kelas gue butuh bahan tugas matematika dari kelas lu, Bu Oom kemarin bilang gitu, nah mumpung gue inget gue minta nomor hp lu sekarang buat nanya tugas itu" kata Arga.
"Bener ya lu? Awas aja kalo sampe modus"
"Iya elah siapa juga yg mau modusin cewek galak kaya elu, yang ada gue sawan duluan" kata Arga.
"Yauda sini gue yang nulis" sambil mengambil alih buku catatan dan pulpennya.
"Permisi Mas Mbak ini pesanannya" ucap Mamang nasi goreng.
"Oh iya Mang yang pedes buat saya, yang gak pedes kasih ke cewek ini ya" kata Arga merespon.
"Iyaa Mas" ucap si Mamang nasi goreng.
Disel yang mendengar itu hanya bias menatap Arga heran, ko Arga bisa tau ya gue gak suka pedes, tanyanya dalam hati. Setelah si Mamang nasi goreng pergi dan sudah mendapati nasi goreng di tangannya, Disel bertanya.
"Kok lu tau gue gak suka pedes?" tanya Disel.
"Tau lah, muka muka imut kayak lu tuh pasti manja, sama pedes aja takut" jawab Arga.
"Ishh apaan si gue serius Ga!" kata Disel.
"Iya gue jawab serius Sel, gue nebak aja lu pasti gak suka pedes" kata Arga.
Disel yang mendengar itu hanya percaya percaya saja, mungkin memenag kebetulan Arga memesankan makanan untuknya yang tidak pedas.
Setelah Arga mendapat nomor hp Disel, entah kenapa perasaannya bertambah senang, rasanya suatu keajaiban sekali hari ini, padahal kemarin malam niatnya hari ini ia tak akan bertemu Disel di sekolah, tapi Tuhan justru mempertemukan mereka dengan ketidak sengajaan yang menyenangkan. Bonusnya di tambah makan nasi goreng bareng lagi. Aduh detak jantung gue makin gak karuan aja nih.
Entah sejak kapan perasaan ini muncul, yang jelas bermula dari kesenangannya mengganggu Disel, hingga akhirnya mengganggu Disel menjadi hobi baru untuk Arga. Entah lah sekarang ia merasa Disel adalah ratu yg harus di jaga, hanya dia yang boleh mengganggu Disel, orang lain tidak.
Senja berganti gelap tanda hari tak lagi sore, aku berani bersumpah kepadamu semesta, sore ini menjadi sore terindah dalam hidupku. Terima kasih sudah menciptakan seorang ratu yang membuat ku selalu merasa senang dengan mengganggunya. Ucap Arga dalam hatinya sambil tersenyum.
Mereka berdua sama sama diam dan menikmati makanannya. Arga dengan lamunannya dan terus mengucap syukur kepada tuhan dan berharap akan selalu terus seperti ini bersama Disel. Sedangkan Disel fokus dengan makanannya dan kelihatan sangat menikmatinya.
"Ah kenyang deh gue" kata Arga yang telah menghabiskan makanannya.
Disel masih tak menghiraukan Arga, iya masih terus fokus pada makanannya dan kelihatan tak ingin di ganggu.
"Laper banget mbak? Sampe napsu gitu makannya" goda Arga.
"Makan tuh harus fokus, gak boleh ngomong" kata Disel.
Lucu sekali melihat pipi Disel yang gembul sedang mengunyah makanan, rasanya ingin sekali cubit pipinya ah gemas.
"Lah itu lo ngomong" kata Arga.
"Lu..u nyhaa nghaajhak nghomhongh siihhh" ucap Disel sambil mengunyah makanannya.
"Abisin dulu baru ngomong, sampe belepotan gitu makannya" ucap Arga sambil mengacak rambut pendek Disel.
Disel yang di perlakukan seperti itu hanya bisa kaget dan mematung di tempat. Astaga, apa ini? Kenapa gue jadi deg-degan gini? Lagian ngapain sih dia pake ngacak rambut gue segala, ya Tuhan rasanya jantung gue mau copot aja kalo gini.
"Lah ngapain ngelamun? Udah cepet abisin makanannya nanti keburu malem" ucap Arga memecah lamunan Disel.
Disel terus melanjutkan makannya yang tinggal sedikit. Setelah selesai tiba tiba Arga menatapnya dengan serius, seperti meneliti bagian wajahnya. Disel yang merasa di tatap seperti itu hanya bisa salah tingkah dan berkata.
"Lu apaan sih liatin gue kayak gitu" tanya Disel.
"Lu cantik" jawab Arga.
Oh semesta, kenapa rasanya jadi hangat gini sih? Kenapa aku jadi senang mendengar ucapannya? Apa apaan sih ini? Kenapa aku merasa aneh dengan diriku sendiri? Pikir Disel pada dirinya sendiri.
"Apaan sih lu, dah ah ayo balik" ucap Disel berusaha menyembunyikan rona merah di pipinya sambil berdiri akan beranjak.
"Eh nanti dulu Sel" kata Arga sambil menarik tangan Disel.
Oh tuhan, kenapa kau mau membunuhku dengan detak jantung secepat ini sih, apa dia gak sadar perlakuannya dari tadi bisa membuat jantungku perpindah ke kaki? Aduhhh bagaimanapun caranya aku harus bisa mengontrol hatiku, bisa Disel bisa, gak boleh deg-degan atau bullshing gini. Ah sial aku malu, dia pasti sudah liat pipiku yang memerah ini. Ucapnya dalam hati.
"Apa lagi Ga?" tanya Disel sambil berusaha mengontrol dirinya.
"Ada yang mau aku omongin ke kamu" kata Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
DiselArga
Teen FictionUntukmu, pria yang selalu ku sebut Pangeran. kata demi kata yg sudah berkembang menjadi sebuah kalimat, kini telah menjadi sebuah runtutan cerita yang sedari dulu selalu ku katakan padamu, bahwa akan kubuktikan semua perasaanku lewat tulisan. Aku ta...