P R O L O G

3.1K 92 8
                                    

Alvaro berjalan dengan lesuh. Rambut hitamnya yang acak-acakan terlihat lebih berantakan hari ini. Seragamnya pun sangat kusut, sama sekali tidak tampak telah disetrika. Siapapun yang melihatnya akan tau bahwa lelaki ini sama sekali tidak memiliki niat untuk datang ke sekolah.

Raut wajahnya tetap datar selagi berjalan menuju kelas. Mengabaikan setiap sapaan dari orang-orang yang dikenal, pun tidak dikenalnya. Sungguh, ia tidak ingin berbicara dengan siapapun saat ini. Tidakkah orang-orang menyadari itu?

"Alvaro!" seorang guru memanggilnya selagi ia melewati ruang guru.

"Iya bu?"

"Ibu mau minta tolong sama kamu, bisa?"

Sejujurnya Alvaro benar-benar tidak dalam mood untuk melakukan apapun saat ini. Tapi tak mungkin bukan, ia mengabaikan jika gurunya yang meminta tolong. Maka dari itu ia tersenyum tipis seraya berkata, "Bisa bu, apa yang bisa saya bantu?"

Guru tersebut lalu memberikan tumpukan kertas pada Alvaro, "Ini hasil ulangan kelas VIII-1, ibu minta tolong kamu periksa ya, kalau sudah letakkan saja di meja ibu. Terima kasih ya, nak Alvaro."

"Iya bu, kalau begitu saya permisi."

🌒🌓🌔🌕🌖🌗🌘

Bunyi bel yang menandakan berakhirnya jam pelajaran terakhir membuat penghuni kelas IX-1 bersorak heboh. Mereka benar-benar telah menantikan jam pulang, tak terkecuali Alvaro yang dari awal memang tidak ingin ke sekolah. Ia baru saja akan melangkah keluar kelas ketika ia menyadari satu hal.

"Ulangannya belum gue periksa njir."

Menghela napas, ia kembali mendudukkan diri di bangkunya. Ia mulai menyibukkan diri memeriksa ulangan adik kelasnya di tengah keheningan kelas yang memang telah kosong, menyisakan Alvaro seorang diri.

Setelah beberapa saat, Alvaro menyandarkan diri pada bangkunya, menatap jam kemudian menghela napas lagi. Sial, ia benar-benar ingin segera meninggalkan sekolah.

Tidak ingin ke sekolah, tidak ingin melakukan apapun saat di sekolah, serta ingin segera pulang. Alvaro punya alasan untuk itu.

Saat ini, mamanya tengah berbaring di rumah sakit. Dalam keadaan kritis akibat kelainan jantung yang dimilikinya. Papanya telah melakukan berbagai macam cara agar mamanya segera mendapatkan donor untuk transplantasi jantung. Tapi tentu tak semudah itu.

Alvaro sangat amat menyayangi mamanya. Oleh karena itu ia tak ingin berada di sini. Ia ingin di rumah sakit saja, menemani mamanya. Tetapi papanya memaksanya untuk pergi ke sekolah, mengingat ia telah berada di penghujung kelas IX yang sebentar lagi akan menghadapi ujian nasional.

Dan papanya benar, ia tetap harus pergi ke sekolah. Walaupun ia hanya datang, duduk, diam, dan mendengar. Tetapi setidaknya Alvaro datang.

Ia kembali mengambil satu kertas ulangan dari beberapa kertas yang tersisa. Mengernyit bingung mendapati kertas tersebut lebih berantakan dibanding kertas yang lain.

Yang Alvaro maksud dengan berantakan disini ialah, kertas tersebut dipenuhi coretan yang bukan hanya berupa rumus-rumus, tetapi juga pola-pola abstrak yang membuat Alvaro berpikir sefrustasi apa si pemilik kertas saat mengerjakan ulangan ini.

"Rachquelle Valerie," tanpa sadar Alvaro tersenyum kecil saat membaca nama pemilik kertas tersebut. Tersenyum kecil, for no reason.

Tapi ada yang aneh. Alvaro dapat merasakan jantungnya yang berdebar ketika menyebut nama gadis itu.

Mengabaikan hal itu, Alvaro memilih untuk melanjutkan pekerjaannya. Ia membalik kertas di depannya dan tak lagi heran mendapati coretan yang lagi-lagi memenuhi kertas. Tetapi sesuatu yang berbeda menarik perhatiannya. Beberapa baris tulisan kecil yang berada di tengah-tengah coretan abstrak.

"Obliviate sadness? Accio happiness? Allohomora love?"

Lelaki itu mengernyit bingung. Bukannya itu mantra dalam kisah Harry Potter? Tetapi si Rachquelle Valerie ini sedikit mengubahnya. Dia menambahkan kata lain ke dalam mantra aslinya, seperti menegaskan apa yang sebenarnya gadis itu inginkan dari mantra tersebut.

Lagi lagi ada yang aneh. Kalimat gadis itu berhasil menenangkan perasaan Alvaro yang sedang gundah memikirkan kondisi mamanya.

Alvaro sangat amat bingung dengan keanehan garis miring kegilaan ini.

Di tengah kebingungannya, Alvaro tanpa sadar mulai tersenyum. Gadis ini, Rachquelle Valerie, mengingatkannya akan mamanya yang sangat menyukai Harry Potter. Tanpa dapat dicegah, Alvaro membayangkan bagaimana jika keduanya bertemu, apa mereka akan membicarakan Harry Potter sepanjang hari?

Alvaro kemudian menyadari bahwa terdapat kalimat lain di sisi lain kertas yang ditulis sama kecilnya dengan kalimat sebelumnya.

Life is better with a little magic. And that little magic is called 'Hope'.

Begitulah yang tertulis. Singkat, tetapi dapat membuat Alvaro terdiam.

Dan ternyata gadis ini mendapatkan nilai sempurna, tidak ada yang salah dari semua jawabannya, membuatnya menjadi satu-satunya murid yang berhasil mendapatkan nilai sempurna. Jujur, Alvaro sedikit terkejut. Bukan apanya, tetapi hei lihatlah! Siapapun yang melihat kertas penuh coretan gadis itu juga akan berpikir sama seperti Alvaro.

Nilai sempurna, check.

Coretan abstrak, check.

Harry Potter's spells, check.

Her little magic, check.

"Who are you, Rachquelle Valerie?"

Baiklah, gadis itu berhasil membuat seorang Aaron Alvaro Adler penasaran.

🌒🌓🌔🌕🌖🌗🌘

Rachquelle Valerie.

Rachquelle Valerie.

Rachquelle Valerie.

Alvaro berjalan seraya memikirkan nama itu. Tiga hari berlalu semenjak ia memeriksa ulangan gadis itu. Dan baru kali ini ia memiliki kesempatan untuk mencari gadis tersebut.

Ia benar-benar dibuat penasaran oleh gadis itu. Gadis yang berhasil membuatnya berdebar hanya karena nama serta tulisannya.

Belum lagi kalimat tentang little magic milik gadis itu yang benar-benar menyadarkan Alvaro. Jujur saja, Alvaro merasa down memikirkan kondisi mamanya, ia benar-benar sedih, seolah tak ada lagi harapan untuk mamanya. Tetapi setelah membaca kalimat gadis itu, Alvaro akhirnya sadar bahwa ia tak boleh berhenti berharap untuk kesembuhan mamanya.

Dan itu semua terbukti ketika akhirnya mamanya mendapatkan donor dan dapat segera melakukan transplantasi jantung. Alvaro merasa ia harus segera bertemu dengan gadis itu, selain karena penasaran, juga karena ia ingin berterima kasih. Ia merasa gadis itu telah menolongnya, dengan kalimatnya yang berhasil menghibur serta menyadarkan Alvaro.

Dan disinilah ia. Berada di depan kelas VIII-1, yang merupakan kelas dari gadis yang dicarinya.

"Rachquelle Valerie, gue nyari dia, ada nggak?" tanya Alvaro pada salah satu siswa yang sedang duduk di depan kelas tersebut.

Siswa itu mengernyit mendengar pertanyaan kakak kelas di depannya ini. Jawaban yang kemudian keluar dari mulutnya berhasil membuat Alvaro mematung.

"Rachquelle Valerie? Dia udah pindah kak, dua hari yang lalu."

Bloody hell!

🌒🌓🌔🌕🌖🌗🌘

Little note.

Obliviate: mantra untuk melupakan sesuatu.

Accio: mantra untuk memanggil sesuatu agar mendekat pada pengucap mantra.

Allohomora: mantra untuk membuka pintu.







Unforgettable SpellsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang