Setelah pulang sekolah, Akashi mampir lagi ke minimarket untuk membeli dango. Kasihan, dari kemarin belum sempat diberikan pada (name).
Tetapi saat sampai di minimarket, Akashi tidak menemukan dango satupun. Sedikit kekecewaan terbesit dihatinya, masalahnya ia sudah berjanji untuk membelikan dango.
Akashi pun berpikir, kenapa harus dango? Bukannya makanan lain (name) juga suka? Ya sudah tinggal diganti, ya gak?
Setelah berpikir seperti itu, ia berjalan menuju rak di mana roti-roti dijual. Matanya tertuju pada roti kesukaan (name) dulu, baumkuchen.
Roti bundar dengan lubang di tengah, yang biasanya disebut 'tree cake' alias roti pohon. Makanan ini menjadi favorit (name) semasa mereka masih kecil.
"Sei-kun, belikan baumkuchen yang banyak dong!"
"Sei-kun tau aja aku suka ini!"
"Nee, Sei-kun! Baumkuchen itu memang terbaik!!"
Kalimat-kalimat yang pernah diucapkan (name) kembali terngiang-ngiang di kepala Akashi. Segera saja ia menepis jauh-jauh kalimat itu dari pikirannya, ia tak ingin mengingat kejadian yang merenggut suara gadisnya itu.
.
.
.Akashi tersenyum mendapati (name) yang sudah terduduk manis di bangku yang ada di bawah pohon sakura. Ia mengira (name) tak akan duduk di situ karena masih marah soal kemarin, tapi kelihatannya sekarang dia sudah tidak marah.
"(name), kau masih marah?" Tanya Akashi untuk memastikan perasaan (name), takutnya saja ia masih marah tetapi tidak menunjukkannya.
(name) menggeleng. Syukurlah, batin Akashi senang.
"Nih ku bawakan baumkuchen dan beberapa makanan lain," ujar Akashi sambil menyodorkan sekantung plastik putih. Dengan senang hati tangan (name) menerimanya. "Aku tahu kau sangat menyukai baumkuchen, jadi aku membawakannya untukmu."
Senyuman lebar mengembang di wajah (name), tandanya ia merasa sangat senang. Ia mengambil sebungkus baumkuchen dari kantung plastik, dan membukanya.
Matanya sungguh berbinar saat menatapnya, segitu sukanya (name) pada baumkuchen, ya?
Saat hendak memasukkannya ke mulut, tangan Akashi mencegahnya. Lalu mengarahkan tangan (name) yang memegang baumkuchen, dan menggigit roti bundar itu.
"Minta dong, kan sudah ku belikan," ucap Akashi setelah selesai mengunyah dan menelan. Aslinya modus doang dia, pengin gitu kayak lagi disuapin.
Namun reaksi yang diharapkan Akashi dengan yang didapat berbeda. Dahi (name) mengkerut, matanya menatap Akashi malas. (name) mengambil lalu meletakkan kantung plastik tadi di paha Akashi.
"Ambil sendiri dong! Kenapa harus minta punyaku, sih?" Ujarnya menggunakan bahasa isyarat, dan tentu Akashi mengerti.
Cih, gak peka, batin Akashi sambil mengelus tengkuknya. Akashi sabar, sangat sabar. Kelewat sabar.
"Ya sudah, maaf."
Hanya dengan sebuah permintaan maaf singkat, sang gadis tersenyum kembali, lalu melanjutkan makan baumkuchen-nya.
Tiba-tiba ponsel (name) berdering, terpampang tulisan 'ibu' di layarnya. (name) menekan tombol hijau untuk mengangkatnya, terdengar sedikit keributan di seberang sana.
"(name), bibimu datang, kembalilah ke ruanganmu." Ujar suara yang diyakini sebagai ibunya (name) dari seberang.
Mau tak mau (name) harus berpisah dari Akashi sekarang. Sebelum pergi, ia memberikan secarik kertas, sama seperti biasanya.
Bodoh, kau jahat sekali kemarin.
Untuk hari ini aku tidak mau bercerita apa-apa, malas.
Nanananana
Ddu du ddu ayeh ayeh
Ini gak jelas kan isinya, absurd banget www.
Rambut Reo-senpai hitam nan panjang, ahay.
Setelah membacanya, Akashi hanya bisa memasang ekspresi bingung. Kalimat yang penting hanyalah kalimat pertama.
TBC-;
— R y o k k k 💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura Message; Akashi Seijuro [✓]
Fanfictiontw // suicide, death (please consider before reading!) Ini adalah tentang surat-surat dengan isi tersirat yang kuberikan padamu di bawah mekaran bunga sakura. Joshrua, 2019.