5.

6.1K 275 29
                                    

*yoojiae pov_

Aku terbangun dari tidurku. Entah berapa lama aku terlelap, aku haus, tenggorokanku terasa kering sekarang.

"Oppa?"

Betapa kagetnya aku saat kusadari kehadiran seseorang di sebelahku.

Jin Oppa duduk di atas kasur, bersebelahan denganku dengan laptop yang menyala di depanya, dan segepok berkas yang entah apa isinya.

"Kau terbangun? Apa aku mengusik tidurmu?" tanyanya lembut.

Jin Oppa mengusap lembut pucuk kepalaku.

"Tidak. Aku bangun karena haus," setelah mengatakan itu, aku langsung berdiri dan beranjak menuju nakas untuk mengambil minum.

Di sebelah gelas, ada sebuah jam digital kecil berwana pink. Sangat menggemaskan. Tapi, kenapa warnanya pink?

02.30 a.m?

"Oppa masih bekerja di jam segini? Ini sudah hampir pagi!" pekikku tak percaya.

Jin Oppa hanya melirikku sekilas, tersenyum simpul, lalu kembali fokus pada laptop di hadapannya.

Ini membuatku kesal. Di keluargaku, setelah jam sepuluh malam, tidak ada lagi yang boleh membuka mata. Kami semua harus istirahat, dan menanggalkan beban kita. Jadi, melihat Oppa bekerja sampai selarut ini membuatku khawatir. Ia bisa sakit jika bergadang seperti ini.

"Oppa cukup, tutup laptopnya sekarang, dan pergi tidur! Lihat mata sayu Oppa! Kau harus istirahat!"

Oppa hanya tersenyum, dan lagi lagi, ia kembali fokus pada laptopnya.

Ini tidak benar, aku menghampiri Oppa, menutup laptop di hadapannya itu, lalu menyimpannya di atas meja.

"Tidur!"

Saat mengatakan itu, jantungku berdebar kencang. Rasanya sakit. Aku melakukan apa yang biasa ibuku lakukan dulu. Kenapa aku bersikap seperti ini? Aku jadi teringat sosok itu, aku merindukannya. Sial.

"Kau baik-baik saja?" suara lembut Jin Oppa membuat gemuruh di dada ini berangsur tenang.

Aku duduk di sebelah pria itu, dan menggeleng pelan.

"Tanpa sadar, aku melakukan apa yang biasa ibuku lakukan. Mengingatnya membuat dadaku sesak,"

"Kau merindukan ibumu?"

"Ya. Sedikit,"

"Sudah. Jangan dipikirkan, ayo kita tidur,"

Aku mengangguk pelan dan kami merebahkan diri di kasur. Oppa merengkuh tubuhku, membawaku ke dekapannya. Kepalaku bersandar pada dada bidangnya, ia sangat harum. Aku menyukai aromanya.

"Kenapa kau bekerja sampai selarut ini? Itu tidak baik untuk kesehatan,"

Ah, aku mulai lagi.

"Tidak apa, aku sudah biasa. Kau tenang saja, aku selalu meminum beberapa suplemen untuk membuatku tetap sehat,"

"Tapi tetap saja, tidur itu sangat penting,"

Tangan Jin Oppa terulur membelai lembut rambutku. Aku merasa sangat nyaman. Ini terasa lebih nyaman daripada saat Minhyuk menggenggam tanganku dulu. Perasaan hangat ini ... aku menyukainya.

"Aku hanya ingin membalas budi," tuturnya setengah berbisik.

"Pada siapa?"

"Ayah,"

Aku mengerti sekarang, karena Jin Oppa anak angkat, ia ingin membalas semua kebaikan Tuan Kim padanya dengan cara bekerja sangat keras.

"Jimin menceritakannya padaku," aku sedikit mendongak agar bisa menatap mata Jin Oppa. Jarak wajah kami benar-benar sangat dekat sekarang.

Bangtan's Girl NC 21+ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang