T W I N(s)

22 2 1
                                    

The last chapter. Sorry for anything and thank you, all. Happy reading~

______________________________________

Bak air mata yang menetes, satu demi satu daun jatuh berguguran. Musim gugur hampir telah tiba. Hawa dingin mulai menyeruak masuk hingga bulu roma meremang. Mantel serta syalnya pun ia rekat kuat-kuat di tubuhnya. Kakinya berjalan ditepi jalan yang sunyi.

Sesekali sepatu bootsnya menginjak daun-daun kering menimbulkan gemerisik yang terdengar renyah ditelinga. Semakin ia melangkah, semakin tergantikan pula perumahan yang sebelumnya ia lihat di kanan kirinya. Kini hanya pohon-pohon maple yang menjulang tinggi dan tak lupa daun khasnya yang satu persatu berguguran.

Sepanjang perjalanan pikirannya melayang entah kemana, sedangkan jiwa dan raganya tetap dalam pengaruh gravitasi bumi. Sampai ia melihat ada sebuah mobil yang memperlambat kecepatan mesinnya hingga berhenti tepat disampingnya.

"Nona? Kemana tujuanmu? Biar saya yang akan mengantarmu"

Gadis itu menganalisa mobil yang ia lihat. Terdapat tulisan 'taxi' diatas atap mobil itu. Tanpa curiga ia menganggukkan kepalanya serta membuka daun pintu mobil dan segera masuk.

"Tujuan anda, Nona?"

Setelah duduk dengan nyaman, ia senderkan punggungnya ke sandaran kursi serta matanya yang melirik ke luar jendela.

"Dermaga Colosal, pak."

Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang. Meninggalkan daun-daun kering yang berterbangan akibat mobil yang melaju itu. Layaknya meninggalkan sisa-sisa kenangannya selama ia hidup di perkarangan ini.

________________________________________________
___

a random story

T W I N(s)

a written by chamomile (p.c)

___
__________
______________________________________

Sisterhood

Warning: typo(s), plot hole(s), etc.
.
.
.

Suatu tempat yang berbeda dengan waktu yang sama.

Seorang anak perempuan berumur sekitar 15 tahun sedang menggendong kucing yang gemuk dan pemalas. Anak itu berjalan kesudut kursi dan menduduki dirinya disana. Jemarinya yang mungil mengelus-elus kepala kucing itu dengan lembut dan perlahan-lahan.

"Sarah! Sudah saatnya kita berangkat sayang"

Seorang wanita paruh baya muncul dari salah satu pintu yang ada disamping ruangan beserta beberapa koper besar. Dari arah belakang diikuti oleh seorang pelayan perempuan dan laki-laki yang menghampiri anak yang bernama Sarah itu.

Anak itu menganggukkan kepalanya dan membawa serta kucingnya yang masih setia dipelukannya. Rambutnya yang pirang nan panjang melambai-lambai mengikuti pergerakan Sarah yang tegas dan cepat.

Pelayan laki-laki tadi segera membukakan pintu untuk Nyonya dan Nona yang sudah menjadi majikannya selama 10 tahun. Segera ia berjalan memutar arah untuk duduk disamping supir. Ia melihat pelayan perempuan di rumah itu melambaikan sarung tangan dengan linangan air mata di pipinya. Serta sesekali senggukan dan mengucapkan selamat jalan kepada sang majikan.

U N I TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang