Para rantauan berlalu lalang. Mata emerland nya menatap intens setiap para pejalan kaki serta para rantauan yang sedikit tergesa-gesa serta sesekali memaki orang yang tidak sengaja menyenggol bahu beberapa para rantauan itu. Tak pula ia berpindah tempat serta tatapannya terus memandang kebawah yang terlalu sumpek dan berdebu. Wajahnya diterpa angin laut yang menyejukkan, sesekali helaian rambutnya melambai-lambai yang tentu saja membuat rambutnya menjadi berantakan dan kusut.
Kakinya seolah tak pernah mengenal lelah untuk menopang tubuhnya yang berbalut pakaian katun. Jarinya mengetuk pinggiran sesuai irama pada musik yang dimainkan oleh para perantau dibawah. Biola atau pun gitar akustik. Pendengarannya pun tak absen mendengar recehan koin yang diberikan kepada para perantau itu.
Seulas senyuman terhiaskan diwajah manisnya, saat ia mendengar musik yang sejak tadi ia dengar berakhir dengan tepukan tangan para pejalan kaki. Jarinya yang tadi mengetuk berhenti dan beralih memperbaiki helaian-helaian rambut yang sejak tadi berantakan. Tak lama dari itu penciumannya lah yang bermain, merasakan wanginya khas laut yang bercampur dengan roti yang baru saja disajikan. Terlihat dibawah seseorang baru saja keluar dari toko roti tepat dibawahnya.
Kini seulas senyuman itu mendadak pudar saat ia mendengar seseorang menaiki tangga yang menimbulkan bunyi ketukan dari sepatu. Serta ketukan di pintu dan dibukakan oleh seseorang yang terlihat dari pakaiannya adalah seorang kasir Bunyi deritan pintu terdengar nyaring ditelinganya serta tak asing lagi.
"He's comeback again"
______________________________________
__________
___a random story
S E A
written by chamomile(p.c.)
___
__________
______________________________________Romance/Historical
Warning: typo(s), plot hole(s), etc..
.
.Ia berjalan mengikuti arah kakinya yang terus berjalan tanpa arah. Bak nyawa yang mengambang diatasnya. Mata kosongnya terus menatap jalan dan berjalan hingga ke ujung dermaga yang berbahan papan serta kayu yang menyokong disetiap sisi dan ujung dermaga. Hampir saja ia tidak jatuh melemparkan dirinya ke lautan, saat tersadar bunyi klakson kapal pesiar lewat di hadapannya dengan jaraknya yang kira-kira 40 kaki.
Bunyi itu tetap terdengar sampai sejauh apapun, pendengarannya pun menikmati bunyi itu yang kini pecah bercampur dengan teriakan burung camar dan beberapa orang yang bersorak-sorai gembira kedatangan kapal pesiar itu. Ia melemparkan pandangannya ke sebelah kanan yang dimana terdapat dermaga yang sangat besar dan luas. Beberapa orang juga berada diatasnya dermaga yang kokoh itu. Kapal itu masih tetap mencari posisi parkir agar para penumpang turun dengan aman dan nyaman.
Ia pun berjalan ke dermaga besar itu dengan kaki yang masih bertelanjang kan tanpa sandal ataupun sepatu. Ia melihat dengan sedikit mengintip-intip terhalang kan oleh tiang penyongkong terminal pelabuhan. Matanya menjelajahi keseluruhan orang yang kini telah turun dari kapal besar itu. Dari pengamatannya banyak orang yang berpakaian mewah nan elegan dan tak luput diikuti para bawahannya yang terlihat jauh beda dengan pakaian modis itu.
Beberapa orang terlihat berpelukan atau pun saling menyapa dengan senyuman kebanggan ataupun senyuman suka cita. Tak lupa juga ia melihat beberapa orang yang modis itu menatap jijik nan sinis kepada para penjual dipinggir terminal pelabuhan. Tapi matanya kini terpaku pada seorang pria yang tinggi kira-kira 180 cm dengan pakaian yang cukup sederhana namun tetap terlihat bahwa dia bukanlah sembarang orang, apalagi dengan ia diikuti oleh para pria-pria yang tampak seperti akrab dengan pria 180 cm itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
U N I T
SonstigesIn each unit various kinds of stories with different lines. "Jika kamu tidak bisa menebak jalan ceritanya, maka buatlah jalan cerita itu sendiri dengan pemikiranmu."