7.

4.6K 232 35
                                    

*author pov*

Yoo Jiae, gadis itu berdiri lemas sambil menggelengkan kepalanya. Ia bergidik ngeri, dan buru-buru keluar dari ruangan berdinding kaca yang transparan tersebut.

Orang kaya itu gila.

Jiae pernah mendengar pepatah itu sebelumnya, kini gadis itu tahu apa yang di maksud dari pepatah kata itu. Saat mereka sudah mempunya begitu banyak barang-barang mewah, dan mereka terus saja membelinya, seolah uang mereka akan menghilang begitu saja jika tidak mereka belanjakan.

Ini menyakiti akal sehatnya, Jiae benar-benar tak habis pikir, mengeluarkan uang jutaan won hanya untuk membeli beberapa baju, demi Tuhan, apa yang para pria Kim itu pikirkan?

"Wae? Bicaralah sesuatu, kau tidak suka?" Kim Taehyung menyenggol pelan lengannya.

Haruskah Jiae menyukai ini? Satu lemari penuh berisi bijou-baju super mahal, satu lemari penuh berisi sepatu, satu lemari penuh berisi tas yang berkilauan, dan satu lemari, penuh dengan kosmetik.

Siapa si gila yang membuang uangnya untuk barang-barang tidak berguna seperti ini? SIAPA?

Ini membuat Jiae frustrasi, dia kesal setengah mati. Di luaran sana, banyak sekali anak kelaparan, memakai baju bekas, dan putus sekolah. Tidakkah para Kim tahu hal itu? Bahkan Jiae sendiri sampai putus sekolah karena tidak punya uang. Dan sekarang? Mereka meminta gadis lugu itu untuk memakai barang-barang mahal itu? Tentu Jiae tidak akan sanggup melakukan itu. Dia merasa bersalah kepada anak-anak dan orang-orang kurang mampu yang mati-matian bekerja hanya untuk makan dan sekolah.

Jiae membalikkan badannya, dan menatap Kim bersaudara satu per satu.

"Kalau kalian kelebihan uang, berikan saja padaku," serunya frustrasi.

"Wae? Kau tidak suka modelnya? Kau ingin membeli sendiri? Oppa akan mengantarmu nanti," Kim Seokjin yang semula duduk langsung berdiri, dan melangkah mendekat ke arah gadis itu.

"Aku tidak menginginkan itu semua, melihatnya saja rasanya leherku seperti tercekik. Berapa banyak uang yang kalian keluarkan untuk itu?" Jiae nyaris menangis saking marahnya.

Munafik jika dia tidak menyukai semua itu. Semua barang itu indah dan memanjakan. Tapi melihat bandrol harga yang masih melekat di sana membuat dadanya terasa sesak.

Dia tahu betul bagaimana sulitnya mencari uang. Bagaimana berartinya kertas bergambar itu bagi orang-orang tidak mampu sepertinya

"Jangan pikirkan harganya, uang bukanlah masalah untuk kami. Pakai saja apa yang kau suka, kami melakukan ini karena kami ingin melihat Noona terlihat cantik," si bungsu Jungkook yang duduk tak jauh darinya pun dengan santainya mengatakan itu.

"Aku merasa semua anak yang sedang kelaparan di luaran sana akan mengutukku jika aku memakai barang barang itu," keluh Jiae.

"Hya! Jangan konyol! Berhenti memikirkan hal yang tidak perlu seperti itu! Tidak bisakah kau menikmati saja apa yang kami berikan? Kenapa membesar-besarkannya?" Taehyung menatap gadis itu sinis.

"Tae benar, pakai saja. Jangan memusingkan anak-anak yang bahkan tidak kau kenal!" imbuh Jimin.

Jiae terdiam. Tentu saja, ia bukan masalah bagi mereka. Hanya saja, Jiae-lah masalahnya. Ia tidak akan bisa memakai barang-barang itu karena terlalu syok melihat harga-harga yang tertera di sana.

"Sudahlah, jangan memaksanya," Hoseok meletakkan kopi yang sedari tadi di genggamanya ke meja, tatapanya tertuju pada Jiae saat ini.

"Pakai saja apa yang membuatmu nyaman," serunya pelan.

Namjoon menggeleng pelan. Kali ini ia tidak setuju dengan pendapat Hoseok. Jiae telah bersama mereka sekarang, tentu saja gadis itu harus mengupgrade dirinya.

Bangtan's Girl NC 21+ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang