8.

4.2K 294 32
                                    

*Jiae pov*

Meski ini memang belum masuk masa menstruasiku, aku tetap melakukan test kehamilan, berjaga-jaga jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

Dan ....

Syukurlah.

Aku bisa bernapas lega sekarang.

Aku tidak boleh hamil, aku tahu apa yang orang kaya selalu lakukan jika wanitanya hamil. Mereka pasti akan memaksaku menggugurkannya jika itu sampai terjadi. Dan aku tidak ingin menjadi pembunuh, apalagi membunuh anakku sendiri.

"Noona, bagaimana?" Hoseok setengah berteriak dari luar.

Aku buru-buru membersihkan semuanya, dan membawa testpack itu keluar dari kamar mandi.

"Bagaimana?" tanyanya lagi.

"Negative," sahutku sambil menunjukan testpack itu pada Hoseok.

Hoseok mengangguk pelan, menghela napas lega, lalu kembali berhambur ke kasur, dan berbaring dengan santai di sana.

"Kemarilah,"

Aku berjalan pelan, dan duduk di tepian bed, memperhatikannya dalam diam.

"Ini," Hoseok memberikan satu pack pil berukuran kecil padaku.

Aku tidak bodoh, meski aku tidak tahu apa itu, yang pasti bukanlah permen. Aku pernah melihat ibuku mengkonsumsi itu, mungkinkah itu pil KB?

"Minum setiap hari sesuai petunjuk di kemasannya. Jangan sampai hamil, kau tidak akan mau mengandung anak dari pria brengsek seperti kami, bukan?"

Tentu saja, ini memang pil untuk mencegah kehamilan. Memangnya apa yang kuharapkan darinya?

"Kau tahu, kurasa aku memang tidak boleh mengandung untuk selamanya, aku tidak pantas untuk itu," gumamku.

Hoseok mendongakkan wajahnya, dan menatapku dalam. Keningnya berkerut, dan ia merengut bingung.

"Kenapa?"

"Aku tidak ingin anak itu memiliki ibu yang hina sepertiku,"

Suasana hening setelahnya, cukup lama hingga tangan Hoseok terulur, dan menarikku ke dalam dekapannya. Aroma Hoseok memang selalu sukses membuat hatiku merasa hangat. Apalagi pelukannya. Serasa ayah yang sedang memelukku.

"Maaf," serunya pelan.

"Kenapa minta maaf?"

"Aku tidak tahu apa yang terjadi hingga membuat Noona harus menerima pekerjaan ini, harusnya gadis baik seperti Noona dapat kehidupan yang baik juga,"

"Aku pikir juga seperti itu, tapi ya sudahlah, aku tidak apa. Aku beruntung karena bertemu tuan Kim. Jika tidak, aku akan kehilangan seseorang yang sangat berharga dalam hidupku. Kau tahu? Saat itu, jika aku tidak juga bisa mendapatkan uang, aku berniat menjual ginjalku, atau apa pun yang dibutuhkan untuk mendapatkan uang,"

Hoseok menghela napas berat, lalu menarik pinggangku hingga aku meringkuk semakin dalam di dekapannya.

"Setidaknya, kalian baik. Kalian memperlakukanku dengan baik," imbuhku.

"Iya, jangan sedih, ambil saja sisi baiknya, kau bisa mendapatkan apa pun dari kami."

"Apa sisi baiknya?"

Serius, memang apa bagusnya jadi pelayan mereka? Selain uang tentu saja.

"Bukankah sex itu menyenangkan? Itu nikmat bukan? Apalagi dengan kami yang tampan ini, bukankah kau cukup beruntung?"

Wajahku langsung memanas seketika mendengar ucapan Hoseok. Aku pun langsung menenggelamkan wajahku di dada bidang pria itu, membahas sesuatu seperti ini sangat membuatku malu.

Bangtan's Girl NC 21+ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang