3. Kelompok Zonk

1.4K 176 17
                                    

Irene menghela napas jengah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irene menghela napas jengah. File yang ia minta dari Min Chae tak kunjung dikirim. Itu berarti dia mau tidak mau harus menanggung tugas Min Chae juga ditambah Taehyung dan Dong Guk. Satu-satunya harapannya hanyalah Sarang. Setidaknya dia tak menanggung kewajiban semua orang.

Mata Irene melebar senang saat melihat notifikasi emailnya. Ada kiriman file dari Sarang. Ia cepat-cepat membuka file tersebut lalu membacanya dengan teliti. Lagi, ia menghela napas jengah. Memang benar Sarang mengirim file padanya. Tapi isinya kurang lengkap. Ada beberapa poin penting yang tidak Sarang ketik dalam file tersebut.

"Semangat!" teriak Irene lantas membuka beberapa buku. Entah sudah keberapa kali dia begadang untuk mengerjakan tugas kelompok.

"Malam ini juga, makalah harus selesai agar aku bisa memberikannya pada teman-teman. Setidaknya mereka bisa belajar presentasi agar nilaiku tidak ikut jelek," kata Irene penuh semangat mengetik huruf per huruf.

Irene menguap. Sayup-sayup matanya ingin segera mengatup. Irene menggeleng kuat-kuat, berusaha melawan rasa kantuknya. Ia mempercepat jemarinya di atas keyboard dan segera menyelesaikan makalah tersebut.

Irene menoleh ke arah jam dinding. Terlihat jarum jam pendek mendekati angka satu, sementara jarum panjang berada di angka sembilan. Irene kembali menguap. Ia bergegas mencetak makalahnya sebelum tidur.

"Akhirnya selesai juga." Irene menggeliat meregangkan otot. Punggungnya terasa sangat kaku setelah hampir lima jam duduk di depan laptop.

Irene mematikan laptopnya lalu beranjak menuju ranjang. Ia merebahkan tubuhnya, memeluk guling bergambar Jungkook, lalu mencium guling tersebut.

"Selamat malam, Jungkook Oppa," kata Irene lalu mematikan lampu kamarnya.

***

Irene memasuki kelas dengan senyum tipis saat Min Chae melambaikan tangan padanya dengan wajah sumringah seolah tak berdosa. Irene menghampirinya yang kebetulan duduk bersama dengan Sarang dan Dong Guk.

"Yaaaah Irene! Bagaimana makalah kita? Apa sudah jadi? Maaf, aku tidak bisa mengirim filenya karena pacarku terus menelponku," jelas Min Chae.

Irene tersenyum kaku. Sudah biasa ia menghadapi mahasiswa pemalas yang hanya titip nama di makalah dan tidak mau mengerjakan. Mereka memiliki 1001 alasan mengapa mereka tidak bisa mengerjakan.

"Kau tahu sendiri kalau perutku mendadak sakit. Kau tidak tahu betapa sakitnya itu," kata Dong Guk.

Irene menengadahkan tangan pada Dong Guk, membuat dahi Dong Guk berkernyit heran. "Beri aku 10000 won. Anggap saja untuk biaya berpikir dan mencetak makalah."

"Hei! Aku kan sudah bilang kalau perutku sakit. Ke ... kenapa kau meminta uang padaku hah?" bentak Dong Guk tak terima.

Irene mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Tahun lalu kau satu kelompok denganku. Dan kau bilang perutmu sakit. Apa kau tidak memiliki alasan yang lain?"

"Yaaaah Irene!" bentak Dong Guk lagi.

Irene mengalihkan pandangan dan menatap sinis Min Chae. "Kenapa kau hanya melihat? Cepat keluarkan 10000 won!"

Min Chae mendesis kesal. Dengan berat hati, ia mengeluarkan 10000 won dari dalam dompetnya lalu memberikannya pada Irene.

"Kau!" Irene melotot ke arah Dong Guk. "Cepat keluarkan uangmu!"

"Cih. Sekarang kau mirip lintah darat." Dong Guk terpaksa memberi Irene 10000 won demi mendapatkan makalah.

Sarang terkikik.

"Kenapa kau tertawa?" tanya Irene sinis.

Tawa Sarang mengempis. "Karena lucu."

"Kau tidak berhak tertawa karena file yang kau kirim kurang lengkap. Ada banyak data penting yang tidak kau ketik. Tapi aku tidak akan meminta 10000 won darimu. Aku menghargai meski file yang kau kirim tidak lengkap," kata Irene tegas.

Irene mengeluarkan salinan makalah dari dalam tasnya, lantas membaginya ke masing-masing teman sekelompoknya.

"Aku begadang semalaman demi membuat makalah ini. Aku harap kalian tidak mengecewakanku. Jadi pelajarilah dengan baik. Kalau tidak, lain kali aku tidak akan mencantumkan nama kalian di makalah apabila kita satu kelompok lagi di kemudian hari," ancam Irene.

Mulut Min Chae menganga tak percaya. Bagaimana mungkin ada orang yang terlalu berani seperti Irene. Gadis berambut panjang itu bahkan tak terlihat takut sama sekali.

"Berhenti menatapku!" tegur Irene. "Mulailah kalian belajar sebelum kesabaranku habis."

Irene memang harus tegas pada teman-temannya. Penilaian presentasi kali ini berdasarkan kekompakan. Jika ada anggotanya tidak bisa mempresentasikannya dengan baik, maka dia akan sulit mendapatkan nilai A dari profesor Han.

Seorang mahasiswa dengan sebagian kening tertutupi bandana memasuki ruangan. Semua sorot mata mahasiswi tertuju padanya dengan tatapan memuja. Dia, Taehyung. Mahasiswa yang gemar mengunyah permen karet itu berjalan santai melewati Irene seolah tak memiliki kesalahan apa pun.

"Yaaaah Taehyung sunbae!" tegur Irene.

"Hm?" sahut Taehyung santai.

Irene menengadahkan tangan padanya. "Beri aku 10000 won."

"Untuk apa?"

"Untuk biaya berpikir dan mencetak makalah."

Taehyung mengeluarkan dompetnya lalu memberikan apa yang Irene minta. Dia tidak suka berdebat. Apalagi dengan seorang gadis berisik.

"Sunbae harus membaca semua isi makalah dan menghafalkannya. Jangan sampai nilai presentasi kelompok kita hancur karena sunbae tidak bisa menjelaskan," kata Irene memperingatkan lalu ia meletakkan sebuah makalah di atas meja Taehyung.

Taehyung tidak mendengarkan peringatan Irene. Dia malah memasang headset di kedua telinganya seraya mengunyah permen karet, membuat Irene menggeram kesal menghentak-hentakkan kaki ke lantai.

❤❤❤❤❤
Kamis, 4 April 2019

Siapa yang menunggu Gomawo Taehyung Sunbae update?

Gomawo Taehyung SunbaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang