time for the moon night : #15 white lily and white chrysant
++
setelah apa yang terjadi pada alfa kemarin, alfa merasa sangat bersalah dan menyesal. seharusnya memang alfa tidak membangkitkan ingatan yang membuat luna meninggal. sejujurnya, alfa merasa sangat serba salah. alfa memang tidak membunuh luna, tapi secara tidak langsung alfa melakukannya. alfa adalah pemicu kematian luna.
pagi-pagi sekali, pukul jam empat pagi. alfa terbangun dari tidurnya. bukan karena mimpi buruk atau haus, alfa terbangun karena tiba-tiba matanya memerintah untuk terbuka. alfa mendudukkan dirinya untuk merenung dan berpikir, kenapa dirinya bisa terbangun tanpa sebab.
lalu luna menghampirinya dengan langkah pelan.
"maaf." ucapnya dengan lirih. "aku menyakiti kamu."
alfa menggeleng maklum. "harusnya aku yang minta maaf. maaf aku gak mikirin perasaan kamu."
alfa ingin menggenggam tangan luna, namun alfa sadar, ia tidak bisa meraihnya.
alfa mendongak kepada luna, matanya seolah bertanya 'kenapa aku gak bisa menyentuh kamu?'
luna tersenyum pias. "aku sudah mati. aku cuma arwah. kamu ga bisa sentuh aku." jelas luna.
"kalo aku ga bisa sentuh kamu, apa kamu bisa sentuh aku?"
"kalo itu bisa aku lakuin, mungkin sudah dari dulu aku bisa bersandar di bahu kamu."
"kita sudah berbeda dimensi, makanya..."
"walaupun kita ga bisa melakukan kontak fisik satu sama lain, aku akan pura-pura kalo aku bisa melakukannya." ucap alfa di akhiri dengan senyuman. senyuman tulus itu membuat luna ikut tersenyum. apalagi saat alfa mencoba mengelus udara seperti sedang mengelus puncak kepalanya.
hati luna menghangat walaupun sekarang ia sudah tidak punya hati.
++
"kamu suka bunga apa?" tanya alfa disela kegiatan melukisnya.
"aku?" tunjuk luna pada dirinya sendiri. luna menghentikan kegiatan menulis dengan darahnya secara mendadak karena bingung untuk menjawab pertanyaan alfa.
"iya. suka bunga apa? satu aja. tapi kalo banyak juga gapapa sih."
"aku suka bunga lili sama bunga krisan putih."
"kenapa?"
luna mengendikkan bahunya.
"gak tau, suka aja."
kedua bunga itu menyimbolkan keikhlasan, kesucian dan kematian.
"jadi aku tahu alasan kenapa kamu nanyain bunga kesukaan aku kemarin." ucap luna dengan wajah yang berseri-seri.
"kamu kan yaang datang ke tempatku, bawa bunga krisan dan lili putih?"
"kamu udah liat?"
luna mengangguk senang. "makasih ya! aku seneng banget dibawain bunga, soalnya ga ada yang bawain aku bunga sebelumnya."
alfa merasa senang luna menyukai hadiahnya. setidaknya hanya ini yang bisa lakukan. walaupun sedikit rasa menyesal kenapa alfa baru bisa melakukan setelah luna meninggal. alfa bahagia bisa melihat senyum luna yang tulus tanpa ada rasa dendam yang mendominasi.
"kemarin hari kamu yang ke lima puluh hari. per tiga puluh hari aku akan bawa bunga yang baru untuk kamu."
mendengar kalimat tersebut, luna langsung memeluk tubuh alfa dengan bahagia meskipun ia tak bisa memeluk laki-laki kesukaannya sepenuhnya.
"terima kasih, alfa."
"sama-sama."
bunga krisan dan lili putih itu seakan memeluknya.
++
luna masih membutuhkan kebahagiaan, meskipun ia sudah tak menginjak dunia. luna masih butuh diperlakukan dengan baik, walaupun sudah tidak bernapas.
dan luna membutuhkan balasan kasih sayang dari orang yang telah menjadi pemicu membuatnya pergi.
senang kamu bisa menyukai bunganya.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] time for the moon night; mingyu x eunha
Terror[trigger! warning : horror pics] in which alfa got a messege from the longing moon every night. lemonhugs©, 2018 warn! local-au; lowercase-intended genre : horror-romance ever ranked #66 in horror [16/05/18] ever ranked #1 in eungyu [31/05/18]