Lisa tak menghiraukan berbagai sumpah serapah yang di lontarkan kepadanya. Memang salahnya ketika tidak sengaja menyerempet gerobak sayur. Malahan Lisa semakin memacu motor matic milik Amel. Sedangkan Amel berteriak tak jelas sambil memeluk Lisa.
Tak lama kemudian Lisa menghentikan motor matic itu di tepi lapangan. Tangannya mengepal melihat teman-temannya dikeroyok. Dua melawan sebelas orang. Yang benar saja.
"Lo tetep disini. Ambil batu buat jaga-jaga kalau salah satu dari mereka kesini." Ucap Lisa pada Amel yang sudah panik. "Lo boleh tinggalin Gue disini." Ucap Lisa tegas sembari berlalu. Amel membelalakan matanya, enak saja ia bukan tipe orang yang pergi ketika temannya sedang kesusahan. Lebih baik ia meminta bantuan sepupunya.
Bugh. Lisa menarik bahu salah satu lawan yang menghajar Andre. Kepalan tangannya mendarat tepat dirahang kiri lawannya. Sudah terbawa emosi ia memberi beberapa tendangan, meskipun sedikit ribet karena memakai rok. Perkelahian terjadi tidak seimbang, Lisa sigap menangkis dan membalikkan pukulan lawan. Tak hanya itu walaupun mereka hanya bertiga, nyatanya separo dari lawan mereka sudah tumbang.
Jangan meremehkan seorang Lisa Alexandra. Dia sudah sejak kecil berlatih bela diri. Jadi bukan hal baru jika harus berkelahi seperti saat ini. Tetapi sehebat hebatnya orang pasti akan mengalami kehabisan tenaga. Mereka mulai kuwalahan, bahkan Tomy sudah tumbang, meringkuk menahan sakit ketika dua orang menghajarnya.
Pukulan keras mendarat dipelipis Lisa karena lengah. Darah segar mengalir memburamkan penglihatannya, tetapi ia masih dapat melihat lawannya yang berambut merah terang tersenyum miring.
"Lo nyerah. Kita berhenti nyerang kalian." Tawar rambut merah dengan serigaian licik.
"Jangan harap." Decihnya. Ia menyeka darah yang mengalir dimatanya. Terasa perih. Tapi ia tidak akan menyerah begitu saja. Laki-laki dengan rambut merah itu tertawa angkuh, kemudian melangkah mendekati Lisa yang terduduk ditanah. Duggh, sebuah batu bata mengenai pundak laki-laki berambut merah.
"Lo kok banci. Beraninya mukul cewek." Ucap Amel sedikit bergetar yang tiba-tiba Amel berdiri disamping Lisa. Wajahnya pucat pasi.
Jujur saja ini pertamakalinya melihat adegan perkelahian secara langsung dan itu membuatnya begitu takut. Tetapi melihat Lisa yang berdarah-darah ia membulatkan tekadnya untuk masuk diperkelahian dan membantu Lisa. Masa baru mendapatkan teman, ia tega melihatnya dihajar banyak orang. Teman macam apa itu?
"Bego. Ngapain Lo kesini?"
"Ya, Gue mana tega lihat Lo dipukulin gitu. Ihh sampe berdarah gitu." Ucap Amel bergidik ngeri melihat pelipis Lisa yang masih berdarah.
"Mundur. Tetep dibelakang Gue." Ucap Lisa memasang kuda-kudanya siap menghadapi si rambut merah dan satu cecunguknya.
Baru saja Lisa memulai melayangkan pukulannya tiba-tiba saja sebuah tendangan menghantam punggungnya, hingga ia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya dan tersungkur. Punggungnya terasa nyeri.
Penglihatannya benar-benar buram. Kepalanya mulai berdenyut. Kalau ia menyerah sekarang, bagaimana dengan nasib Andre, Tomy, Amel? Bahkan ia baru saja mendapat teman, yang cerewetnya minta ampun.
"Bangun." Suara bariton terasa dekat di pendengarannya.
"Banci. Main kroyokkan. Mukul cewek pula, nggak malu sama batang?" Sindir suara bass milik Daniel.
Lisa membuka matanya, terasa perih tetapi masih jelas memandang laki-laki yang tengah berjongkok dihadapannya, tengah tersenyum. Tersenyum? Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, ini bukan ilusi. Bara memegang bahu Lisa membantunya berdiri.
"Ngapain Lo disini?" Tanyanya heran masih tidak percaya jika laki-laki itu kini ada dihadapannya. Masih dengan senyum tulus dibibirnya.
"Sebenci-bencinya Gue sama Lo, Gue nggak bakal tega liat cewek dipukul kayak gini." Jawabnya lembut, tangannya menyeka darah disudut bibir Lisa, dan Lisa mematung setelah mendengar kalimat itu. Rasanya seperti ada perasaan aneh yang muncul dihatinya.
Kini laki-laki bernama Bara itu ikut melawan salah satu anak buah si rambut merah. Ya kini Lisa menyadari bahwa selama ia di SMA Garuda, ia tak pernah melawan langsung Bara. Hanya Daniel yang ia ingat, ya walaupun Lisa hanya menyelamatkan temannya yang sudah tumbang ketika melawan Daniel dengan memberi pukulan telak sampai dia pingsan.
"STOP!" Teriak si rambut merah yang sudah kuwalahan menghadapi Bara dan teman-temannya.
"Nyerah Lo?" Sinis Daniel menghempaskan salah satu cecunguk si rambut merah.
"Gue cuma mau ngomong sama Lo." Tunjuknya pada Lisa yang sudah sempoyongan. Lisa menunjuk dirinya sendiri dengan menaikkan alisnya heran.
"Ya, Gue cuma mancing biar Lo dateng, kaki tangannya Reza. Ternyata Lo dateng beneran dan buat temen-temen Gue babak belur." Jedanya terbatuk mengeluarkan darah. Lisa menegang, kaki tangannya Reza? Ia sudah keluar dari Blackpearl.
"Maksut Lo apa?" Tanya Tomy mencengkram jaket si rambut merah. Lagi-lagi si rambut merah tertawa.
"Lisa Alexandra anak ketiga dari Rudi Hutomo Nirwan dan Kanaya Putri. Yang bercerai karena bokap Lo selingkuh dan milih perempuan lain. Nyokap Lo menjalin hubungan sama rekan bisnis."
Bugh. Tomy melayangkan pukulannya. Membuat si rambut merah limbung. Sedangkan Lisa mengeretakkan giginya, tangannya mengepal. Nafasnya terasa memburu. Langkahnya panjang mendekati si rambut merah. Sorot matanya sudah berbeda dari biasanya. Andre mencekal tangan Lisa, dan menggelengkan pelan kepalanya. Mengkode Lisa untuk jangan terpancing.
"Gue salah ngomong ya? Hahaha... kakak perempuan Lo jadi gi."
"Brengsek!" Teriak Lisa menyentak tangan Andre dan siap melayangkan tangannya "Lo ngomong lagi, Gue pastiin Lo bakal tidur panjang."
Desisnya tajam, menguarkan aura mencekam disekitarnya. Daniel dan Reno bergidik ngeri mendengar suara Lisa yang membuat bulu romanya berdiri.
"Serem njir." Lirih Juan yang ikut merasakan aura Lisa.
Lisa memejamkan matanya, emosinya sudah tidak bisa dikontrol lagi. Apalagi hal ini menyangkut keluarganya, ia tidak akan membiarkan lolos begitu saja. Dan kali ini ia pastikan orang itu sampai dititik terlemahnya, sampai meminta ampun. Kini tangan dan kaki nya sudah mendarat beberapa kali di tubuh si rambut merah. Sampai akhirnya si rambut merah merasa tak berdaya.
Tomy mencoba menjauhkan Lisa, tapi sebuah pukulan nyasar malah mendarat dirahangnya. Bukankah benar jika perempuan sedang mengamuk pasti akan lebih menyeramkan?
Entah bisikan setan dari mana, Bara merengkuh tubuh Lisa dari belakang, dan menarik mundur untuk menjauhkannya dari si rambut merah. Teman-temannya bahkan menganga tak percaya dengan apa yang dilakukan Bara. Meskipun begitu, Lisa meronta untuk membuat si rambut merah lebih buruk kondisinya dari saat ini.
"Stop, Gue cuma mau nyerahin ini sama Lo." Ucapnya sambil bergerak mundur menjauhkan jarak dengan Lisa dan meletakkan secarik kertas ditanah. "Cabut!" Titahnya.
Lisa mencoba berontak dari kungkungan lengan kokoh Bara. Air matanya sudah lolos begitu saja, melihat motor-motor besar itu menjauh. "Anjing! Bangsat! Mau kemana Lo! Dasar banci!"
Bara memutar tubuh Lisa hingga menghadapnya, dan memeluknya erat. Menenangkan musuhnya yang sedang memukuli dadanya. "Lo tenang, kalau kayak gini Gue nggak bisa ngajakin Lo duel." Bisiknya lirih, mencoba membuatnya tenang.
Kikuk. Entah kenapa kalimat itu yang terucap dari mulutnya. Bukannya tenang Lisa semakin keras memukul dadanya. Bisa bisanya Bara menantangnya duel ketika kondisinya seperti itu. Dan lagi Bara sedang mencoba menenangkan Lisa dengan kalimat yang semakin membuat dirinya semakin marah. Satu kata untuk Bara. Gila.
"Kata Daniel kalau cewek nangis terus dipeluk cowok itu bisa nenangin. Kok, Lo nggak tenang-tenang? Apa Lo titisan Lucinta Luna?" Bisiknya lagi. Lisa terdiam, mencerna kalimat terakhir yang diucapkan Bara.
Apa ia titisan Lucinta Luna? Gila yang benar saja. Lalu digigitnya bahu Bara dengan kencang. Sontak membuat Bara mendorong tubuh Lisa.
"Sakit njir. Vampir Lo?" Ucapnya sarkas, mengusap bahu kirinya. Lisa mengedikkan bahunya acuh dengan wajah datar yang rahangnya masih mengeras. Ia mengambil kertas dari tangan Tomy tanpa mengatakan satu katapun, lalu berjalan menarik Amel untuk segera pergi.
"Thanks udah bantuin." Ucap Tomy pada Bara dengan senyum lebar.
"Selow.Lagian Guenolongin sepupu temen Gue kok." Jawabnyamelengos begitu saja diikuti tiga temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexandra Bad Girl (Terbit: PO 1 Agustus 2022)
Fiksi RemajaVersi Wattpad tidak aku revisi, Lisa Alexandra si pembuat onar dengan kemampuan bela dirinya yang tinggi, sepertinya sedang mengalami kesialan saat Mamanya memasukkannya di SMA Kencana yang merupakan musuh dari mantan sekolahnya dulu, SMA Garuda. Se...