12 wedding day (revisiiiiiiii

22K 1.3K 48
                                    

Setelah dua hari sadar dari koma, Salsa sudah di perbolehkan pulang. Gadis itu sudah tampak sehat seperti biasanya. Salsa juga sudah mendapat kabar tentang teman-temanya juga selamat dari kejadian itu. Ia sangat bersyukur karena Allah lagi dan LAGI memberikan kemukjizatannya.

"Pak kita langsung ke hotel Bountique, ya?" kata Bunda Salsa setelah mereka memasuki mobil honda jazz putih.

Salsa mengerutkan kening.

"Kok kesana, bun? Bunda mau ngapain, kesana?" kata Salsa kemudian.

Bundanya menoleh dan tersenyum manis, "Bunda lupa ngasih tau kamu kalo temen bunda sekarang ngadain acara pesta perkawinan. Nggak papa kan mampir sebentar. Kalo kita pulang dulu, bunda nggak bisa, soalnya bunda ada keperluan setelah ini. Nggak papa kan, Nak?"

Salsa sedikit terkejut mendengar hal itu. Bagaimana bisa bundanya membawa dirinya menghadiri pesta perkawinan sepulang ia dari rumah sakit.

"Tapi bun, Salsa kan--"

"Udah nggak apa-apa. Nanti ada perias di sana. Maaf ya, bunda sedikit memaksa. Soalnya habis ini, bunda benar-benar sibuk," kata bunda Salsa. Karena Salsa malas berdebat kecil dengan sang ibunda. Akhirnya, gadis itu mengiyakan saja. Toh, bundanya pasti tidak mungkin mempermalukan dirinya di depan umum.

Setelah sekitar setengah jam mereka sampai karena jalanan sedikit macet. Mengingat ini adalah jadwal makan siang para pekerja kantoran dan lain sebagainya. Mobil itu terparkir manis di depan hotel ternama Kota Jakarta. Mereka segera keluar dan di sambut seseorang yang membawa gaun berwarna pink muda dengan potongan brukat cukup indah. Gaun itu bisa di bilang cukup elegan. Salsa sempat terpesona dengan gaun tersebut. Warna pink adalah warna kesukaannya.

Mungkin Salsa terlalu terpesona dengan gaun itu, sehingga ia tidak menyadari jika dirinya sudah berada di ruangan wardrope.

"Loh, loh, kenapa ko--"

"Huss diam bentar ya mbak. Eyke harus merias mbak sebentar. Karena job eyke lagi banyak. Jangan banyak gerak mbak, eyke harus kejar setoran," kata mas-mas stylish. Salsa tentu saja bingung setengah mati. Ia di suruh memakai gaun pink tadi tanpa harus mengeluarkan komentar apapun. Tentu saja Salsa sempat berkomentar sebelum ia di dorong masuk keruang ganti.

Salsa mengikuti intruksi itu dengan kebingungan yang luar biasa. Sebenarnya yang menikah siapa di sini? Kenapa yang repot harus Salsa? Apa hubungannya? Salsa sedikit kesal. Ia baru saja keluar dari rumah sakit, bahkan sehabis koma. Ia malah di perlakukan seperti ini. Hei, cukup sudah! Salsa jangan terlalu manja. Haha! Ini bukan Salsa sekali karena mengeluh.

Setelah satu jam berkutat pada ruang wardrope. Akhirnya Salsa berubah bak princess yang ada di negeri dongeng. Wajah gadis itu hanya di poles sedikit make up karena Salsa terus protes ketika wajahnya di make up terlalu tebal. Tapi, dengan make setipis itu malah membuat Salsa memukau dengan kesederhanaan yang luar biasa. Gadis itu sangat.... Cantik!

Sampai sebuah pintu terketuk dan muncullah bundanya.

"Wooaaaa...putri bunda cantik banget. Kayak bukan Salsa ini. Bunda bener-bener nggak nyangka lhoo, Sal," kata sang bunda sembari memegang kedua pundak putrinya.

"Bunda jelasin, kenapa Salsa yang repot kayak mau nikah gini? Kenapa bunda nggak bilang kalo Salsa bakal jadi brides maid?"

Bundanya terkekeh geli. Brides maid secantik, ini? Hehe.

"ini acara resepsi pernikahan kamu sama Dirga," dan satu tarikan napas dari bundanya telah mampu membuat mata Salsa membelalak lebar. Jantungnya berpacu lebih cepat. Sepertinya ia akan terkena serangan jantung mendadak, walaupun Salsa adalah dokter spesialis jantung.

"Bu-bun, kenapa bunda nggak bilang?" Kata Salsa terbata-bata diiringi napas yang tersengal karena terkejut bukan main.

"Perasaan Dirga sudah memberitahumu," kata Bundanya sembari tersenyum tiada henti. Siapa mengira jika putrinya sudah menjadi seorang istri. Salsa mencoba mengingat percakapan dirinya dengan Dirga tempo hari.

Kamu harus banyak istirahat, supaya cepat pulih. Dan siap-siap setelah keluar rumah sakit nanti

Dan ia sangat jelas mengingat perkataan itu yang keluar dari mulut Dirga. Jadi ini maksud perkataan pria itu tempo hari. Bersiap-siap? Resepsi pernikahan? Ya Rabb, Salsa tidak menanyakan lebih jelas. Ini Salsa yang terlalu bodoh atau bagaimana. Kenapa ia tidak berpikir sampai sini? Ah, Salsa lupakan!

Bagi Salsa, pernikahan adalah ikatan yang suci, mengikuti sunah Rasul. Salsa tidak akan di akui umat Rasulullah jika ia tidak menjalankan sunah Rasul.

Jika boleh, Salsa ingin menangis saat ini juga. Lantunan ayat suci Al-qur'an telah menggema di seluruh ruangan ballroom hotel ternama itu. Dirga membacakan surah Ar-Rahman sebagai maharnya. Kali kedua Dirga menikahi Salsa setelah pernikahan mendadak yang di adakan di rumah sakit. Apalagi, saat itu kondisi Salsa sedang tidak sadarkan diri. Maharnya yang cukup sederhana tapi paling mulia di mata Allah.

Dirga mulai mengucapkan ijab kabul dengan lancar. Salsa dapat mendengarnya dengan jelas walaupun ia berada di dalam ruangan wardrope. Setetes air mata Salsa turun begitu saja.

Semua wanita tentu saja ingin berada di posisi Salsa. Mempunyai imam yang begitu baik seperti Dirga. Semua wanita pasti memimpikan calon imam yang akan menuntunnya sampai Jannah-Nya.

Salsa benar-benar terharu saat ini. Tapi, disisi lain ia juga merasa sedih. Karena, pernikahan ini tidak di dasari oleh perasaan. Dirga terpaksa menikahinya. Walaupun pria tampan itu sudah meyakinkan dirinya jika akan menjadi iman yang baik, tapi tetap saja, Salsa menganggap bahwa semua ini seperti mirip dengan keterpaksaan.

Hingga pintu terketuk, Salsa menoleh cepat ketika pintu itu terbuka dan menampilkan sesosok pria tampan yang sejak tadi memenuhi pikirannya. Dirga masuk dengan seragam kebanggaannya.

Dirga menjemputnya!

Dokter spesialis jantung itu tubuhnya sudah bergetar hebat, tangannya berkeringat dingin, hawa mendadak panas di ruangan itu, padahal AC menyala. Jantungnya berdegup dengan kencang, seolah-olah, jantung itu akan loncat keluar. Canggung luar biasa di antara keduanya.

Salsa berusaha menghilangkan rasa gugupnya dan bersikap biasa saja. Tapi tidak bisa! Jantungnya tidak bisa di ajak kompromi.

Dirga akan meraih tangannya, tapi Salsa menjauhkannya.

"Salsa kenapa?" kata Dirga bingung. Setiap kali Dirga akan menyentuh dirinya, Salsa menghindar sehingga membuat Dirga gemas sendiri. Pria muda itu cukup tahu jika Salsa belum terbiasa dengan genggaman pria. Terlalu polos memang, tapi bisa membuat Dirga gemas sendiri. Ini lucu!

Hingga Salsa melamun sebentar.

"Salsa... " panggil Dirga pelan. Gadis itu masih bergeming, tidak bergerak sehingga tangannya sudah ada di genggaman tangan kekar milik Dirga. Sekali lagi, Salsa belum menyadarinya.

"Ahh k-kak Dirga," kata Salsa gugup setelah menyadari tangannya sudah di genggam erat. Ingin menarik tangannya, tapi Dirga malah mengeratkan genggamannya. Ia tidak pernah bersentuhan tangan seperti ini dengan pria manapun. Sehingga berefek sebesar ini.

Tanpa aba-aba, Dirga mencium kening Salsa cukup lama. Salsa sudah memejamkan matanya karena terlalu gugup. Ia akan terjatuh jika Dirga tidak memeluknya. Ciuman Dirga membuat Salsa lemas, seolah-olah energinya di serap habis.

"Saya akan membahagianmu, Sal. Saya nggak akan berjanji, tapi saya akan usahakan," kata Dirga lembut mirip dengan sebuah bisikan.

Salsa kembali menutup matanya untuk menikmati sejenak pelukan dari tubuh kekar yang hangat itu. Kemudian, ia mengangguk lemah. Salsa juga akan berusaha menghapus perasaan buruk tentang Dirga yang masih mencintai kakak sepupunya.





Imamku, Tentaraku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang