"Kumpulkan anak-anak jam sembilan dimarkas, kita serang Black Demon". Putus laki-laki dengan pakaian hoodie hitam itu tanpa menunggu jawaban dari orang kepercayaannya. Ekspresinya datar, rahangnya mengeras. Ia berjalan sambil menendang kursi didepannya dan pergi ke suatu tempat.
###
Lisa terbaring lemah dengan selang infuse ditangannya. Operasi menutup luka diperutnya sudah selesai sejak enam jam yang lalu. Tetapi Lisa tak kunjung sadar. Mata yang biasa melayangkan tatapan tajam kini tertutup rapat. Bibir yang sering mengeluarkan berbagai umpatan juga memucat.
"Cepet sembuh, my chuby". Ucap seseorang dengan pakaian hoodie disertai topi hitam.
Orang itu mengelus puncak kepala Lisa dengan sayang. Matanya menatap sendu Chuby nya yang tergolek lemah. Rahangnya kembali mengeras menahan amarah. Wajahnya sedikit lebam akibat balas dendamnya tadi.
"Bos kita harus segera pergi, satpam udah curiga sama anak-anak yang didepan". Ucap seorang yang dibelakang laki-laki berhoodie hitam itu.
Laki-laki berhoodie hitam itu mendengus. Ia menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Lisa, lalu laki-laki itu mengecupnya kening Lisa. Lalu beranjak pergi.
###
Tawa kedua laki-laki itu meledak melihat Bara dan Daniel terkena hukuman karena tercyduk bu Martini terlambat dikelasnya. Siapa lagi kalau bukan Reno dan Juan.
"Woyy nyapunya yang bersih". Triak Reno dari lantai dua disertai tawa Juan yang menggelegar.
Bara dan Daniel mengacungkan jari tengah mereka. Tak lama kemudian mereka pergi meninggalkan hukumannya karena sudah tidak ada lagi bu Martini yang mengawasinya.
"Gue denger semalem tempat balapan digrebek gara-gara ada tawuran". Ucap Daniel seraya memasukan keripik yang ia beli.
"Black Demon ?". Tanya Bara menegak habis minuman kaleng yang ia beli dikantin. Daniel mengangguk.
"Dan yang bikin gue heran, anggota Black Demon kok banyak yang ketangkep. Sedangkan dari pihak penyerang nggak ada sama sekali yang ketangkep. Pake jurus apa coba".
"Bodo amat". Ucap Bara melangkah pergi menuju belakang kantin.
"Mau kemana lo ?".
"Cabut". Jawab Bara tanpa berpaling dan hanya mengangkat satu tangannya ke udara.
"Dari dulu sampe sekarang masih aja dingin tu anak". Decak Daniel menggelengkan kepalanya melihat tingkah Bara.
Daniel adalah teman sejak kecilnya Bara. Dulu mereka pernah tetanggaan tetapi orang tua Daniel membeli rumah baru sehingga harus pindah. Meskipun begitu mereka tetap satu sekolah dari SD sampai SMA. Hanya saat SMP saja mereka tidak satu kelas seperti sekarang.
Bara membuka pintu kayu bercat putih. Aroma obat-obatan menyeruak masuk ke indra penciumannya. Ia berdiri menatap perempuan yang sejak kemarin mengganggu pikirannya. Ia menatap heran bunga matahari dinakas.
"Eh lo ada disini ?". Tanya Doni yang baru saja masuk.
Bara mengangguk, ia mendaratkan bokongnya dikursi yang terletak disamping tempat tidur Lisa. Doni duduk di sofa dan menyalakan TV yang ada. Jelas saja VVIP.
"Dia belum sadar sejak kemarin". Bara menoleh cepat kearah Doni yang tengah menonton film azab.
"Koma ?". Gumam Bara menatap lekat wajah Lisa yang terlihat begitu damai. Meskipun pucat masih menghiasi wajahnya.
###
Bara mengerjapkan matanya ketika merasakan ada yang mengelus kepalanya. Ia terkejut melihat Lisa tengah menatap dirinya dengan senyum yang begitu menawan, membuat jantungnya berdegup bak genderang perang.
"Lo udah sadar ?". Tanya Bara sambil mengucek matanya untuk menutupi kegugupannya.
"Seperti yang lo liat. Lo bolos ?"
"Seperti yang lo liat". Ucap Bara menirukan gaya bicara Lisa.
Lisa melempar bantal tepat ke wajah Bara yang membuat sang empu memasang wajah datar.
"Ngambekkan lo kayak cewek- Jedanya menatap Bara lama. "Maaf. Selama ini gue selalu cari masalah sama lo. Gue akuin gue emang salah. Dibalik itu gue cuma nyari kesenangan aja biar nggak bosen". Kekehnya.
"Lo ngomong apa sih ?". Tanya Bara bingung dengan apa yang dibicarakan Lisa.
"Gue minta maaf". Ucapnya tulus. Bara mencari kebohongan diantara mata Lisa. Nihil ia tidak menemukan kebohongan secuil pun.
"Ada syaratnya". Lisa mendengus.
"I don't care. Gue tau lo udah maafin gue". Bara tersenyum kecut. Lisa kembali menatap Bara tak lupa menggenggam erat tangannya.
"Sekarang tutup mata". Bara menaikan satu alisnya.
"Tutup mata aja dan dengerin omongan gue". Bara menurut saja dan mulai memfokuskan indra pendengarannya.
"Ini berapa ?".
"Nggak keliatan Lisa". Dengus Bara kesal mendengar tawa kecil Lisa.
"Dengerin ya..". Bara mengangguk.
"Gue pergi ya". Ucap Lisa pelan.
Deg.
Bara tersentak bangun.
"Mimpi". Gumamnya pelan mengusap wajahnya kasar. Bahkan ia sampai berkeringat.
Ia melirik jam ditangannya, hampir jam enam. Matanya menatap wajah pucat Lisa.
"Gue balik dulu besok dateng lagi". Pamit Bara yang pasti tidak disahuti oleh Lisa.
"See you girl". Bara mengelus puncak kepala Lisa. Jika sadar Lisa mungkin akan memberi pukulan telak tepat dipipinya.
Bara menutup pintunya dan berjalan melewati koridor rumah sakit yang mulai terang oleh lampu. Ia membuka aplikasi dihandphonenya. Group chat yang begitu ramai mencari keberadaan dirinya. Bahkan ada 23 panggilan dari ketiga sahabatnya.
Brukkk.
Bara tak sengaja menjatuhkan sebuket bunga milik orang didepannya. Ia mengambilkannya dan terlintas dalam pikirannya tentang bunga lili diruangan Lisa dirawat.
"Sorry". Ucap laki-laki asing itu setelah mengambil bunga dari tangan Bara.
Bara masih menatap laki-laki dengan hoodie hitam yang membawa bunga lili itu. Handphone nya berdering, panggilan dari Reno. Ia mengangkat bahu acuh dan kembali melangkah keluar.
To be continued.
Haiii maaf ya baru up lagi setelah sekian lama. Padahal udah sebulan lebih ya nggak up.
Penasaran nggak sama yang nyium kening nya Lisa ?
Jangan lupa tinggalin jejak nya ya..Keluarga besar Bad Girl mengucapkan
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa
Bagi yang menjalankan.Salam sayang dari Bara Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexandra Bad Girl (Terbit: PO 1 Agustus 2022)
Teen FictionVersi Wattpad tidak aku revisi, Lisa Alexandra si pembuat onar dengan kemampuan bela dirinya yang tinggi, sepertinya sedang mengalami kesialan saat Mamanya memasukkannya di SMA Kencana yang merupakan musuh dari mantan sekolahnya dulu, SMA Garuda. Se...