bonus chapter : a sudden 3 am visit

894 116 14
                                    

luna x malvin focused;

warn! horror -au; typos; lowercase-intended;

lemonhugs, 2018

++

"teruntuk dia yang datang di pukul tiga pagiku."

malvin pov

entah ini bunga tidur atau kenyataan, tapi gue beneran merasakan kehadiran seseorang begitu nyata, padahal gue di rumah kontrakan sendirian. tepat ketika gue merasa hawa sekarang sedikit panas, membuat titik-titik keringat mengumpul di permukaan dahi dan seluruh leher gue. jadilah gue buka mata, dan tangan gue otomatis bergerak untuk mengipas diri sendiri. ternyata mati lampu. ac gue kipasnya masih dalam keadaan terbuka, kayak lagi mangap. serem juga kalo diliat-liat pake senter.

gue keluar kamar, masih memegang senter hp di tangan gue. biasanya kalo mati lampu gue tetep paksain untuk tidur, tapi kali ini gue bangun karena dengar suara cangkir dan sendok bertabrakan, pun gue lagi haus efek karena kepanasan.

gue buka pintu dan heran ketika melihat dapur gue yang terang benderang, sementara lampu ruangan lainnya mati. tapi gue abai dan tetap berjalan ke arah dapur. disatu sisi gue bersyukur lampu dapur hidup, jadi bisa meminimalisir kesalahan gue untuk tersedak atau salah ambil minum. mungkin aja efek mati lampu bisa keminum sirup kan. lol.asumsi gue aja sih.

gue buka kulkas, dan tetep heran karena kulkasnya mati. gue bukan anak perlistrikan, tapi tahu kalo kulkas dan lampu dapur itu satu aliran. lalu kenapa?

lagi-lagi gue abai. menyelesaikan kegiatan minum gue dalam sekali tenggakan. selesai, ketika gue nutup kulkas dan balik badan, boom! gue liat cewek membelakangi gue.

sialan.

gue usap-usap mata, mungkin gue sleepwalking. tapi nggak tuh. gue sadar kalo gue bangun. mimpi? nggaklah. tadi pas minum juga tenggorokan sakit, soalnya gue lagi panas dalem. ya itu artinya, ini kenyataan.

sekarang, cewek mana lagi deh yang ngikutin gue ke kontrakan baru gue? gue tuh capek banget liat yang bukan manusia mulu. mentang-mentang gue bisa 'melihat dan merasakan', lalu seenaknya aja bawa pasukan.

gue menyeka keringat dingin gue yang menetes. lalu dia balik badan. gue melepas ponsel yang lagi gue genggam.

"luna?"

++

setiap gue ganti kontrakan, memang ada aja penunggunya. kalau memang gak ada penunggunya, ada aja yang ngikutin gue dari kontrakan lama. pertama kali menginjakkan kaki di kontrakan baru gue ini, gue merasa ada yang janggal, tapi gak ada yang janggal.

dan sekarang yang janggalnya baru terlihat.

"luna kok bisa kesini?"

dia, cewek yang gue tanya tersenyum manis banget, tapi berhasil buat rambut di leher gue meremang. tiba-tiba juga rasanya dada gue juga sesak banget, tangan gue dingin juga. kalau aja luna tahu kalau tangan gue di bawah meja mengepal erat banget untuk mengalirkan kehangatan untuk gue sendiri.

"aku mau ngucapin salam perpisahan. besok-besok, aku gak bisa lagi ketemu sama kamu."

dahi gue mengerut. "kamu memangnya mau kemana? terus, alfa udah tau? tentang kepergian kamu ini?"

gadis bergaun selutut berwarna putih dan berkulit pucat itu menggeleng pelan.

"tapi nanti juga dia tahu." jawabnya.

lalu hening, sampai suara jangkrik dan bunyi cicak lewat juga terdengar.

lagi pula gue juga bingung mau bilang apa.

[✔] time for the moon night; mingyu x eunhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang