- f i v e

409 69 10
                                    

Seperti biasa Akashi ke Rumah Sakit untuk menemui gadisnya. Hari ini berbeda, ia sama sekali tak membeli sebungkus makanan pun. Uang sakunya habis untuk keperluan kelas.

Hei, meskipun dia orang kaya, tentu dia tak dapat seenak jidat kalau ingin mengambil uang di ATM.

Selang beberapa menit kemudian, Akashi sampai di tempat mereka biasa bertemu. Netranya memandang sekitar, tapi tak ada sosok yang dicari.

Saking lelahnya menunggu, Akashi ketiduran. Gak elit banget kan holkay ketiduran di bangku Taman Rumah Sakit.

Zzz

Zzz

Zzz

Pulas.

Tiba-tiba,

"EH BUSET KAGET PANGERAN." Bahu Akashi ditepuk oleh gadis yang sedari tadi ditunggunya. Aduh, bisa latah juga dia. Kirain kalau kaget bakal elit gimana gitu. Kaget ala holkay sambil tebar duit atau gak bakar duit.

Akashi mengelus dadanya sambil menatap (name), dan hanya dibalas senyuman manis semanis gula sintetis oleh sang gadis.

"Untung sayang." Ucap Akashi masih mencoba untuk sabar. (name) menyodorkan secarik kertas seperti biasanya, lalu mengatakan sesuatu lewat isyarat.

"Jangan dibaca dulu, kita mengobrol saja. Kau tak keberatan kan kalau aku berbicara lewat isyarat?"

Akashi mengangguk. "Apa ada yang ingin kau ceritakan? Sesuatu yang penting, gitu?"

"Tidak kok, aku hanya ingin kita mengobrol saja." (name) lagi-lagi tersenyum. "Kau tak membawa makanan?"

"Kau kira aku ini abang-abang go-pud yang selalu datang dengan makanan?"

Hening beberapa menit, tak ada satupun yang punya topik untuk dibicarakan. Keduanya memandang bunga sakura yang berjatuhan, indah.

Saat Akashi sedang nikmat-nikmatnya memandangi sakura, bahunya dicolek oleh (name). "Sebenarnya aku hanya ingin menikmati sakura bersamamu." Ujar (name) lalu menyandarkan kepalanya di bahu Akashi.

Meskipun berat, tetapi Akashi menyukainya, ia tersenyum.

"Nee, (name). Kalau kau menikah kau ingin memakai pakaian seperti apa? Tradisional? Modern? Atau bagaimana?"

Namun tak ada jawaban, rupanya (name) tertidur. Yah gak asik mbanya, malah tidur.

Karena merasa tak enak, Akashi memutuskan untuk tidak membangunkan gadis yang sedang terlelap ini. Ia meraih ponsel dan earphone-nya di saku baju, lalu mendengarkan lagu Best Friend yang dinyanyikan oleh boyband Korea yang bernama iKON. Entah kenapa lagu serta artinya cocok dengan perasaan hati Akashi sekarang.

Mellow.

Entah berapa kali Akashi terus mengulang lagu itu, tak ada rasa bosan sama sekali. Bahkan mulutnya sesekali ikut bernyanyi kecil.

Kepala (name) bergerak-gerak pelan, tapi masih bersandar di pundak Akashi.

Akashi menoleh, rupanya (name) sudah setengah tersadar. Tangan Akashi mengelus kepala (name) lembut. "Kau sudah bangun? Aku terlalu berisik, ya? Maaf."

(name) menggeleng. "Tidak kok, aku hanya terbangun saja." Sangkalnya menggunakan isyarat, lalu beranjak berdiri.

"Langit sudah agak gelap, sepertinya aku harus kembali sekarang," Jelas (name). "Jangan lupa baca suratnya, ya." Lalu ia membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Akashi.

Akashi menatap punggung (name) yang menjauh, dirogohnya surat pemberian (name) tadi.

Begini, aku akan memberitahukan sesuatu. Lumayan penting sih ini, tapi ya nggak juga.

Emm, jadi gini...

Sebenarnya ini surat terakhir yang ku berikan padamu. Hanya itu saja.

Oh iya, ini juga terakhir kali kita bertemu.

Kalau kau ingin tahu alasannya, coba pedulikan awalan, abaikan isi. Sekian, terima kasih :)

Dahi Akashi berkerut, apa maksud paragraf terakhirnya?

TBC-;

— R y o k k k 💚

— R y o k k k 💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sakura Message; Akashi Seijuro [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang