Mengingat janjinya yang kemarin, membuat Akashi mampir ke sebuah minimarket sebelum ke Rumah Sakit. Ia membeli berbagai macam jenis makanan, tak lupa juga membeli dango seperti yang dijanjikan.
"Eh? Sei-chan?" Terdengar suara dengan nada kemayu memanggil Akashi, sontak Akashi menoleh dan mencari sang pemilik suara.
"Reo-san?"
"Aku sedang mencari bahan untuk membuat yakisoba di sini," ucap Mibuchi, padahal Akashi tidak bertanya. "Oh iya, Sei-chan, ada apa dengan banyak jajan di tanganmu? Kau suka makan?"
Akashi menggeleng, "Bukan, ini untuk seseorang." Katanya sambil mengangkat keranjang belanjanya.
Mendengarnya, Mibuchi senyum-senyum najis, bikin Akashi geli sendiri lihatnya. "Hayo, pacarmu ya?" Mibuchi mencoba untuk menggoda Akashi sambil mengacak-acak surai merah Akashi.
"Calon."
"Hah?"
"Tidak, lupakan."
Keheningan terjadi beberapa detik diantara mereka berdua. Namun keheningan itu dipecahkan oleh Akashi yang pamit pergi ke Rumah Sakit.
"Reo-san, aku terburu-buru, duluan ya." Lalu membayar belanjaannya, dan langsung berlari ke Rumah Sakit. Melihatnya, Mibuchi hanya bisa tersenyum gemas sambil berpikir, Sei-chan hebat!
★
Sesampainya di Rumah Sakit, ia berjalan santai ke Taman. Di Taman ia tak melihat (name) lagi seperti kemarin. Akashi berpikir bahwa (name) sedang ada keperluan sebentar, sehingga tak dapat menunggu di sini lagi seperti kemarin.
Sudah sekitar 10 menit berlalu, tetapi (name) belum muncul juga. Perasaan Akashi menjadi resah, takut sang gadis kenapa-napa. Seketika Akashi merasa takut bahwa ia tak akan bertemu (name) lagi.
Saat sedang resah-resahnya, (name) muncul dengan senyuman lebar terpampang di wajahnya. Perasaan campur aduk Akashi juga hilang, digantikan dengan perasaan kesal.
"Bodoh, kau tahu beberapa lama aku sudah menunggumu?" Tiba-tiba mata kirinya berubah warna menjadi oranye kekuningan, tatapannya pun menjadi tajam dan mematikan.
(name) yang awalnya tersenyum, hanya bisa menunduk sambil menahan tangis, kemana perginya Akashi Seijuro yang baik itu? Siapa orang ini?
"Kau kemana saja tadi?" Tanya Akashi masih dengan tatapan tajam dan mematikannya itu, jelas sekali tersirat di dalam matanya bahwa ia sedang marah. "Jawab aku kalau kau bisa mendengar. Bukankah kau hanya bisu, tidak tuli? Kau kan bisa berbahasa isyarat."
Mendengarnya, air mata (name) menetes lalu mengalir dengan derasnya, ia sudah tak kuat membendungnya. Tentu saja perkataan Akashi barusan menyakiti hatinya, siapa sih yang tidak sakit hati saat dibilang begitu?
Melihat gadis di hadapannya menangis, mata Akashi kembali menjadi merah seperti biasa. Tatapan yang dilayangkannya juga berubah menjadi tatapan kaget.
"Eh, apa sesuatu yang ku katakan menyakiti hatimu? Aku tak berada dalam kesadaran penuh, rasanya seperti sedang dikendalikan orang lain. Maaf." Akashi hendak menggenggam tangan (name), namun ditepis olehnya.
(name) melemparkan secarik kertas putih ke muka Akashi, setelah itu berlari pergi menjauhi Akashi. Kini Akashi merasa bersalah dan bingung.
Ia membaca tulisan yang terpampang di kertas tadi.
Aku ingin bercerita tentang tahun lalu!
Kau masih ingat tidak, saat kita pergi ke festival musim panas bersama?
Angin di sana begitu segar, makanan yang ada juga sangat enak! Aku paling suka ringo-ame!
Nah, tapi saat pulang ringo-ame milikku terjatuh di jalan, sedih... :c
Lagi-lagi Akashi tersenyum membacanya, ia benar-benar melupakan dango-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura Message; Akashi Seijuro [✓]
Fanfictiontw // suicide, death (please consider before reading!) Ini adalah tentang surat-surat dengan isi tersirat yang kuberikan padamu di bawah mekaran bunga sakura. Joshrua, 2019.